(1) Petikan Baru

1.3K 63 35
                                    

TERLAMBAT

Semuanya akan dimulai dari sini....
♡♡♡♡

"Grook....Grook..." 
Suara dengkuran dari arah kamar Lifya, tak sengaja terdengar hingga ke arah ruang tamu. Membuat bunda harus segera membangunkannya agar anak bungsunya bisa bergegas pergi ke sekolah.

"Sayang, bangun nak. Ini udah siang lho. Kamu sekolah kan?" panggil bunda dari ruang tamu yang kebetulan saat itu masih memperbaiki rangkaian bunga di vas bunya yang terletak di atas meja. 

"Hah?" pekik Lifya dengan tiba-tiba dan langsung menurunkan kakinya. Namun, tak sengaja juga, ia ikut menendang ember yang terletak di dekat tempat tidurnya.

"Apa itu nak?" Bunda berjalan cepat ke kamar Lifya, dengan harap putrinya tidak kenapa-napa.

Mendengar suara panik dari bundanya, Lifya menjadi gelagapan sendiri. "I..ini bun, kok bisa ada ember isi air begini di kamar Fya?"

Menanggapi hal itu, bunda hanya tersenyum. "Kamu lupa ya? Plafon rumah kita ada yang bocor sayang, semalem hujan nya lebat. Kan kamu sendiri yang taruh ember itu di sana."

Persekian detik, Lifya mengkerutkan keningnya dan mengingat perihal yang bunda katakan padanya. "Oh iya bun" cengir Lifya, "Tapi bunda, ini plafonnya nanti dibenerin kan?"

Bunda mengangguk pelan. "Iya, nanti Bunda mau panggil Pak Jaja buat benerin." Tutur bunda lembut sambil melirik ember yang tumpah. "Sebelum mandi, inget dilap dulu itu air nya yang tumpah ya Fya. Biar gak kepleset. Kalo gitu, bunda mau siapin sarapan." Bunda pun berlalu pergi dari kamar Lifya.

(*)

"Bunda, Lifya berangkat dulu ya." pamit Lifya sambil mencium tangan bundanya. "Mana ayah? Lifya mau sekalian pamit sama ayah, bunda."

"Iya hati-hati ya sayang. Hm.. Ayah? Ayah udah berangkat tadi. 

Lifya menautkan alisnya, ia memperhatikan wajah bundanya sekilas. "Bunda baik-baik aja, kan?"

"Iya Lifya, bunda baik. Udah ah, sekolah sana. Nanti telat gimana?" 

"Iya bun," Lifya menggunakan earphone yang sudah tertaut pada ponselnya yang pipih. Kemudian ia melambaikan tangannya pada bunda untuk pamit yang kesekian kalinya.

(**)

"Maafkan aku... Membuat mu tak suka...." nyanyi Lifya saat melewati lorong sekolah sambil memecah kesunyian. 

Memang, ia sangat menyukai alunan-alunan nada, termasuk musik dan lagu. Tak salah memang bila ia menyukai hal itu. Namanya saja sudah bisa diartikan memiliki keterikatan pada melodi, yaitu : "Lifya Melody Priska".
Gadis yang genap berusia enam belas tahun itu merupakan gadis yang baru pindah dari Bali. Dahulu dia mengikuti tantenya disana. Namun, kini ia memilih tinggal bersama kedua orang tuanya di Jakarta. Mengingat kalau ia juga ingin dekat bersama ayah, bunda dan kakaknya.

Lifya, begitulah panggilan akrab untuknya. Gadis berambut panjang itu kini bersekolah di SMA Velasda. 

Brak....
Tak sengaja Lifya menabrak salah siswi yang berjalan berlawanan arah dengannya. Seketika itu ia pun melepas sebelah earphone yang masih terpasang di telinganya. "Eh maaf.. Maaf banget ya, aku gak sengaja."

"Maaf-maaf! Enak aja bilang maaf, liat nih! Kamu gak liat apa?! Ini buku novelku sampulnya kelipet gara-gara kamu!" sentak gadis itu tak terima.

"Iya maaf, aku gak sengaja." pinta Lifya yang masih sabar mengahadapi gadis itu. Seharusnya yang meminta maaf adalah gadis itu, padahal dia yang menabrak Lifya barusan. Beruntung ponselnya tersimpan di dalam tas, kalau tidak? Mungkin ponselnya akan jatuh dan ambyar sudah.

TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang