(3) Kesempatan

399 42 2
                                    

(Revisi)

Terlambat

By Vita Damayanthi

___________

"Lif, Lifya..." panggil bunda seraya mengedor pintu depan dari arah luar.

"Hah? Iya bunda. Tunggu..."
sahut Lifya yang mencoba berjalan cepat untuk membukakan pintu, meski kepalanya yang masih agak sempoyongan.

"Lho, kok gak ganti baju? Abis tidur ya? Udah sering dibilangin, kalo dari luar harusnya-"

"Harusnya cuci muka dulu, ganti baju baru tidur. Ya kan bunda?" potong Lifya cepat dengan sopan.

Mendengar itu, bunda hanya tersenyum kecil menanggapi perkataan anak bungsunya.  "Kamu ini, nah tuh pinter. Terus ini kenapa gak ganti baju?"

"Tadi ketiduran bunda, niatnya sih cuma guling-guling di atas kasur. Eh tau-taunya,  tidur beneran bun. Hehehe." dalih Lifya yang tidak mau bilang kalau sebenarnya kepalanya sempat pening karena terkena guyuran hujan saat sepulang sekolah tadi.

Saat ini bunda sudah memegang pundak Lifya yang masih menggunakan seragam sekolahnya. Diamati anaknya itu dan wanita itu seperti teringat sesuatu. "Sekarang mandi sana, ini udah jam empat. Kan nanti kamu ada les Bahasa Inggris. Lupa ya?"

"Oh iya bunda, hampir lupa. Kalo gitu Lifya mau mandi dulu ya." Tanpa basa-basi lagi, ia pun langsung berjalan menuju ke arah letar kamar mandinya berada. Namun sesampainya di kamar mandi, ia ternyata lupa mengambil benda wajib yang mesti dibawa, yaitu 'handuk. Alhasil ia pun kembali lagi keluar untuk mengambil benda biru laut kesayangannya itu.


Bunda terkesiap melihat anaknya yang tiba-tiba keluar lagi dari dalam kamar mandi. "Ini, ngapain keluar lagi? Ya ampun Lifya..." gerutu bunda gemas padanya.

"Ini bun, handuknya gak mau ngikutin Lifya. Jadi Lifya mau jemput dulu di jemuran depan." jelasnya yang terpaku sejenak sebelum melanjutkan langkahnya

"Handuk aja dilupain. Kamu ini ada-ada aja. Ya udah Cepetan lho ya."

●●●

"Nanti jemput ya kak. Inget jam delapan! Jam delapan! Jangan lupa ya kak!!"

"Iya bawel."

"Ini seriusan, jam delapan! Inget ya jam del-"

Namun kata-kata Lifya terputus, dan langsung disambar kak Febrian.  "Ya ampun Lif, semenjak kapan kamu jadi bawel gini? Buset, iya-iya jam delapan pasti kakak jemput."

"Iya udah deh kak. Hati-hati ya, inget jam delapan!" seru Lifya mengingatkan kakaknya yang sudah berlalu.

Setelah Kak Febrian menghilang daei pandangannya, tiba-tiba kepalanya menjadi gatal. Kemudian Lifya berniat untuk menggaruknya. Namun, ia baru tersadar, bahwa helm yang ia pakai masih terbawa dan melekat dikepalanya. Jadi, terpaksa Lifya menitipkan helm itu pada Pak satpam yang berjaga di sana. Tentu setelah ia menggaruk kepalanya terlebih dulu.

●●●●

"Silahkan masuk kelas, sebentar lagi kelas akan dimulai." kata seorang perempuan yang Lifya rasa adalah seorang guru pengajar disana.

TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang