(26) Kau tak datang, Lif.

123 6 8
                                    

By. NovitaDamayanthi

Before you read,
Can you vote this part?
To appreciate my stories...

Thanks....
.
.
.
.
.

Happy reading, darling 🖤

------------------------------------
Perhatian!!!
Part ini sudah sempat di publish sebelumnya.

Namun di publish kembali karena ada perubahan dan penambahan dialog pada part ini.

Maka dari itu, disarankan untuk kembali membacanya.

Sekian...

--------------------------------------

Sicha tidak bisa berbohong lebih lama lagi pada kedua sahabatnya, Ira dan Imel. Ia tahu, bila ia mengatakan kalau selama ini ia selalu berbicara pada Raka yang notabena adalah saingan terberat mantan Ira. Maka Sicha tahu kalau ia pasti akan dijauhi dan dibuang dari anggota Ira CS. Mau bagaimana lagi? Kalau jujur pada mereka harus sepahit ini, lebih baik pahit karena memilih cinta dibanding memilih teman yang belum ia tahu bagaimana akhirnya.

Silahkan bila ada yang mengatakan kalau Sicha itu busuk. Dibanding Ira yang selalu merusak hubungan Rio bersama kekasih barunya.  Lebih busuk mana?

Hari ini Sicha telah membuat janji pada kedua sahabatnya di taman sekolah. Dengan langkah yang sudah dimantapkan, ia menarik nafasnya dalam-dalam dan memfokuskan pandangannya pada Ira dan Imel yang tengah berswafoto di bangku taman.

"Ra. Mel. Gue mau ngomong sesuatu." Ujar Sicha yang setengah berbisik dan nyaris seperti orang yang hilang udara.

"Apaan sih?! Ganggu banget lo!" Ujar Ira yang sebal karena gaya selfienya harus terhenti.

"Lo abis kemana aja?! Dua minggu lo udah gak bareng kita lagi. Masih inget lo sama kita?!" Tanya Imel dengan isyarat tak suka dari sorot matanya.

Semua kata-kata itu, pertanyaan dengan bentakan keras dari mulut mereka, hampir membuat Sicha meloloskan air matanya. Namun ia tepis. Karena tiba-tiba saja ketakutan itu berubah menjadi keberanian di dalam dirinya.

"Gue gak mau jadi temen kalian lagi! Gue capek sama tingkah kalian! Kalian itu seolah-olah ratu yang ingin dipuja banyak orang! Kalian sadar gak sih?! Dengan cara kalian yang begini! Kalian gak ada apanya! Gue muak! Gue capek! Kalian pikir, gue babu kalian-"

Plak!
Ira bangun dan Sebuah tamparan dari tangan jentiknya mengenai pipi Sicha. Ira marah dan murka dengan semua pengakuan Sicha yang sepenuhnya ia potong sebelum ada jeda dari Sicha. Sementara Imel, ia juga kaget dengan semua itu.

"Lo!" Tunjuk Ira dengan emosi. "Lo emang cewek yang cupu! Gue nampung lo juga karena keperluan gue! NGACA DONG!!! LO SIAPA?! UDAH MERASA HEBAT LO?!"

Sicha mengelus pipinya yang memerah dan sedikit membiru dibagian pinggirnya. Ia tepis rasa sedih yang kian meluap di dadanya. "Gue. Berhenti. Jadi. Temen. Kalian." Ucapnya penuh penekanan.

"Oh... SILAHKAN! PERGI LO UDIK! LO GAK GUNA SAMA KITA!" Umpat Ira yang makiannya tambah keras, hingga banyak teman-teman lainnya yang mulai mengerubungi mereka.

"Biar semua tau, kalo kalian itu suka ngusik orang lain!" Balas Sicha dengan mata yang mulai memerah.

Imel tidak tinggal diam, ia menjambak rambut Sicha. "Pergi." Bisiknya dengan kejam. "Kejar tuh cowok penyakitan! Silahkan lo bela dia dan menjauh dari kita!" Bisiknya dan melepaskan jambakannya dari rambut Sicha.

TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang