(9) Permulaan bukan Formula untuk Pemula

191 17 2
                                    

By. NovitaDamayanthi

"Ada cogan, coy." desis Anya yang duduk tepat di belakang Emma.

Jangan tanya lagi. Sudah pasti Emma mendengarkan dengan seksama apa yang sedang mereka obrolkan. Kalau sudah begini, pendengaran yang tadinya bodo amat untuk mendengar mereka bergosip. Kini menjadi amat penting baginya. Bahkan, jari-jemari yang dari tadi asyik menari diatas layar ponselnya pun ikut terhenti.

"Iya, gue tau kok, malah nih ya anak-anak yang sempet papasan sama dia tuh, pada klepek-klepek gila gitu deh." sahut teman duduknya yang sudah pasti menjadi sohib Anya.

"Sumpah?!? Sayang, gue cuma liat belakangnya doang." Anya lalu memutar kedua bola matanya malas, "andai gue kenal dia, pasti gue jagain deng."

Emma hanya mengangkat sebelah alisnya, tanda ia mengerti. "Oh.. Jadi ada anak baru," begitu pikirnya. Kalau begitu ia harus memberitahu Lifya tentang ini, karena rakus rasanya kalau ia tidak membagi gosip hot ini padanya.

♡♡♡♡♡

Setelah bernegosiasi terhadap apa yang harus dilakukan, akhirnya pada hari itu juga Raka sudah bisa bersekolah. Dan resmi menjadi siswa di salah satu SMA swasta.

"Ka, kita pulang ya?" ucap Lady pada anak bungsunya.

"Ya, ma."

Keempat orang yang menemaninya tadi pun meninggalkan Raka di sana. Sekarang, hanya tinggalah ia bersama Bapak Kepala Sekolah SMA tersebut.

"Mari nak, bapak antar kamu ke kelas."

"Iya pak," sahut Raka seraya mengikuti Pak Kepsek dari belakang.

Saat ini keduanya sedang menyusuri koridor sekolah yang sepi, itu dikarenakan para penghuni sekolah sedang khidmat untuk melangksungkan pemelajaran. Maka dari itu terciptalah suasana yang tertib, nyaman, dan sunyi. Tetapi bagaimana pun, suasana itu masih tergolong ke kategori menegangkan, buktinya hanya beberapa kelas saja yang tak ribut. Itu tandanya, mereka yang sepi sedang melaksanakan ulangan serta menguji ketabahan hati dan pikiran mereka masing-masing.

Derap langkah Raka terdengar dengan jelas saat ia melewati ruang kelas 12 MIPA 1. Pada saat Raka melewati ruang kelas itu, para murid dari kelas itu mulai menengok Raka dari jendela kelas mereka. Mula-mula siswi-siswi yang sedang bergosip ria pun menjadi terdiam tak bersuara melihatnya. Bayangkan, melihat Raka saja, sudah seperti menyaksikan seorang malaikat laki-laki sedang turun ke bumi. Namun nyatanya bukan begitu. Beberapa saat kemudian, seruan-seruan gila mulai merebak. Padahal ada kepala sekolah mereka di depan Raka, tapi rasanya itu tidak membuat mereka takut untuk meneriaki dirinya.

"Eh anjir!!! Anak mana tuh?"

"Gilak! GILAK! GANTENG BANGET!!!!!!! OEMJI!?!" teriak salah seorang siswi perempuan yang melotot dengan takjub.

"Wow! He's my mine!!" celetuk siswi lainnya.

Yang mendengar pun tak terima, lalu berkata "NO! DIA COGAN GUE!" teriak siswi yang memakai kacamata dengan histeris.

Tetapi, Raka hanya berjalan santai mengikuti Pak Jono dari belakang. Raka terlihat anteng-anteng saja. Bahkan, ia sempat membenarkan posisi kerah bajunya sambil menyunggingkan sedikit senyum untuk mereka yang sedang menggila dibuatnya.
Ingat! Senyuman itu hanya sedikit. Tapi, itu mampu membuat mereka jadi tambah histeris. Memang sedikit rempong, iya kan?

TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang