(14) I don't know. Why?

181 14 6
                                    

I don't know. Why?

Part 14

By. NovitaDamayanthi






"WOY!!!" sergah seseorang yang melihat Lifya yang tak sadarkan diri diseret-seret dilantai.

Sementara itu, pria yang menyeret Lifya menghentikan dulu tugasnya. Ia menyandarkan tubuh Lifya secara kasar di pojokan tembok dekat pintu kelas. Pria itu sedikit kesal dengan kehadiran bocah ingusan yang sok ingin menjadi pahlawan kesiangan ini.

Bruk.....
Suara pukulan terdengar di lantai atas kelas Lifya. Sekarang kedua laki-laki sedang beradu pukul satu sama lain.

Terlihat kalau kedua pria yang sempat  menyeret Lifya itu berpakaian yang serba hitam dengan buff hitam yang juga menutup hidung hingga mulutnya. Berbeda dari pria tersebut, penolong Lifya menggunakan pakaian SMA almamater Velasda.

Itu berarti kedua lelaki tersebut memiliki latar yang berbeda dan tujuan yang berbeda pula.

Bruk...
Pukulan itu terjadi lagi, namun kali ini yang terpukul adalah laki-laki yang menggunakan seragam sekolah. Darah yang hangat terasa mengalir di hidung lelaki SMA yang ingin menolong Lifya. Tetapi ini tidak membuatnya goyah dan menyerah sedikit pun. Lalu ia mengusap kasar darah yang mengalir diatas mulutnya dan kembali melayangkan bogem mentah untuk pria itu.

Tetapi sial, ada dua orang yang datang secara tiba-tiba. Ini yang membuat dirinya semakin terpojok untuk melawan. Kali ini ia mengepalkan tangannya dan bersiap memasang ancang-ancang untuk melawan ketiga penjahat yang sedang mengelilingi dirinya. Namun, benda tumpul terasa menghentak keras di tengkuknya. Seketika itu juga, ia merasakan kepalanya menjadi sakit. Dan ia pun menjadi ambruk tak sadarkan diri bersama Sang Gadis.

"Kalian! Kerja aja gak becus!" sentak pria yang membawa potongan besi di tanganya.

"I-Iya bos. Maaf...Maaf," ucap anak buahnya bergantian.

"Cepat! Bereskan semuanya! Termasuk, SI SOK JAGOAN INI! CEPAT!"

Dengan sigap ketiga anak buahnya membereskan apa yang diperintahkan oleh bos besarnya.

__________

"Aaa... Aw.. sh.. Aduh Sakit banget." Lifya meringis kesakitan dengan kepala yang berasandar di atas pundak seorang laki-laki. Samar-samar ia seperti mengenal aromanya. Tapi, ia juga lupa siapa pemilik aroma itu.

"Kok bisa ada disini?" Lifya bertanya dengan nada berbisik untuk dirinya sendiri.

Lifya yang masih setengah sadar mencoba untuk mengerjap-ngerjapkan mata untuk melihat sekitarnya. Masih dengan posisi kepala yang tersandar lemas di atas bahu lelaki itu. Yang jelas, Lifya masih mencoba untuk mengingat-ingat kejadian tadi yang sempat ia alami. Ia ingat, rupanya tadi ada seseorang yang membuatnya pingsan, dan setelah itu?

Ah.. Tetapi Lifya sudah tak ingat apa-apa lagi. Ia mencoba untuk menggerakan tangannya. Namun ia merasakan tangannya seperti diikat di belakang. Lifya mengguncangkan badannya, berusaha melepaskan ikatan ditanganya. Tapi sia-sia saja, ikatan itu malah tambah kuat mengikat pergelangan tangannya..

Pelan-Pelan Lifya menegakkan posisi kepalanya, ia juga melihat kalau kakinya ikut diikat. Begitu juga lelaki yang ada di sebelahnya, diperlakukan sama seperti dirinya.
Bukan Lifya namanya kalau tidak mudah penasaran. Ia bingung dan ingin tahu, siapa sih lelaki ini?

Sayangnya, kepala lelaki itu tidak menghadap ke arahnya. Melainkan mengarah kesisi kanan, sementara Lifya berada disisi kiri.

Tanpa berpikir panjang, Lifya mencoba menyeret-nyeret dan mengguling-gulingkan tubuhnya sendiri agar bisa berpindah posisi dan melihat sosok yang masih diam tak bergerak di sebelahnya ini.

Beruntung, mereka yang mengikat Lifya dan lelaki ini tidak disatukan. Jadi, Lifya masih bisa bergerak, meski hanya sedikit. Atau tepatnya, sangat sedikit.

Cukup susah memang untuk sampai di sebelah lelaki yang membuatnya penasaran itu. Tetapi, Lifya tetap terus berusaha. Meski nafasnya mulai habis karena ruangan yang sempit, gelap dan kedap udara.

Ya, dan akhirnya ia bisa. Tetapi kepala lelaki tersebut sedikit menunduk ke bawah, jadi Lifya harus ikut menunduk dan mengarahkan pandangannya tepat ke wajah lelaki itu dengan sangat dekat. Seperdetik Lifya belum mengetahui siapa dia. Dua detik. Tiga detik.

"Hah, Raka?!" Lifya kaget, mulutnya mengangga dengan lebar.

Lifya melihat kalau di wajah Raka juga terlihat ada bekas darah serta memar di hidung, mulut dan pipinya. Lifya ingin menolong, tapi apa dayanya? Alhasil Lifya hanya bisa membantu dengan cara duduk disebelah Raka dan membiarkan kepala Raka tersandar di pundaknya. Tak hanya itu, Lifya juga menopang kepala Raka dengan kepalanya, supaya darah segar dari hidung Raka tidak mengalir lagi. Hanya ini, hanya ini yang bisa Lifya perbuat.

"Raka...." Lifya memanggil nama Raka dengan pelan,sambil menggidikan bahunya. Tetapi belum ada tanggapan dari Raka.

"Raka... Ka.." Berulang kali Lifya sudah memanggil Raka, namun dia belum juga menjawab.

Lifya takut, hanya takut kalau sampai terjadi sesuatu yang parah pada lelaki di sebelahnya ini. Lifya mulai frustasi, ia menggigit bawah bibirnya dengan keras. Hingga setitik air mata ikut mengalir dari pelupuk matanya, bersamaan dengan setetes darah di ujung bibirnya yang ia gigiy dengan keras.

"Raka! Bangun! Raka ...."
Sekarang air matanya mengalir dengan deras, dan suaranya terdengar parau karena sesenggukan.

"Ra-Ka... Bangun! Lu bangun! Heh jutek, bangun!" Sama, belum ada respon kalau Raka akan sadar. Bersamaan dengan itu, Lifya tambah gemetar. Kalau sampai terjadi sesuatu pada anak di sebelahnya ini bagaimana? Wajah Raka nampak pucat pasi dari sebelumnya, hal itu yang kontan membuat ketakutan Lifya sekarang jadi semakin bertambah.

Lifya memejamkan matanya dengan kuat-kuat. Kini ia hanya bisa berdoa didalam hati.  Please, tolongin kita .... kalau pun hanya salah satu dari kita yang selamat, setidaknya kesempatan itu aku kasih buat Raka ....

Semakin lama tangis Lifya menjadi-jadi. Tetapi saat ia menangus, tidak bersuara  sedikit pun. Tangisan ini adalah tangis dari gambaran ketakutan yang terjadi saat ini.


to be continue....
























NB : Fyi gue nulis action itu rada-rada susah sih sebenernya :' ya gimana dong, orang gak pernah ngeliat langsung (jangan sampe). Ini aja udah dipermanis dikit sebenernya, awalnya gue malah mau asal tonjok sana tonjok sini #Peace

So, buat kamu dan kamu... Iya kamuuuuuu.. Kalian boleh deh komen apapun itu tentang part ini. Gaje ya? Iya gue tau kok😣 menyiksa batin memang...

Big hug for you darl.....🤗
by. NovitaDamayanthi

TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang