part13...
by.NovitaDamayanthiHappy Reading
"Gue harap, lu bisa ngertiin gue Lif. Cuma itu, gak lebih." Tangan Farrel perlahan memegang punggung tangan Lifya. Membuat Lifya terhenyak dan menjauhkan tangannya.
"Gue-" Lifya berusaha mengatakan alasan lain, namun bukan penolakan atau kata iya yang terlontar melainkan dia ingin pulang. "Kita pulang Rel, udah sore. Bunda pasti nyari gue."
Farret tertawa sumbang dan mengambil botol minuman milik Lifya yang masih tersegel. "Kalo gak bisa buka nih minuman? Ya bilang dong! Jangan diem aja," kata Farrel dengan cempreng seraya membukakan tutup botol tersebut.
"Nih," Farrel menyerahkan minuman itu untuk empunya.
Setelah itu, Farrel menarik nafasnya dengan berat serta mulai bangkit dari duduknya. Lalu ia berjalan lebih dulu menuju motornya, meninggalkan Lifya yang duduk terpaku sambil mengigit bibir bagian bawahnya yang terasa kering.
------
Seorang gadis sedang menaiki anak tangga sambil mendengarkan lagu lewat earphone. Ia bersenandung kecil hingga membuat gantungan tasnya ikut bergoyang, menimbulkan denting suara yang seirama dengan langkahnya. Terlihat kalau gadis itu memasuki ruang kelas yang ada disebelah tangga tadi.
Pagi ini Lifya sudah berada lebih awal di dalam kelas. Tak tahu apa yang membuatnya datang sepagi ini, padahal biasanya juga datang saat bel masuk akan berbunyi. Entah karena apa, ia langsung menaruh tas miliknya di atas meja dan mengambil ponsel serta menaruhnya ke dalam saku seragam. Lalu, ia berjalan ke arah pintu, berniat untuk keluar kelas.
Sesampainya di luar kelas, Lifya langsung berdiri di dekat balkon. Dengan posisi tangan yang bersidekap dan menjajarkannya di atas tembok penyangga. Kakinya yang jenjang sudah pasti ikut menyentuh tembok, membuat lutut Lifya merasakan dingin yang menjalar di kakinya. Tak perlu waktu lama, ia langsung menghirup udara pagi dengan lantang dan lepas. Sejenak pikirannya menjadi ringan dan jernih seketika.
Dua minggu sudah Lifya bersekolah di SMA Velasda. Keadaan kelas yang awalnya masih jauh dari kata akrab. Sekarang sudah menjadi rumah kedua baginya. Dan dua minggu juga, Lifya melihat tingah Raka di sekolah.
Bip...Bip...
Ponsel Lifya bergetar, menandakan ada pesan masuk untuknya.
Segera Lifya membaca pesan singkat tersebut dengan seksama. Belum selesai ia membacanya, Lifya mengrenyitkan alis.
Dungunya, meski tak tahu siapa yang mengirim pesan , Lifya malah menuruti pesan itu. Kepalanya ia tundukan kebawah, ia melirik kebawah kiri dan kanan. Kosong. Tak ada apapun.Lagi, ada pesan singkat lagi yang masuk untuknya. Dengan sigap Lifya membacanya.
"jangan kecewa? Maksudnya?"
Tanya Lifya. Namun ia simpan dulu pertanyaan itu, lebih baik ia tengok dulu kebawah. Kosong. Sama seperti tadi.Tapi tunggu, ada sebuah balon gas berwarna pink yang terbang keatas, balon itu mendekat kearahnya. Ia meraih balon itu dan menggenggam talinya dengan erat dan langsung memeluk balon itu.
Ada pesan singkat lagi yang masuk.Lifya mngedipkan matanya beberapa kali, ia menengok ke kiri dan kanan. Cepat-cepat ia berdiri sebelum sesorang memergokinya sedang jongkok memegang balon. Apalagi warnanya pink soft, sebenarnya Lifya menyukai itu.
Bip...Bip..
Lagi, pesan dari orang yang sama lagi.Sudah cukup, Lifya gemas akan suruhan sms aneh ini. Ia berjanji pada dirinya sendiri, ini adalah kali terakhirnya untuk menengok kebawah. Cukup untuk sekarang, ini yang terakhir. Memang dia siapa? Lifya saja tak mengenal pengirimnya.
Setelah ia melihat kebawah, tidak ada apapun sama sekali.
Lifya kesal, ia merasa dipermainkan oleh sms berantai yang entah dari mana asalnya.Bip....Bip...
"Arghhh... Siapa sih ini? Pagi-pagi gangguin orang aja." Lifya menggerutu sambil membuka pesan yang terus berdatangan untuknya.Deg....
Lifya kaget, ia kaget karena isi pesan itu menyuruhnya untuk menoleh kebelakang. Perlahan-lahan Lifya mundur selangkah demi selangkah, menjauhkan dirinya dari balkon. Matanya menatap tajam sms terakhir itu. Demi apapun, kini sekolahan masih sepi. Andai saja ia tak datang pagi, sudah pasti hal ini tidak terjadi untuknya.Sekarang yang dipikirannya hanya satu, masuk kedalam kelas untuk mengambil tas dan berlari sekencang-kencangnya menuju ruang guru.
Namun apa yang terjadi?
Tetapi saat ia mundur, Lifya merasa kalau ia menginjak kaki seorang. Dan, kenapa tiba-tiba bibirnya dibekap oleh sapu tangan? Lifya hanya bisa meronta untuk meminta tolong. Sayangnya suara itu tertahan, tidak keluar sama sekali. Hal hasil, Lifya hanya bisa berteriak didalam hati."Please, tolongin aku.. Siapapun itu... Ini aku... Please....."
Seketika itu juga, Lifya merasakan kepalanya berat dan badannya yang lemas. Serta saat itu juga, Lifya menjadi terkulai tak sadarkan diri.
☆☆☆To be continue ☆☆
Kira-kira, siapa sih yang tega gituin Lifya? 😢😢🙁
Ada yang tau???
Comment nya ditunggu ya.....FOR someone...
Please help Lifya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlambat
Teen Fiction✔#TeenFiction ✔#Love [End] Namanya Lifya, murid pindahan yang akhirnya bertemu dengan Raka. Banyak yang menyayangkan akan bagaimana cerita mereka akan berlanjut. Pantaskah mereka bersama? Apakah Lifya yang lebih baik bersama orang lain...