Part 1

7K 356 72
                                    

Please follow, vote, comment, dan rekomendasiin cerita ini ke temen2 kamu yg lain :)

Semoga suka cerita abal-abal ini, selamat membaca :)

***

Ternyata seperti ini rasanya. Sakit tentang memiliki perasaan yang sama, tapi berjuangpun tidak bisa membawa cerita pada sebuah akhir yang seharusnya. Sekarang puisi yang menyayat hati terdengar lebih manusiawi, setelah kupikir para penyair itu terlalu berlebihan menggambarkan sakitnya. kenyataannya mengobati luka hati memang tak semudah kedengarannya. Tentang mengubur harapan, melupakan impian, dan memutus ikatan yang terlanjur kuat disetiap simpulnya. Setiap luka memang ada obatnya, tapi ada beberapa yang meninggalkan bekas. Tidak mudah hilang, meski perihnya mungkin berkurang.

Aku menghapus design undangan yang dulu kurancang dengan hati berbunga-bunga, dari salah satu folder dalam laptopku. Aku tahu membuatnya cukup sulit, tapi membiarkannya tetap disitu tidak akan membantuku untuk memudarkan perasaan. Hari yang pernah ku impikan itu hampir terjadi. Tinggal menghitung bulan dengan jari dari satu tangan saja, aku nyaris berjanji untuk tua bersama seseorang. Bukan pilihan sulit untuk memilihnya. Dia hampir memiliki segala hal yang aku inginkan dari seorang pasangan. Dari seseorang yang akan kujadikan rumah untuk pulang, menitipkan tawa sekaligus tangis disana. Seseorang dengan bahu yang akan kujadikan tempat bersandar. Seseorang yang akan dengan pandai menguatkan sisi rapuh dalam diriku. Tapi dalam hidup, akan selalu ada yang gagal aku dapatkan, kan? Dia salah satunya.

"Jangan bilang, kamu masih galau karena gagal menikah dengan pria aneh itu," sergap Wilona mengagetkan, membuatku segera menutup laptop. Kami memang tidak perlu mengetuk pintu untuk memasuki kamar satu sama lain. Rumahku sudah seperti rumahnya, dan sebaliknya.

"Dia bukan pria aneh," sanggahku. Wilona melempar tatapan mencibirnya.

"Lihat, kamu baru saja membelanya! Setelah ibunya dengan kejam menolakmu mentah-mentah?" Wilona memutar bola matanya jengah. "Ya ampun Milka, kalau pria itu benar-benar mencintaimu, harusnya dia memperjuangkanmu," lanjutnya diplomatis.

"Dia hanya memenuhi permintaan ibunya. Perintah orang tua jelas lebih penting dari perasaanku, kan?" tanyaku ragu. Itu hanya caraku untuk membesarkan hati. Kenyataannya, setiap wanita selalu ingin diperjuangkan.

"Tapi cara berpikir ibunya itu nggak logis. Dengar Milka, sistem monarki sudah lama ditinggalkan. Dunia ini bukan hanya untuk mereka yang lahir dari orang tua terpandang." Seharusnya memang begitu. Aku tidak bisa dinilai dengan kasus Ayahku yang tertangkap karena kasus narkoba, atau Bunda yang akhirnya terjerembab dalam dunia malam. Ketergantungan Ayah pada barang terlarang itu, membuatnya tak berpikir panjang untuk menguras habis apa yang keluarga kami miliki. Yang akhirnya membuat Bunda terpaksa menjual diri untuk menghidupiku sebagai orang tua tunggal. Bunda menipuku habis-habisan. Dengan hasil pekerjaan malam itu Bunda berhasil menyekolahkanku. Hingga di tahun ketiga aku bersekolah di SMA, rahasia Bunda terbongkar. Aku marah, kecewa, sekaligus merasa bersalah. Bunda adalah wanita luar biasa dalam hidupku. Aku pikir wanita sebaik Bunda tidak akan pernah mengambil langkah seburuk itu. Itulah mengapa setelah mengetahuinya, aku merasa menjadi beban berat sehingga Bunda harus mengorbankan harga dirinya.

"Perasaan khawatir seorang ibu pada pilihan anaknya manusiawi, kan?" tanyaku lebih kepada diriku sendiri. Aku ingat betul bagaimana mantan calon mertuaku itu menggagalkan rencana pernikahan kami. Alasannya cukup bisa kuterima. Yah...walaupun menyakitkan, tapi ibu mana yang ingin putranya menikah dengan gadis anak pecandu narkoba dan kupu-kupu malam? Aku baru mengenal agama dengan cukup baik setelah mengajar di Pesantren. Tidak ada jaminan kalau aku akan tetap istiqomah di jalan yang baru kutapaki. Perjalananku masih terlalu panjang untuk mengejar mereka. Jadi memang tidak berlebihan kalau aku dianggap bukan sosok menantu idaman, untuk keluarga sekelas mereka yang sudah mengelola pesantren secara turun menurun.

The One That Got AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang