Aku tau, aku hibernasi terlalu lama. Tapi jadwal kemaren memang menggila. UTS kelar, langsung dihantam UAS. Cuma dikasih jeda hari tenang, dan realitanya justru kebalikannya. Hari-hari yang sama sekali nggak menenangkan. Terserah sih, bagi yg merasa intro diatas cuma alasan yang dibuat2. Itu hak masing2. Hehee...
Aku minta maaf buat yg merasa kesel, tapi serius, kuliahku nggak bisa diganggu gugat.
Oh iyaaa, makasih juga yg kemaren selama masa2 ujian yang berat itu, udah menguatkan, nyemangatin, dan doain. It's mean a lots for me. Makasih banyakkkk pokoknyaaaaa ❤❤❤❤
Jangan lupa vote dan comment yaaaa... Aku lagi liburan nih, jadi in syaa Allah next chapter cepet kalo vote dan commentnya juga sesuai... Heheee... Happy reading ❤
***
Tidak banyak yang bisa aku lakukan dengan hujan yang kerap turun seperti ini. Long Weekend yang kudapatkan pekan kemarin karena beberapa tanggal merah yang beruntun pun hanya bisa kuisi dengan membaca buku-buku milik Sabrina yang sudah lama kupinjam tapi belum sempat kubaca. Aku sampai bisa jatuh cinta pada Muhammad Al Fatih, penakhluk konstantinopel yang kisahnya mengaduk-aduk hatiku. Pantas saja Sabrina paling heboh merekomendasikan buku itu.
Beruntung selama long weekend yang membosankan itu, aku tidak mendapat surat pemecatan seperti yang kuduga. Aku sempat curiga kalau mereka berdua akan memecatku secara langsung. Tapi baiklah. Hari ini aku akan tetap ke kantor meski itu akan benar terjadi. Berani menghadapi kenyataan adalah salah satu ketrampilan dalam hidup yang mulai ingin kuasah dengan baik dan benar. Aku tidak ingin lagi terkejut terlalu lama untuk banyak hal yang mungkin tiba-tiba saja akan datang berulang kali dalam hidupku.
***
Aku sampai ke kantor dengan outer rajut tebal yang sudah basah. Payung yang kubawa tidak bisa melindungiku dengan sempurna, meski jarak halte busway dengan kantor tidak terlalu jauh. Ini akan menjadi hari yang panjang. Berada seharian dalam ruangan ber ac, tanpa pakaian tebal dengan hawa dingin yang hujan lebat tinggalkan.
"Besok-besok lagi pesan taxi online saja, jadi nggak kehujanan." Aku hampir saja melompat dari tempatku berdiri, saat melihat siapa yang bicara.
"Pakailah," Aku belum sepenuhnya sadar, saat orang itu mengulurkan hoodie abu-abu ditangannya padaku. Berbagai macam pertanyaan berdesakan di kepalaku. Mengapa dia ada di kantor ini? Untuk apa? Tidak akan terjadi insiden memalukan lagi, kan? Dan masih banyak lagi prasangka buruk yang menyumpal dalam benakku. Tapi tidak ada satupun yang berhasil kulontarkan.
"Nggak perlu, Za. Ini merepotkan," tolakku hati-hati.
"Aku nggak repot. Lagipula aku hanya sebentar disini. Nggak perlu khawatir," sahut Reza tampak sungguh-sungguh. Aku benar-benar tidak berminat mengambilnya, meski tau aku bisa demam atau terkena flu kalau memaksakan diri berada dalam ruangan ber AC seharian dengan hujan yang tak lekas berhenti seperti ini.
"Aku memang sedang nggak mengkhawatirkanmu. Ini juga bukan tentang merepotkanmu. Ini tentang merepotkan hatiku. Mengaku sudah melupakan segalanya, bukan berarti tidak ada bagian dari hati kita yang tetap utuh meski segalanya hancur." Ya, aku ingin belajar teguh tetap mengunci rapat pintu hatiku, meski dia mengetuknya. Berulang kali.
"Kamu selalu memulainya. Maksudku baik. Aku tidak berniat lain selain membantumu."
"Aku tahu," sahutku cepat. "Laki-laki memang seperti itu, kan? Kebanyakan mereka nggak benar-benar paham tentang apa yang sudah mereka lakukan pada hati perempuan."
"Lalu kamu maunya aku harus gimana?" Reza menatapku frustasi. Ekspresi yang belakangan ini sering dia tunjukkan padaku.
"Berhenti melakukan apapun untukku. Berhenti bersikap kalau kenyamananku adalah sesuatu yang harus kamu usahakan. Aku berterimakasih untuk semuanya, tapi aku juga butuh waktu untuk memulai segalanya dari awal. Maaf kalau kamu merasa sudah mendengar ini berulang kali, tetapi aku akan tetap memintanya kalau kamu tidak berhenti juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
The One That Got Away
SpiritualSebaik apapun mereka, aku hanya bisa memilih satu, atau menyakiti keduanya. Karena aku tidak bisa menjadikan dua matahari sekaligus dalam satu langit. Hanya akan ada satu yang bersinar, membagi banyak cercah hangat cahayanya untukku. Tapi bagaimana...