Ini fresh banget, baru banget di ketik. Nggak sempet edit dan lain hal, jadi harap maklum kalo ada typo dan sebagainya.
Hepi riding, jan lupa vote dan comment nyaaaaa :))
NOTE : cerita nggak akan dilanjutkan sebelum commentnya banyak dan votenya sampai 100 'ke atas'. Biar kalian nggak berharap banyak, dan aku juga nggak perlu merasa jadi PHP, wkwk 😜
Jadi jangan tanya next part sebelum itu yaa *ketawa jahat
***
Akhir-akhir ini hujan lebih sering turun, membuat Bunda lumayan cemas. Aku berkali-kali menenangkan dengan menggenggam tangannya, yang beliau balas dengan lebih kuat. Pandangannya bahkan tidak terlepas dari pintu kayu rumahku yang terlihat mulai rapuh.
Alih-alih ikut cemas, aku justru sibuk mengurus perutku yang berulah karena aroma makanan yang begitu menggiurkan. Aku bisa mencium bau nasi hangat, opor, gulai, ikan asam manis, sate, soto, belum lagi makanan ringan dan pencuci mulut yang bercampur dengan hawa dingin dan bau tanah yang basah. Aku benar-benar lapar sekarang. Biasanya Bunda akan sangat cerewet menyuruhku makan, tapi sejak tadi Bunda justru memarahiku saat aku mengeluh lapar.
Semua makanan itu sudah ditata rapi, dan dihias semenarik mungkin diatas meja makan. Orang-orang yang tadi membantu kami juga sudah berpamitan pulang. Bunda bahkan sudah mengoceh agar aku berdandan secantik dan serapi mungkin sejak sore tadi, tapi keluarga Elzan belum juga datang sampai kami selesai menunaikan shalat Maghrib. Membuat Bunda cemas sekaligus gemas padaku yang tenang luar biasa. Aku juga tidak tahu mengapa Bunda secemas itu. Padahal Elzan sudah menelpon Bunda kalau hujan diluar deras, dan membuat jalanan macet total. Belum lagi keluarganya harus mampir di suatu masjid karena adzan sudah berkumandang.
Aku bersyukur dia menelpon Bunda secara langsung dan rajin memberi kabar setiap sampai pada titik tertentu. Dia sama sekali tidak menghubungiku semenjak malam terkutuk itu. Malam dimana aku secara implusif mengajaknya menikah. Aku bahkan tidak pernah berani menatapnya lagi setelah malam itu. Dan entah kenapa, dia juga seolah menghindariku di kantor. Bahkan sikapnya kembali seperti Elzan yang pertama kali kukenal. Dan ajaibnya, tidak ada lagi chat remeh temehnya yang dulu terasa menganggu tapi akhir-akhir ini justru kurindukan. Membuatku sempat berpikir bahwa dia sudah berubah pikiran. Sebelum akhirnya kemarin malam Bunda pulang dengan membawa banyak belanjaan, lalu berkata padaku bahwa hari ini Elzan akan datang melamar. Tentu saja aku terkejut luar biasa.
Aku baru saja selesai membenahi riasan wajahku yang tadi kuhapus karena harus berwudhu, saat beberapa suara mobil terdengar berhenti di pekarangan rumahku. Bunda segera berdiri. Memastikan semua sisi rumahku tampak baik-baik saja, lalu berjalan ke arah pintu untuk menyambut mereka. Saat pintu dibuka, aku terbelalak mendapati lima mobil mewah sekaligus terparkir di depan rumahku. Aku pikir Elzan hanya akan mengajak keluarga intinya saja. Untung saja Bunda tidak menghiraukanku yang terus protes karena Beliau mempersiapkan makanan yang tadi kurasa sangat banyak dan berlebihan.
Tanpa kuduga, Wilona keluar dari salah satu mobil itu. Bergelayut di lengan Anthony yang balas meraih pinggangnya. Senyumnya lebar, berbeda denganku yang membalasnya dengan tatapan sengit. Apa-apan itu? Aku sudah berusaha berlapang dada saat dia mengatakan dia tidak bisa datang menemaniku di acara lamaran, dan sekarang dia justru datang bersama calon keluargaku. Dia segera memelukku erat saat muncul didepanku.
"Siapa ya, memang kita pernah kenal?" tanyaku dengan nada sarkastik yang kental.
"Jangan gitu, donk, ini surprise dariku tau," sungutnya sebal sekaligus merajuk meminta maaf. Kami tidak bisa adu urat leher lebih lama karena keluarga Elzan mulai memasuki rumah.
Aku berusaha mengabaikan tatapan aneh keluarga Elzan saat melihat penampilanku dari ujung kepala sampai kaki. Entah karena pakaiannya syari, atau karena terlalu sederhana. Aku memang tidak mempersiapkan banyak. Tidak ada baju baru, aku hanya memakai gamis terbaik yang aku punya. Gamis mocca dengan layer brukat sederhana yang kupadu dengan jilbab voal berwarna senada bermotif bunga. Wilona pasti akan menceramahiku soal ini nanti. Biarkan saja. Dia akan menyesal membiarkan temannya mempersiapkan acara ini sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The One That Got Away
SpiritualSebaik apapun mereka, aku hanya bisa memilih satu, atau menyakiti keduanya. Karena aku tidak bisa menjadikan dua matahari sekaligus dalam satu langit. Hanya akan ada satu yang bersinar, membagi banyak cercah hangat cahayanya untukku. Tapi bagaimana...