FILE 2. DESA YANG HILANG

31.6K 1.4K 73
                                    

LOKASI : JALAN TRANS SULAWESI, SULAWESI UTARA KE PALU, SULAWESI TENGAH
WAKTU KEJADIAN : MARET 1996

Hujan turun sangat deras. Jalan aspal nampak remang-remang. Senja sebentar lagi habis. Matahari bahkan sudah tak terlihat tiga jam lalu, karena tertutup mendung yang sangat pekat.

Yansen memperlambat kendaraannya. Matanya yang tajam dan terlatih terus menatap jalanan yang basah bercampur lumpur. Jalan Trans Sulawesi dari arah utara, sebelum masuk kota Palu, memang terasa mengkhawatirkan. Tebing tinggi di sisi kanan, sementara jurang dalam tak terlihat dasarnya ada di sisi kiri.

Peluh Yansen, sopir kelahiran Bitung, Sulawesi Utara, terus mengucur. Hatinya benar-benar berdebar. Bagaimana kalau tebing di sisi kanan tiba-tiba longsor ? Ia tak mau membayangkan bagaimana bus yang dikemudikannya terlempar ke dasar jurang, beserta semua penumpang, termasuk dirinya !

Yansen menoleh ke kiri. Iwan, kondekturnya, yang berdiri di tepi pintu, terlihat tegangnya.

"Awasi terus jalanan, Wan. Lihat baik-baik kalau ada lubang." Teriak Yansen.

"Baik ... ! Tak pernah kulepaskan pandangan dari jalan," jawab Iwan.

Yansen melirik ke belakang, melalui kaca spion. Ia melihat wajah-wajah tegang di hampir setiap penumpangnya. Hujan semakin deras. Tiba-tiba kilat menyambar bumi. Cahayanya menyilaukan mata ! Semua kaget. Tak lama kemudian, angin keras menerjang dari sisi kanan. Sebuah batang pohon agak besar tiba-tiba patah dan menghatam bagian kanan belakang bus.

Kendaraan berpenumpang 25 orang itu oleng. Penumpang wanita menjerit panik. Yansen tak berani menginjak rem, takut bus mendadak slip. Pelan-pelan ia menurunkan gigi kendaraan. Gas dikurangi dan, laju bus semakin melambat.

Sekitar duapuluh meter dari pohon jatuh tadi, suasana tegang kembali menghadang. Aliran air hujan nan deras kecoklatan menutup aspal jalan. Yansen kini tak bisa lagi menetukan lebarnya jalan.

Di pintu depan, tangan Iwan semakin berkeringat. Ia tak bisa lagi melihat batas jalan di sebelah kiri. Bagaimana bila bus tiba-tiba terperosok ke dalam jurang yang menganga ?

"Lebih baik kita berhenti dahulu, Bang ... ! Bahaya !" Ujar Iwan tiba-tiba.

"Benar. Kita berhenti saja," kata beberapa penumpang.

Suasana benar-benar tegang. Yansen tak perlu menunggu lebih lama. Ia menghentikan kendaraan.

"Wan, coba periksa keadaan sekeliling. Apakah tempat kita berhenti sudah benar-benar aman ... ?" Perintah Yansen.

Sang kondektur menurut. Tak lama kemudian Iwan muncul lagi.
"Wah, saya tidak bisa memastikan, Bang. Nampaknya aman saja. Di luar sana gelap dan sepi bukan main. Saya menaksir jarak desa terdekat pasti sekitar lima kilometer dari sini. Lampu-lampu desa terdekat kelihatan kecil sekali. Tak ada tanda-tanda kehidupan di sekitar kita," lapor Iwan.

Sunyi. Tak seorang pun berani buka suara. Seluruh penumpang bis tegang. Siapa yang akan menolong mereka bila terjadi sesuatu di sini ... ?

Kilat menyambar dengan tiba-tiba. Cahayanya sejenak menerangi jalan aspal. Memandang ke arah depan bus, Yansen, Iwan dan para penumpang yang duduk di bagian depan kaget bukan kepalang.

"Dari mana datangnya orang-orang ini ... ? Kata kamu tak ada kehidupan di sekitar sini, Wan. Dari mana mereka ... ?" Teriak Yansen.

Iwan diam. Memang benar. Di luar sana telah berdiri puluhan orang : pria, wanita, orang tua dan anak-anak. Tubuh mereka basah kuyup. Sebagian dari mereka terlihat membawa parang dan cangkul. Perampok kah mereka ... ? Pikir Iwan kecut.

Pintu bus tiba-tiba digedor dari luar.

"Buka pintu, Pak ... ! Bahaya," teriak salah seorang dari mereka. Nampaknya, ia yang memimpin rombongan. Ia mengenakan kaos putih. Tangan kanannya terlihat membawa cangkul.
Iwan membuka pintu.

"Cepat jalankan bus. Jangan berhenti di sini. Bahaya, Pak," ujar si pemimpin.

"Wah, Pak, kita engga berani. Kalau jalan terus malah bahaya jalanan sama sekali tidak terlihat," jawab Iwan.

"Kita takut terperosok ..." sahut seorang penumpang.

"Justru berhenti di sini kalian menantang bahaya. Cepat jalankan bus. Cepat, pak sopir. Kami akan menunjukan jalannya. Kami tahu betul jalanan di sini. Jadi, ikuti saja kami," ujar si pemimpin. Kali ini nadanya memaksa. Yansen tak punya pilihan. Ia menghidupkan mesin bus.

"Baik kalau begitu. Tapi, tunggu dulu, itu saya melihat ada wanita, anak-anak dan orang tua berhujan-hujan di luar sana. Lebih baik mereka masuk ke dalam bus supaya tidak sakit, " pinta Yansen.

"Tidak usah. Mereka sudah terbiasa," tolak sang pemimpin.

Yansen geleng kepala. Bus mulai merangkak. Belum lima menit bus bergerak, tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari arah belakang. Bumi berguncang. Bus berhenti dan semua menoleh kebelakang. Jalan aspal tempat bus tadi berhenti sudah lenyap. Kini terlihat lubang yang menganga. Agaknya, tebing di sisi kanan longsor dan menghantam jalan. Dan, karena terlalu berat jalan aspal tak kuat menahan beban longsoran tanah dan ikut melorot kebawah ... ke dasar jurang !

Menyaksikan hal ini semua penumpang bus jadi ngeri. Mereka merasa bersyukur karena cepat beranjak dari tempat maut itu ... !

"Untung ada para penduduk yang baik hati menunjukan jalan," ujar seorang penumpang.

----

Dari mulut desa terdekat, mereka telah disambut penduduk. Orang-orang ramai berkumpul. Wajah-wajah heran muncul di setiap raut muka mereka.

"Hebat ! Bagaimana kalian bisa sampai kemari ... ? Maksud kami, bagaimana bisa selamat ... ? Tanah longsornya sangat dahsyat, hingga desa kami ikut terguncang. Menurut orang yang ditugaskan untuk melihat situasi panjang jalan yang longsor mencapai seratus meter lebih," tanya salah seorang penduduk.

"Ooo, kami dituntun, ditunjukan jalannya oleh penduduk desa," jawab Yansen.

"Dituntun oleh penduduk desa ... ? Penduduk desa mana ... ?"

"Ya, penduduk yang tinggal disana, di desa sekitar tanah longsor ... !"

"Mana mungkin ... ? Kami inilah desa terdekat yang tinggal di tanah longsor. Selain itu tidak ada ... !"

Yansen, Iwan dan semua penumpang bus saling pandang.
"Jadi ... ? Siapa yang menuntun kami... ?"

Dahulu memang ada sebuah desa yang terletak di daerah yang kini longsor. Menurut pengakuan beberapa orang, terutama di saat cuaca memburuk, mereka kerap melihat orang-orang misterius yang berkeliaran di sekitar kawasan dimana dahulu terdapat desa yang longsor.

CATATAN FILE : Benarkah, orang-orang yang sebenarnya dinyatakan meninggal ini menolong seluruh penumpang bus ... ? Tidak ada bukti ... yang pasti sulit bagi sebuah bus untuk keluar dari jalan berliku  yang tertutup air kecuali ...

KASUS DI TUTUP

KISAH - KISAH MISTERITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang