LOKASI : JAKARTA
WAKTU KEJADIAN : DESEMBER 1992 - 1993Tahun baru tak terlupakan bagi Yenni. Ia diajak teman-temannya menjelajahi masa kanak-kanak. Dan itu berarti 20 tahun silam !
Jakarta, 31 Desember 1992
Hari terakhir di tahun 1992, itu berarti nanti malam adalah malam tahun baru. Sebagian orang jadi sibuk. Ada yang pergi belanja, atau menghias rumah. Biasanya, orang-orang yang memilih tinggal di rumah membuat pesta kecil. Ada makanan dan minuman sekedarnya, menyetel musik atau nonton televisi sambil menunggu datangnya pergantian tahun.
Bila sebagian orang sibuk, tidak demikian halnya dengan Yenny. Sore hari, sekitar pukul 19.00, ia memilih tidur. Ia sudah berpesan pada Shinta, kakaknya yang cantik, agar membangunkanya pukul 23.00 nanti.
"Aku ingin melewatkan malam tahun baru dengan tubuh segar. Satu jam kemudian kan tahun baru !" Ujar Yenny sambil tersenyum.
Sang kakak hanya angkat bahu. Yenny mengunci pintu kamar, naik ke atas tempat tidur, dan tak lama kemudian wanita berusia 28 tahun itu sudah terlelap. Rasanya baru setengah jam Yenny terlelap ketika seseorang menarik-narik kaki kanannya.
"Yen, bangun. Bangun ... ! Ayo jalan-jalan. Ini kan malam tahun baru !"
"Ayo, tomboi, jangan tidur melulu. Kamu harus ikut ... !" Susul suara lainnya.
Dengan malas Yenny membuka mata. Setelah sadar betul, ia kaget bukan kepalang melihat sedikitnya ada 6 anak mungil berusia sekitar 7 sampai 10 tahun, 2 wanita dan 4 pria. Telah berkumpul di kamarnya ! Pikiran Yenny bergerak dengan cepat. Dari mana anak-anak ini masuk ? Bukankah pintu kamar terkunci ...?
"Siapa kalian ... ?" Bentak Yenny.
Keenam anak itu kaget. Mereka saling pandang sejenak.
"Dasar sok. Tomboi, lupa sama saya ya. Saya Imung Pitak ... ! Ayo bangun ... !" Anak yang mengaku bernama Imung dengan bangga menunjukan bekas luka berbentuk bulat di sisi kanan kepalanya.
"Yen, kamu engga boleh lupa sama teman-temanmu semasa kecil. Engga baik. Kalau lupa, baiklah saya perkenalkan satu persatu. Di ujung sana si Jamal, Taryono, Imung Pitak, Didi, Retno dan saya sendiri Iin si keriting !"
Yenny bangun dari tempat tidur. Seakan tidak percaya pada pandangan matanya, ia menatap teman-temannya satu persatu.
"Benarkah kalian ... ?" Katanya.
Teman-temannya tersenyum semua.
"Lalu, kamu pikir kami bohong ... ? Berapa banyak yang tahu nama kecilmu dengan sebutan "tomboi", hayo ...?" Sanggah Iin.
Yenny menyerah. Tak banyak memang yang tahu nama kecilnya, selain teman-teman masa kanak-kanaknya.
"Kalian bilang tadi, mau mengajak saya jalan-jalan. Kemana ... ?" Ucap Yenny kemudian.
"Benar. Kalau kamu siap, kita berangkat sekarang ..." ucap Imung sambil menarik tangan Yenny.
Yenny tak sempat bergerak banyak, anak-anak itu menarik kedua tangannya beramai-ramai.
"Horeee, kita berangkat ...!" Teriak mereka.
Anak-anak itu segera mengangkat tubuh Yenny, berjalan menembus tembok ... !, lalu menembus gelapnya malam.
Kemana Yenny dibawa ... ? Tak lain menuju kawasan Pelabuhan Ratu, kota kecil di tepi pantai sebelah selatan Jawa Barat. Disanalah Yenny menghabiskan masa kecilnya sampai usia 15 tahun, sebelum ia dan keluarganya memutuskan pindah ke Jakarta.
"Wah, itu kebun Pak Karbi. Yuk, kita main perang-perangan di atas pohon manggal" teriak Yenny dengan girang.
Mereka lalu membuat dua kelompok. Anak-anak itu berebutan memanjat dua pohon mangga yang paling besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH - KISAH MISTERI
Mystery / ThrillerDi sekitar kita banyak sekali misteri yang tidak terjawab ... kalo takut jangan baca ...^^