FILE 26. MISTERI TEROR DI RUMAH PAK DIPTO

8.5K 456 4
                                    


LOKASI : BANDUNG, JAWA BARAT
WAKTU KEJADIAN : 1992

Punya rumah baru memang enak dan membahagiakan, apalagi kalau terletak di kawasan terpandang. Begitulah perasaan keluarga Pak Dipto. Baru seminggu rumah baru mereka tempati. Dina dan Dimas, anak-anak Pak Dipto yang masih duduk di kelas lima dan enam SD, juga ikut sibuk bebenah. Masuk hari ke delapan, cerita mendadak jadi lain ...

Di bantu Bik Narti, salah seorang pembantu rumah tangga, Dina membenahi kamarnya di lantai dua. Rumah Pak Dipto memiliki dua lantai. Lantai bawah terdiri atas ruang tamu, ruang keluarga, tempat makan, dapur, dan satu kamar tamu. Di lantai atas, terdiri tiga kamar yang cukup besar. Kamar Pak Dipto diapit kamar Dimas dan Dina. Di atas juga masih terdapat ruang keluarga yang cukup lega untuk tempat berkumpul.

Baik Bik Narti dan Bik Irah mendapat kamar di bagian belakang, bersebelahan dengan kolam renang. Di seberangnya kamar Ranto dan Didin, tukang kebun dan sopir keluarga Pak Dipto.

Dina menyusun buku di atas rak di sisi meja belajar. Di sebelah kanannya terdapat dua lemari pakaian, dimana dibagian atasnya tersusun dengan rapi puluhan boneka kesayangan Dina. Boneka-boneka tersebut diperoleh Dina selama bertahun-tahun. Ada yang dibeli sendiri, ada juga hasil pemberian papa, mama atau saudaranya.

Seperti tak mau kalah dengan sang kakak, di kamarnya, Dimas juga sedang menyusun puluhan mainan kesayangannya. Ada mobil-mobilan, boneka atau robot tokoh film dan masih banyak lagi.

Sama seperti Dina, Dimas juga ditemani sang pembantu saat membenahi kamar. Pak Dipto dan Bu Diana, istrinya terlalu sibuk bekerja, hingga tak memiliki banyak waktu untuk anak-anaknya. Di akhir pekan, anak-anak juga sering terlihat bermain sendiri-sendiri. Diam-diam, ada perasaan kecewa di hati Dina dan Dimas melihat kesibukan orang tua mereka.

Hari kedelapan : Pukul 06.00 (pagi)

Dina sungguh merasa heran. Mainan di atas lemari yang disusunnya kemarin, pagi ini nampak berserakan di lantai. Boneka Barbie, boneka Lion King, Teddy Bear, dan banyak lagi tergeletak di berbagai sudut kamar.

"Tak mungkin Bik Narti atau Irah yang melakukan. Ngapain ngacak-ngacak kamarku ? Mereka, toh, justru mendapat pekerjaan tambahan dengan membereskannya. Dimas juga tak mungkin," ujar Dina pada diri sendiri.

Ia tahu, adiknya bukan tipe anak yang suka iseng. Kalaupun nakal, tak mungkin Dimas melakukan hal yang memalukan begini.

"Lagi pula, bukankah semalam Dimas sudah tidur lebih dulu. Kalau memang dia yang melakukan, kapan waktunya ? Pagi ini saja ia belum bangun !"

Dina memikirkan mama atau papanya. Namun, dugaan itu segera disingkirkannya. Tak mungkin mereka yang membuat kamarku berantakan ! Mereka terlalu sibuk !

Tanpa mau ribut-ribut, Dina membereskan sendiri kamarnya yang berantakan, sebelum Bik Irah datang untuk membersihkan kamar. Namun, keesokan harinya, Dina menjumpai keadaan kamarnya sama seperti kemarin. Puluhan boneka kembali berserakan, lemari pakaian terbuka lebar. Buku bacaan dan pelajaran yang tersusun rapi acak-acakan di meja belajar !

"Manusia siapa, sih, yang suka iseng," kata Dina sewot.

Kembali ia membereskan kamarnya. Namun dalam hati Dina bertekad, "Nanti malam, akan kuintip siapa pelakunya. Kurang ajar sekali ! Biar tidak tidur semalaman sekalipun, akan kujalani !" Katanya geram.

Siangnya, sepulang sekolah, ia langsung tidur. Tekadnya sudah bulat. Nanti malam ia mau bergadang, untuk mengintip orang yang usil memberantakan kamarnya. Tentu, ia harus tidur cukup siang harinya.

Menjelang maghrib Dina baru bangun. Setelah mandi dan duduk di depan meja belajar, ia merasa tubuhnya segar bukan main. Dina benar-benar siap "tempur".

Pukul 21.30

Dina membuat persiapan khusus. Sebotol air putih, kue kering dan lampu senter ia selipkan di balik selimut. Di kolong tempat tidur, dalam jangkauan yang mudah diraih tangan, ia meletakan tongkat yang biasa dipakai saat pramuka. Dina benar siap berperang !

Lima menit kemudian, ia mengenakan baju tidur, mematikan lampu, dan masuk selimut. Ia pura-pura tidur ! Setengah jam berlalu. Tak ada suara maupun gangguan. Lima menit lewat dari pukul sepuluh. Jantung Dina mendadak berdebar kencang. Sepasang matanya yang tak pernah lepas dari pintu masuk melihat pegangan pintu bergerak turun pelan-pelan. Daun pintu lalu terbuka perlahan. Dina menahan nafas. Sepasang ujung kaki kemudian muncul. Tangan Dina segera merambat ke kolong ranjang. Ia menggapai tongkat pramuka dan siap untuk menyerbu si pendatang haram dengan pukulan maut !

Sebuah kepala muncul. Ia melihay keadaan sekeliling kamar, kemudian berlalu. Dina menarik nafas lega. Ternyata mamanya sendiri ! Agaknya sang mama memeriksa tiap kamar untuk memastikan anak-anaknya dalam keadaan aman. Namun, hampir saja Dina menyerangnya dengan jurus "bunga gugur di musim kering" ala film silat yang di tonton di televisi. Dina jadi tersenyum sendiri.

Pukul 01.35

Dina masih tetap terjaga. Ia tengah menyedot minuman yang disembunyikannya saat pemandangan di luar dugaannya bahkan diluar akal sehat, tiba-tiba berlangsung tepat didepan matanya ! Boneka-boneka melayang dengan sendirinya melayang kian kemari. Lemari pakaian terbuka dan tumpukan buku bacaan tiba-tiba roboh !

"Ma ... Pa ...! Tolooong !" Teriak Dina kuat-kuat,

Tak ada satu menit, Pak Dipto, Bu Diana, Dimas, Bik Irah dan dua satpam penjaga pintu gerbang muncul di kamar Dina. Agaknya teriakan Dina yang kuat, hingga mampu membangunkan semua orang.

Segera saja, semua orang hadir menyaksikan pemandangan yang tidak mereka percayai. Boneka-boneka melayang ke sana kemari. Tumpukan pakaian tercabut dengan paksa, hingga merobohkan susunannya. Pak Dipto menyeberangi kamar, meraih putrinya, dan segera menyingkir !

"Semua keluar kamar. Tutup pintu !" Ujar Pak Dipto.

Pintu ditutup. Diluar kamar, seluruh penghuni rumah telah berkumpul semua.

"Ini benar-benar luar biasa". Ujar Bu Diana sambil memeluk Dina dan Dimas. Dari dalam kamar masih terdengar suara gaduh seperti orang mengamuk.

"Sebaiknya kita menyingkir ke bawah, Pak !" Kata Pak Narno, penjaga malam yang tadi muncul paling dahulu.

Semua orang turun. Dina kalu bercerita, sudah dua hari, setiap pagi, kamarnya selalu berantakan. Dan, malam ini, ia bermaksud bergadang untuk memergoki si pelaku.

"Wah, kamar kami juga, Pak ! Kata Pak Ranto dan Pak Didin hampir bersamaan.

Bik Irah juga melapor.

"Terus terang kamar yang saya tempati juga, Pak. Saya pikir Ranto atau Didin yang iseng. Dan, lagi, saya sering mendengar suara tangisan di lantai atas, tepat di kamar non Dina. Namun, setiap saya periksa, tak ada apa-apa."

Pak Dipto benar-benar bingung. Karena terlalu sibuk bekerja, ia tidak menyangka bsnyak kejadian aneh di dalam rumahnya sendiri.

------

Begitulah, sudah lima hari rumah keluarga Dipto seperti di teror. Setiap pagi, isi tiap kamar selalu berantakan. Untuk membereskannya, terpaksa semua pegawai membuang waktu dua sampai tiga jam.

Memasuki hari ketujuh, Pak Dipto segera mengambil tindakan. Seluruh penghuni rumah sudah benar-benar tidak tahan pada gangguan yang terjadi. Ia memanggil orang yang ahli di bidang keanehan ini dan berikut kesimpulannya.

"Dahulu, ada satu keluarga tinggal disini. Mereka punya anak perempuan sebaya Dina. Sang ayah, nampaknya galak juga, hingga kerap mengerasi anaknya. Anak ini, sebelum meninggal, sering terdengar menangis di kamarnya. Bukan cuma itu, ia kerap mengamuk di malam hari, sebagai protes terhadap perlakuan sang Ayah."

CATATAN FILE : Memang tidak baik bersikap terlalu keras pada anak sendiri. Pak Dipto dan Bu Diana seperti diingatkan. Setelah diadakan selamatan, gangguan itu hilang.

KASUS DI TUTUP

KISAH - KISAH MISTERITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang