FILE 14. MISTERI ANAK PEMBURU PETIR

10.7K 631 11
                                    


LOKASI : PURWOKERTO, JAWA TENGAH
WAKTU KEJADIAN : JUNI 1975

Cerita ini sudah lama terjadi. Namun, bagi keluarga Husni, para tetangganya dan, terutama, bagi Dito sendiri, masih membekas di dalam hati, bahkan sampai saat ini.

Setiap hujan turun, orang tua Dito selalu khawatir. Semua pintu dan jendela dengan segera dikunci. Mereka berusaha mencegah agar Dito tidak bisa keluar rumah.

"Kalau tidak, Dito akan segera keluar, berlari-lari di halaman, kebun dan sawah. Katanya mau mengejar petir ... !" Ujar Husni.

15 Juni, Pk. 22.00

Hujan deras sudah turun sekitar 25 menit. Namun, Pak Husni, istrinya dan dua kakak Dito, Salim dan Hendro, baru sadar kalau si bungsu Dito tidak ada di dalam rumah.

"Tadi, saya pikir dia tidur," jerit ibu Dito.

Ia sangat risau.

"Coba cari di seluruh ruangan," perintah pak Husni.

Salim dan Hendro tidak membutuhkan waktu lama untuk menyisir seluruh ruangan. Rumah mereka, toh, tidak begitu besar.

"Nihil ... ! Di kebun dan teras juga kosong.

"Main ke tetangga mungkin," Hendro buka suara sekenanya.

"Malam-malam begini ... ?" Sahut Salim kesal.

Petir menyambar dengan hebat. Pak Husni, istrinya, Salim, dan Hendro segera berpencar mendatangi satu persatu rumah tetangga. Kosong nihil ... ! Tidak ada. Nol ! Semua tetangga angkat bahu ... !

Seseorang mengajukan usul, "ambil kentongan. Kita cari ramai-ramai ... !"

Sepuluh menit kemudian, suasana desa yang tadi terlelap, kini riuh rendah. Bunyi kentongan terdengar dimana-mana.

"Ditooo ... !!!" Teriak orang-orang.

Mereka mencari ke seluruh pelosok desa. Dito benar-benar ditelan malam. Satu jam berlalu. Tak ada berita apa pun. Hujan semakin deras. Petir semakin sering menyambar. Menjelang subuh, seorang melaporkan pada Pak Husni,

"Dito ada di tengah-tengah sawah, Pak ... !"

Pak Husni benar-benar kaget.

"Ngapain dia di sana ... ? Di tengah sawah kan tempatnya terbuka. Nanti ..."

Pak Husni tidak berani meneruskan kalimatnya. Ia sangat tahu kalau hujan turun dan petir menyambar kesana kemari. Berbahaya berdiri di tempat terbuka. Petir selalu menyambar apa saja yang menonjol di tempat terbuka, tak terkecuali seorang manusia sekalipun. Kalau sudah tersambar petir, apapun bentuknya, akan terbakar hangus, karena dengan mendadak aliran listrik berkekuatan dasyat menghantamnya.

"Susul cepat, Pak ... apapun resikonya, jerit Bu Husni.

"Ayo ... !"

Tanpa buang waktu, Pak Husni segera angkat kaki, diikuti Salim, Hendro dan beberapa orang tetangga. Sampai di tujuan, orang-orang melihat berdiri di tengah sawah. Tubuhnya tegak, dengan kedua tangan di pinggang, seakan menantang langit.

Hujan tetap deras, sesekali halilintar menyambar kesana kemari. Orang-orang kini tidak hanya mengkhawatirkan keselamatan Dito lagi, melainkan diri mereka sendiri.

"Dito ... pulang !" Teriak Pak Husni.

Dito menoleh.

"Sebentar, Pak. Dia tetap mau membawa pergi si putri,"

Pak Husni berlari mendekat dan menarik putra bungsunya agar bertiarap ke tanah.

"Jangan berdiri bergitu, berbahaya ! Bisa disambar petir ... !"

"Saya tidak takut, Pak. Dia mau membawa kabur si Putri. Jadi, harus ku kejar ... !" Teriak Dito.

Mencegah hal yang tidak diinginkan, Pak Husni menubruk putranya. Bersama Salim, Hendro dan orang-orang, mereka menggotong Dito ke rumah. Yang di gotong tak mau diam. Ia meronta dan melawan.

"Tunggu ... ! Urusan saya belum selesai... !" Teriak Dito.

Apa daya. Dito harus melawan tenaga tujuh orang.
Paginya, ketika hujan reda, rumah Pak Husni jadi tontonan orang sekampung. Mereka mau melihat sosok bocah yang berani memburu petir dan menantang di tengah sawah ... !

"Itu .... tuh, di Dito. Gila dia barangkali, petir dikejar-kejar ... ! Ujar seseorang.

"Untung masih bisa diselamatkan, kalau tidak ... " timpal yang lain.

Berhentikah Dito sejak peristiwa itu .., ? Ternyata tidak. Setiap hujan turun, dengan segera ia menghilang dan orang sekampung di buat repot ... ! Mereka mencari kesana kemari, menyisir setiap pelosok desa ! Kejadian itu terus berulang, sampai tiga bulan lamanya. Dan, mujurnya, tak terjadi sesuatu pada diri Dito.

Mengapa anak usia 12 tahun ini begitu kerajingan memburu petir ... ? Dua orang ahli sengaja didatangkan untuk memeriksa Dito. Yang satu ahli jiwa, sedangkan yang lain seorang paranormal. Mereka telah menyelelidiki berbagai kejadian aneh di seluruh pelosok nusantara.

Berikut ini petikan wawancaranya

"Sebenarnya, setiap hujan turun, apa yang kamu lihat, Dito ... ?"

"Petir ... ! Ia berusaha masuk ke dalam rumah, hendak menculik ibuku agar si Putri tidak bisa datang !" Jawab Dito.

"Masuk rumah ... ? Padahal, kamu mengejar petir kemana-mana !"

"Iya, setelah gagal, ia berusaha pergi, maka saya kejar. Kalau tidak, ia pasti kembali lagi !"

"Kamu tidak takut ... ?"

Dito menggeleng tegas.

"Petir inilah yang berusaha menghalangi ibu agar si Putri tak bisa datang. Sedangkan Putri sendiri gadis cantik yang selalu dijaga ibu".

Ibu Husni juga diperiksa. Namun, ia sama sekali tidak tahu menahu yang dibicarakan putranya. Apalagi soal si Putri ... !

Akhirnya, si paranormal punya akal.

"Kita pasang penangkal petir di sekitar rumah Pak Husni barangkali ini ada hasilnya," katanya.

Orang-orang desa dikerahkan, mereka bergotong royong membuat penangkal petir di empat sudut halaman rumah Pak Husni. Penangkal petir terbuat dari tiang besi baja setinggi rumah, gunanya untuk menetralkan aliran listrik yang dibawa petir.

Dua hari kemudian, awan gelap datang. Mendung mulai mengurung. Orang-orang menanti terus dirumah Pak Husni dengan perasaan cemas. Mereka mengamati gerak-gerik Dito. Hujan turun dengan deras. Dito tetap tidak bergeming. Ia nampak duduk tenang. Di kejauhan terdengar suara petir. Semua yang hadir makin gelisah. Dito tetap diam.

"Petir itu tak berani datang ... !" Akhirnya bocah itu bersuara.

Semua orang menarik nafas lega. Empat bulan berikutnya. Perut Bu Husni mulai membesar. Ia hamil ... !

Lima bulan berikutnya, terdengar pujian gembira dari mulut Pak Husni.

"Alhamdullilah, Dito. Kamu punya adik perempuan. Cantik sekali ... !" Ujar Pak Husni dengan wajah riang !

Mereka menamakan anak itu Putri, seperti yang selalu diteriakan Dito saat dahulu memburu petir.

CATATAN FILE : Kelahiran seseorang kadang-kadang ditandai dengan peristiwa aneh. Namun, kejadian yang menimpa keluarga Husni ini tergolong langka. Jauh sebelum Putri lahir, Dito sudah merasakan "ada sesuatu yang lain". Benarkah petir berusaha mengganggu keluarga Husni ... ?

Tapi secara ilmiah petir menghajar apa saja . Tanpa kecuali, jadi berhati-hatilah ... !

KASUS DI TUTUP

KISAH - KISAH MISTERITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang