FILE 27. MISTERI IBU HANUM

7.8K 505 6
                                    


LOKASI : SEMARANG, JAWA TENGAH
WAKTU KEJADIAN : 1992

Namanya singkat saja : Bu Hanum, setiap malam, ia memiliki kebiasaan aneh, duduk di halaman depan rumahnya yang lapang, sambil menatap langit !

Mula-mula, para tetangga di sekitar rumahnya menganggap wanita ini sedang melamun atau cari angin belaka. Namun ketika kebiasaan itu hampir dilakukan setiap malam, apalagi Bu Hanum betah berjam-jam di sana, orang-orang jadi bingung. Gosip pun berkembang. Bu Hanum sekarang berkelakuan aneh !

Seseorang memberanikan diri bertanya soal kebiasaan ganjil tersebut. Dan, jawabannya membuat mulut ternganga.

"Saya kan sedang ngobrol dengan Riri, anak saya !" Katanya.

"Dengan menatap langit berjam-jam ?"

"Loh, memangnya kenapa ? Wajah anak saya terlihat jelas dan besar di atas sana ! Cantik sekali dia sekarang !" Sambung Bu Hanum.

Wah, mana mungkin orang bisa berada di atas langit ? Apalagi, Riri, putri satu-satunya Bu Hanum itu, sudah satu bulan meninggal dunia ! Mengherankan, aneh, sekaligus membuat iba siapapun !

"Kasihan, Bu Hanum itu," komentar Bu Endah sebelah rumah.

----

Bila diundur dahulu kisah ini, kehidupan Bu Hanum memang memilukan, tahun 1980, Pak Prayit suami Bu Hanum yang bekerja sebagai sopir angkutan umum meniggal karena kecelakaan. Bu Hanum dan Riri putri tunggal pasangan ini merasa terpukul sekali. Cukup lama juga Bu Hanum mengurung diri dalam kesedihan yang mendalam, sebelum akhirnya, sedikit demi sedikit, ia bisa melupakan peristiwa yang memilukan itu.

Para tetangga ikut merasa senang ketika gairah hidup Bu Hanum muncul kembali. Di bantu Riri, yang kini duduk di kelas lima, setiap hari Bu Hanum berjualan nasi di pasar. Pagi hari, sebelum sekolah, Riri ikut membantu membawakan nasi dan lauk pauknya ke pasar. Petangnya, ibu dan anak ini nampak akrab berjalan pulang ke rumah setelah seharian bekerja.

"Akrab sekali hubungan Bu Hanum dan anaknya itu. Saya jadi iri !" Ujar Pak Rojali, yang biasa berjualan sayur.

Memang benar. Hubungan Bu Hanum dengan putri semata wayangnya itu bagai dua sahabat saja. Bu Hanum tidak pernah marah terhadap putrinya. Demikian pula sebaliknya, Riri sangat tahu menyenangkan hati sang Bunda. Ia tidak pernah nakal atau membantah perintah. Orang-orang kerap dibuat bingung melihat Bu Hanum dan putrinya bisa betah ngobrol atau bercanda berjam-jam lamanya !

Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama bagi Bu Hanum. Tepat tanggal satu, sebulan silam, Riri tak muncul setelah pulang sekolah. Biasanya, tepat waktu dzuhur gadis kecil dengan rambut poni itu langsung menuju pasar seusai sekolah. Ia ikut membantu berjualan, hingga warung tutup.

"Tak pernah ia terlambat begini."

Bu Hanum gelisah. Maklum, sudah satu jam ia menanti. Lalu, seseorang mengantarkan kabar buruk. Riri menjadi korban tabrak lari di dekat sekolahnya ! Dalam perjalanan menuju rumah sakit, ia meninggal.

Bu Hanum sangat terpukul ! Ia sama sekali tidak menduga putrinya akan "pergi" demikian cepat !

Satu minggu lamanya Bu Hanum menangis. Jualan terbengkalai. Satu bulan waktu berjalan. Semenjak putrinya meninggal inilah Bu Hanum punya kebiasaan yang agak aneh. Berjam-jam menatap langit setiap malam !

Merasa khawatir dan prihatin, tiga tetangganya diam-diam mengintip kebiasaan Bu Hanum. Memang benar, wanita itu nampak sedang berbicara panjang lebar, seperti layaknya orang sedang ngobrol. Tapi, sama siapa ? Di atas sana, mereka bertiga hanya melihat langit luas dan hitam berhiaskan jutaan bintang ! Tak ada wajah Riri di sana !

Yang dilihat tiga tetangganya, lain dengan disaksikan Bu Hanum ! Wajah Riri nan cantik benar-benar muncul di langit ! Giginya putih, bersih dan rambutnya di sisir rapi.

"Ibu jadi, kan pindah kemari ? Engga enak, Riri hanya berdua bapak di sini !" Kata Riri.

Bu Hanum mengangguk.

"Ibu sangat kesepian di rumah. Barangkali, kita bisa berjualan bersama-sama lagi, ya, Ia tersenyum. Lagi pula, sudah lama ibu tidak membuatkan sayur lodeh kegemaran bapak," sambung Bu Hanum.

"Jangan lupa sambel terasi dan ikan asinnya, Bu" Riri ikut tersenyum.

Iya. Dan, kamu akan melahap habis isi piringmu dan minta nambah !"

Ibu dan anak tertawa bersama.

Tak jauh dari Bu Hanum berdiri, ada tiga pasang mata yang mengikuti adegan itu dengan wajah heran ! Bu Hanum tertawa sendirian !

Adegan Bu Hanum ngobrol masih terus berlanjut hingga satu jam berikutnya, sampai akhirnya wanita itu berkata, "Barangkali, kamis depan, Ri. Sudah dulu, ah, ibu lelah dan ngantuk sekali."

Bu Hanum berlalu dan masuk ke rumah, meninggalkan tiga tetangganya yang masih diliputi rasa heran.

---

Kamis, tanggal 1 Oktober 1992, tak ada kegiatan apa-apa di rumah mungil bernomor sembilan itu. Biasanya, pagi-pagi Bu Hanum sudah terlihat sedang menyapu halaman depan. Merasa ada yang ganjil, salah seorang tetangganya mengetuk pintu depan. Tak ada jawaban. Rasa ingin tahu semakin membesar. Dan, tak sampai lima menit kemudian, kabar pun cepat tersebar. Bu Hanum diketemukan meninggal di atas tempat tidurnya. Wajahnya nampak tenang sekali. Ia menepati janji akan "pergi" pada hari kamis. Di tangan kanan wanita malang itu ditemukan sepucuk surat, inilah bunyinya,

Yang terhormat,
Para tetanggaku yang baik hati,

Dengan hormat,
Terima kasih atas perhatian yang diberikan bapak dan ibu kepada keluarga saya.

Hidup ini memang penuh misteri. Lima menit yang lalu, kita tertawa bahagia. Menit berikutnya mendadak, kita bisa menangis tenggelam dalam kesedihan yang mendalam. Demikian pula sebaliknya.

Sesungguhnya, kita harus siao setiap saat agar bila terjadi perubahan yang mendadak kita tidak kaget.

Saya tahu tingkah laku saya agak aneh belakangan ini. Namun, saya benar-benar berbicara dengan Riri ! Dia di atas sana ! Kalau tidak percaya, cobalah malam ini. Pandanglah langit dengan ketulusan, maka akan nampak sesuatu di atas sana.

Demikian surar saya ini. Sekali lagi, terima kasih atas perhatian yang diberikan selama ini. Kiranya Tuhan membalas semua ketulusan hati bapak dan ibu.

Salam,

Bu Hanum

Malamnya, para tetangga berkumpul di halaman depan rumah Bu Hanum. Dengan perasaan ingin tahu, mereka semua menatap langit nan hitam. Satu menit ... dua menit ... tiga menit ...

"Loh itu ... itu Riri !" Seseorang tiba-tiba buka suara.

"Benar ! Itu Pak Prayit dan Bu Hanum !" Benar, mereka semua bisa melihat keluarga Pak Prayit kembali berkumpul dalam suasana begitu bahagia.

CATATAN FILE : Pernah menatap langit, baik siang atau malam, dengan agak lama ... ? Benar, kadang-kadang kita melihat sesuatu di atas sana ...
(Hidup ini memang aneh, sebentar kita tertawa, sebentar kemudian kita bisa menangis ... )

KASUS DI TUTUP

KISAH - KISAH MISTERITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang