FILE 25. MISTERI PESAWAT JATUH

8.7K 507 5
                                    


LOKASI : TIDAK DIKETAHUI
WAKTU KEJADIAN : TIDAK DIKETAHUI

Perjalanan itu awalnya sangat lancar dan menyenangkan. Cuaca sangat bagus, dengan awan tipis menghias di beberapa tempat. Angin pun terasa tak mengganggu. Semua nampak gembira : pilot, co-pilot dan empat penumpang wanitanya.

Pesawat bermesin satu itu sengaja disewa, khusus untuk  mengantar empat peneliti hutan menuju desa di Kalimantan Tengah. Perjalanan yang dilalui pesawat ini bisa disebut penerbangan perintis, karena melayani jalur terpencil, dengan lepas landas dan mendarat di lapangan terbang kecil yang minim peralatan.

Para wanita pemberani ini adalah, Eli, Yati, Neneng dan Tata nampak bersemangat sekali. Maklum, sebentar lagi mereka akan melakukan penelitian besar tentang kekayaan hutan Kalimantan Tengah. Pekerjaan besar yang melelahkan sebenarnya. Namun, keempatnya sangat menyukai tantangan !

Agaknya, perjalanan bercerita lain. Memasuki tiga perempat perjalanan, tiba-tiba terdengar bunyi berderak di bagian mesin. Pesawat bergetar hebat. Baling-baling yang letaknta di hidung pesawat mendadak berasap.

Hendro, pilot yang telah berpengalaman, mencoba bersikap tenang. Ia memegang kemudi kuat-kuat agar pesawat tidak oleng.

"Mesin mati, Kep," ujar Didi, sang co-pilot.

Ia juga nampak tenang. Sudah ratusan jam terbang dihabiskan dua sahabat itj menjelajah berbagai rute dengan bermacam kondisi dan situasi.

Hendro mengangguk.

"Ini agaknya gawat. Kita terpaksa mendarat darurat. Entah dimana."

Hendro menengok ke bawah. Hutan lebat begitu luas, hingga seakan-akan pesawat dan isinya tertelan oleh luasnya !

"Sebaiknya pasang radio. Pancarkan keadaan darurat."
"Baik !"

Didi segera mengumumkan keadaan darurat. Ia menyebut nomor pesawat berikut posisi terakhirnya. Didi melakukannya berulang-ulang, dengan harapan ada yang mendengar dan segera memberi pertolongan.

Kepanikan mulai terasa di bagian penumpang.

"Ada apa ini ? Pesawat rusak ? Seru Eli.

"Kita jatuh ? Ya, Tuhan !" Sambung Neneng.

Yati diam. Bibirnya mulai berdo'a. Sementara pikiran Tata melayang-layang. Ia memikirkan orang-orang dirumah.

Mesin berhenti bekerja. Pesawat mulai melayang-layang tak tentu arah, turun naik mengandalkan ketinggian yang tersisa. Tak sampai satu menit kemudian, Hendro angkat bicara.

"Umumkan penumpang untuk bersiap-siap melakukan pendaratan darurat !"

Didi membuka pintu kecil di belakangnya dan meneruskan perintah. Sebenarnya tanpa perintan dari Hendro pun para penumpang di belakang sudah semenjak tadi bersiap diri terhadap kemungkinan yang paling buruk.

Roda pesawat mulai menyentuh pucuk-pucuk pohon. Tak sampai 50 meter berikutnya, tubuh pesawat terhempas di antara rimbunnya hutan. Bunyi berderak memekakkan telinga. Badan pesawat terangkat ke atas, menumpahkan semua isinya.

Para penumpang histeris. Setelah itu hening. Keadaannya menyedihkan sekali. Hidung pesawat menukik, menghatam tanah basah, sementara ekornya menjulang ke atas. Badan pesawat patah dua bagian. Sayapnya tanggal, tercecer entah dimana.

Asap mengepul di bagian mesin. Bahan bakar dan oli yang masih tersisa mengalir ke luar. Bahaya benar nampaknya. Sedikit letikan api pesawat bisa musnah terbakar. Terdengar erangan dan rintihan di bagian penumpang. Tubuh Eli tergencet kursi. Kaki Yati tak bisa digerakan. Neneng dan Tata pingsan. Di bagian depan, Hendro dan Didi nampak tidak bergerak sama sekali.

"Toloooooong !" Rintih Eli dan Yati pelan.

Satu jam, dua jam ... waktu terus merambat. Agaknya tak ada yang bisa menolong para penumpang yang naas itu. Desa terdekat jaraknya masih 15 kilometer. Tiba-tiba rerimbunan perdu tersibak cepat. Arahnya menuju reruntuhan pesawat. Agaknya orang ini terbiasa dengan situasi hutan. Gerakannya nampak sigap sekali.

Dan, memang benar, ia bergerak dengan kecepatan luar biasa. Dalam sekejap, ia berhasil membuka pintu pesawat. Mengangkat dan mencopotnya.

"Aduh, terima kasih. Tolong kami !" Ujar Eli lemah.

"Aduuh, sakit sekali !" Rintih Yati.

Lega bukan main hati Eli dan Yati. Manakala mereka melihat ada yang datang menolong.

"Anda sendirian ?" Tatap Yati.

Orang yang disapa mengangguk pelan. Yati dan Eli memperhatikan sang "dewa" penolong itu. Seorang pria desa biasa bertubuh kekar, bertelanjang dada dan hanya memgenakan celana pendek. Sebilah golok besar terselip dipinggangnya.

Tanpa banyak bicara sang dewa penolong bekerja dengan sigap, membawa keluar satu persatu penumpang yang malang, menjauhi bangkai pesawat.

Neneng dan Tata siuman. Tubuh mereka hanya memar biasa. Eli menderita patah tangan, sementara kaki kanan Yati patah. Pilot Hendro dan Didi juga telah siuman. Namun, mereka tak bisa banyak bergerak. Agaknya akibat benturan hebat membuat tulang dada dan kaki mereka patah.

Semua penumpang diletakan berjejer di tempat aman oleh sang penolong. Setelah itu, sama seperti ketika datang. Tanpa banyak bicara juga ia segera berlalu.

Para penolong pertama yang datang adalah warga desa terdekat. Dari jauh, mereka telah melihat pesawat berasap yang turun naik. Orang-orang segera menduga pesawat sedang rusak dan menghadapi bahaya. Sang kepala suku segera mengumpulkan warganya dan langsung melakukan pencarian.

Saat warga desa menemukan para penumpang yang telah berbaring berjejer sekitar 20 meter dari bangkai pesawat, mereka semua heran bukan main.

"Rupanya ada yang mendahului kita." Ujar sang kepala suku.

Yati segera memberi kesaksian siapa "Dewa" penolong mereka. "Laki-laki, sendirian, dan nampak biasa saja. Yang membedakan mungkin tatapan matanya yang sangat tajam !"

Para penduduk desa langsung paham.

"Ibu, asal tahu saja, dalam kondisi badan pesawat yang hancur, mustahil rasanya mengeluarkan semua penumpangnya dengan aman, dalam waktu cepat dan sendirian lagi !" Sebab, ruangan pilot yang bertekuk-tekuk hancur saja harus di jebol dengan alat berat dahulu untuk mengeluarkan pilotnya," ujar sang kepala suku.

"Kalau begitu, siapa yang menolong kami ?" Tanya Yati.

Orang-orang desa diam. Mereka percaya ada tokoh misterius yang dikenal dengan nama Guriang, yang kerap menolong orang-orang yang mengalami kecelakaan di hutan di sekitar kampung mereka !

CATATAN FILE : Mukjizat bisa terjadi dimana saja, kapanpun ... berdoalah sebelum kemanapun kalian pergi ... semoga yang di atas melindungi kita semua ... aamiin

KASUS DI TUTUP

KISAH - KISAH MISTERITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang