FILE 3. MISTERI OPERASI DINI HARI !

24.6K 1.4K 53
                                    

LOKASI : SEMARANG
WAKTU KEJADIAN : APRIL 1995

Orang tua Roni sudah pasrah. Putra kesayangan mereka telah divonis dokter hanya memiliki kesempatan hidup sekitar 2 minggu lagi. Penyebabnya Cancer Otak .

Selasa siang, 4 April 1995.

Tepat satu bulan sudah Roni berbaring di tempat tidur. Wajahnya jadi pucat dan murung. Sehari-hari, ia hanya bisa memandang langit-langit ruangan. Membaca, nonton televisi dan makan pun di tempat tidur.
Satu-satunya kegiatan yang membuatnya terlepas dari tempat tidur adalah saat jalan-jalan pagi dan sore selama 15 menit, atau saat ke kamar kecil, entah untuk mandi atau buang air. Dan, bagi Roni, itulah saat yang paling menyenangkan !

Selama dinyatakan sakit, karena sering menderita sakit kepala, pikiran Roni terus menerus melayang pada teman-temannya di sekolah. Ia ingat Adi, Dayat, Jojo, Arni dan Tuti, teman-teman dekatnya di kelas enam.

"Kamu harus banyak istirahat, Ron. Sampai kamu sembuh, baru boleh bermain lagi," ujar sang dokter.

"Tapi, sampai kapan, Dok ... ? Ini sudah satu bulan !" Kejar Roni.

Sore harinya, di ruangan dokter Dodo telah berkumpul ayah, ibu, kakak dan beberapa saudara Roni. Mereka secara khusus diundang ke ruangan dokter untuk membahas perkembangan.

"Saya sungguh tidak tega. Biar itu menjadi tugas kami saja untuk menyampaikannya, Dok ... !" Begitu alasan ayah Roni.

Ditemani dokter Edward, seorang dokter ahli kanker dari Jakarta, dokter Dodo membuka pertemuan.

"Terus terang, ini bagian tersulit untuk menjelaskan. Dari hasil operasi kecil, foto, dan analisa yang kami buat, kami menemukan kanker di kepala putra anda," ujar dokter Dodo.

Ayah dan ibu Roni saling pandang. Mereka nampak kaget sekali.
"Kanker ... ? Kami tak menduga sampai sejauh itu. Setahu kami, ia sering pusing kepalanya, terutama bila banyak melakukan aktivitas," kata ayah Roni.

"Kami bisa mengoperasinya. Namun, tentu bukan di rumah sakit ini, karena peralatannya tak memadai. Jadi ya, harus di rumah sakit yang besar. Terus terang, operasi ini juga berbahaya, mengingat kanker yang berada di kepala Roni dekat sekali letaknya dengan jaringan otak."

Ayah Roni menarik nafas. Berat sekali rasanya beban di dalam dadanya.

"Dok, terus terang saja, berapa persen peluang Roni sebenarnya ... ?" Ayah Roni menatap tajam dokter Dodo.

"Memang berbahaya sekali operasi ini. Terus terang, peluangnya kecil sekali, apalagi kanker ini termasuk kanker ganas ...."

"Terus, bagaimana sebaiknya ... ?"

"Kalau Bapak setuju, operasi harus segera dilakukan, meski itu peluangnya kecil. Dari kasus yang sudah terjadi, si pasien hanya bisa bertahan hidup 10 sampai 14 hari," dokter Edward yang sejak tadi diam saja, kali ini buka suara.

Ayah dan Ibu Roni lemas mendengar berita ini.

Jum'at dinihari 7 April 1995, pukul 02.30.

Hujan turun mengguyur bumi. Hampir seluruh pasien rumah sakit tertidur lelap. Roni yang sampai pagi itu tak  tahu menahu soal sakitnya, juga kemungkinan usianya yang tak lama lagi, beberapa kali terbangun dari tidurnya. Entah mengapa ia nampak resah.

"Selamat pagi, Roni. Maaf mengganggu. Ayo kita jalan-jalan sebentar." Seorang bapak tiba-tiba menyapanya di sisi tempat tidur.

Roni menoleh dan memperhatikan dengan seksama.

"Dokter ... ?"

Bapak itu mengangguk, lalu tersenyum ramah. Roni berpendapat dengan jas dokter putih, rambut keputihan yang tersisir rapih dan kaca mata berbingkai hitam, dokter ini tampak gagah sekali !

"Jalan-jalan ke mana ... ?" Tanya Roni.

"Jalan-jalan ke ruang operasi. Kan supaya kamu cepat sembuh dan bisa bertemu lagi dengan teman-temanmu di sekolah." Ujar sang dokter, tetap dengan senyum menawan.

"Wah, asyik, dong." Roni langsung membayangkan wajah teman-temannya satu per satu.

Dua orang suster muncul. Dengan sigap, mereka membantu mendorong tempat tidur Roni menuju ruang operasi yang telah disiapkan.

"Diam sebentar, ya, Ron. Kamu akan disuntik supaya tidak merasa sakit selama operasi," dokter itu membungkuk di depan wajah Roni.

Wajahnya memancarkan kasih sayang yang sangat luar biasa. Roni mengangguk dengan senang. Jarum suntik bekerja, obat pun segera beraksi. Tak lama kemudian, Roni tertidur pulas ...

Sabtu, 8 April 1995, pukul 13.00

"Ron, ayo foto kepalamu dulu. Kita buat foto paling akhir, sebelum kita berangkat ke Jakarta untuk operasi," ujar dokter Dodo.

"Operasi ... ? Lho, kan tadi pagi sudah !"

Dokter Dodo hanya tersenyum.

"Benar, Dok. Tadi pagi, waktu semua masih tidur ... !"

"Ah, jangan bercanda kamu. Ayo foto sebentar."

Foto khusus atau yang layak disebut Rontgen (baca : rontsen) adalah foto menggunakan peralatan dan film khusus. Hasil foto selesai. Dokter Dodo langsung tercengang. Kanker yang menggerogoti kepala Roni. Tapi ini ... tidak mungkin ! Barangkali ada yang salah. Coba sekali lagi ... !"

Foto diambil sekali lagi. Hasilnya tetap sama seperti yang terakhir. Jaringan di dalam kepala Roni benar-benar bersih.

"Gila ... ! Kankernya benar-benar hilang," pekik dokter Dodo heran, mengherankan semua orang yang hadir.

"Apa Roni bilang. Roni sudah di operasi sebelum subuh tadi ... !"

Wajah dokter Dodo mendekat.

"Dengar, Ron. Jangan bicara ngawur. Tak ada dokter yang melakukan operasi tadi pagi," katanya.

"Sungguh, Dok ... !" Roni tetap ngotot.

"Kalau begitu, siapa yang mengoperasi kamu ... ?"

Roni diam. Jari telunjuknya menunjuk foto di dinding yang terdapat di ruang foto, gambar yang juga terdapat di beberapa ruangan lain di rumah sakit itu.

"Itu. Dokter itu yang melakukan operasi kepala saya," kata Roni.

Dokter Dodo dan beberapa perawat yang hadir kaget bukan main. Di ruangan khusus, dokter Dodo menjelaskan temuan yang luar biasa itu pada ayah dan ibu Roni.

"Saya tidak tahu apa yang telah terjadi. Tapi Roni telah dioperasi oleh kekuatan, yang saya sendiri tidak bisa menjelaskan.

"Lalu, soal foto itu ... ?" Ibu Roni memotong.

"Foto itu foto dokter yang merintis berdirinya rumah sakit ini, sekitar 25 tahun lalu. Dia sendiri .... sudah meninggal 7 tahun lalu !"

Kini giliran orang tua Roni kaget bukan kepalang ... !

CATATAN FILE : Percayakah adanya mukjizat ... ? Roni mengalaminya. Tak ada yang tahu usia manusia Tuhan lah yang menentukan. Bukankah bila Dia berkehendak tak ada yang merintanginya ...?

KASUS DI TUTUP

KISAH - KISAH MISTERITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang