LOKASI : SUMATERA SELATAN
WAKTU KEJADIAN : OKTOBER 1978Oktober 1978
Seluruh penduduk desa mengenalnya sebagai tambang tua, baik usia maupun kondisinya. Menurut orang tertua di kampung itu, tambang batu bara tersebut sudah ada semenjak zaman Belanda. Pernah dioperasikan oleh sebuah perusahaan swasta setelah kemerdekaan, namun, entah mengapa, ditinggalkan begitu saja.
Kondisinya menggenaskan. Belukar meliar di sana sini. Tiang-tiang kayu penyangga terowongan telah dimakan usia. Beberapa bagian sudah rapuh dan nampak berbahaya. Ketua kampung sebenarnya sudah melarang orang masuk tambang tua. Alasannya, ya, berbahaya. Namun, selalu saja ada orang yang membandel ! Maklum, terdesak kebutuhan ekonomi. Untuk hidup, orang kadang-kadang jadi nekat. Batubara di dalam tambang tua nasih bisa diambil. Hasilnya dijual ke kota.
Begitulah, setiap hari, selalu saja ada satu atau dua orang yang nekat masuk dalam tambang tanpa takut tambang tua itu sewaktu-waktu runtuh.
Selasa akhir Oktober,
Bila hari sebelumnya hanya satu atau dua orang. Maka pagi ini nampak delapan orang sudah sibuk di mulut terowongan.
"Ayo, cepat, siapkan alat-alat. Tunggu apa lagi ?" Tarno, pemimpin rombongan, memberi aba-aba.
Tugas dibagi. Lima orang masuk dan menggali, tiga sisanya hilir mudik mengangkut hasil galian dengan menggunakan kereta dorong.
"Jam empat nanti, truk datang mengangkut hasil yang kita peroleh, dan langsung dibayar kontan !" Sambung Tarno lagi.
Mendengar kalimat terakhir, wajah para penggali berseri. Maklum sekarang tanggal tua. Mereka butuh dana segera agar dapur rumah tetap berasap.
Dua jam pertama berjalan mulus. Membayangkan sejumlah uang kontan, para penambang bekerja luar biasa giat ! Mereka tak menyadari penggalian semakin masuk ke dalam terowongan, dan wah, getaran alat berat mereka mulai menggeser tiang-tiang penyangga terowongan yang memang telah mulai rapuh.
Yuli baru saja pulang sekolah, menaruh tas, dan siap membantu ibunya di dapur. Saat itulah bumi bergetar hebat. Ibunya menjerit, Yuli ikut panik. Kayu penyangga tumpukan kayu bakar di dapur roboh. Getarannya luar biasa. Yuli merasa seolah-olah dunia kiamat.
"Tolooong ...!" Ia menjerit sambil berlari ke belakang rumahnya.
Ternyata ia tidak sendirian. Banyak tetangganya melakukan hal yang sama. Setelah getaran reda. Seseorang lalu ingat sesuatu.
"Tambang tua ...."
Segera saja orang-orang berlarian menuju tambang tua yang letaknya tak jauh dari rumah penduduk. Benar saja. Mulut terowongan seperti hilang ditelan bumi. Puluhan batu raksasa menutup jalan.
"Tambang tua telah runtuh," ujar salah satu penduduk.
Tiga penambang dengan suara terputus-putus melaporkan.
"Ka ... mi sedang menumpuk ... menumpuk batu bara di sini. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh hebat didalam sana. Bumi bergetar. Kami panik, lari menyelamatkan diri."
"Syukurlah. Bapak akhirnya selamat," kata seseorang menenangkan.
"Tapi ... tapi ... ada ... ada lima orang teman saya terkurung di dalam ..."
Semua orang kaget !
Usaha pertolongan dilakukan. Karena jauh dari kota, mustahil mendatangkan traktor dan alat berat ke desa tersebut. Peralatan yang di pergunakan terpaksa, ya, seadanya saja. Cangkul, linggis dan dandang. Hampir seluruh desa dikerahkan untuk membongkar ribuan batu yang menutup mulut terowongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH - KISAH MISTERI
Mystery / ThrillerDi sekitar kita banyak sekali misteri yang tidak terjawab ... kalo takut jangan baca ...^^