Menjelang pagi, pagi sekali. Bahkan bulan pun masih bersinar terang, pria itu seperti biasa selalu lari pagi mencari udara sejuk untuk mengisi energi ditubuhnya. Terutama agar kesehatannya dapat seperti semula. Pria itu selalu membawa tas yang berisi kamera dan sebotol air mineral untuk mengisi dan menemani kelelahannya.
Sekarang, dia sudah berada dipantai. Dirinya berlari dari rumah hingga dia sekarang berada dipantai itu. Pantai yang tidak tau apa namanya. Yang pasti tidak banyak pengunjung kesana setau dirinya. Lelah, pria itu sangat lelah berlari. Sudah menjadi kebiasaannya untuk memotret bulan yang mulai memudarkan cahayanya dan digantikan oleh sebuah lingkaran terang benderang yang disebut mentari pagi yang tak kalah indah dengan bulan. Tak jarang pula pria itu merekam moment-moment mentari timbul menerangi semesta. Ya, dia pria pengagum mentari pagi.
"Nak, kamu lelaki yang hebat. Lelaki yang kuat. Selalu semangat melawan semuanya bahkan sebelum matahari terbit." Dia dikagetkan oleh seorang pria separuh baya. Ya, dia kenal seseorang itu. Itu seorang Bapak tua yang suka mencari kerang di pantai itu.
"Huh, Bapak mengagetkan saya saja," Pria itu menyalami Bapak separuh baya itu lalu kembali mengamati mentari pagi dengan sesekali memotretnya. "Bapak tau sendiri kan alasan saya harus bisa ngelawan semuanya." Lanjut pria itu sambil melihat hasil jepretannya.
"Apasih indah nya tempat ini? Kamu orang pertama yang menyukai tempat ini dan berkunjung kesini sebelum dahulu ada anak dan Ibunya bermain-main disini. Tetapi sering juga ada seorang wan---" Belum si Bapak menyelesaikan kalimatnya, pria itu langsung memotong, "Pak, tempat ini indah. Saya suka menunggu mentari datang menerangi bumi." Seka pria itu.
Pria itu melirik arloji ditangan kirinya lalu berkata, "Pak, permisi. Seperti biasa, ya Bapak tau sendiri. Saya harus kontrol. Saya deluan ya pak." Pria itu melangkah meninggalkan Bapak itu sebelum si Bapak mengatakan sesuatu sambil menepuk-nepuk pundak pria itu, "Kamu hati-hati ya nak, lawan semua itu. Kamu pasti bisa, Fauzi." Lengkungan terukir di bibir pria itu dan dibalas oleh Bapak separuh baya itu. Lalu pria itu langsung meninggalkan Bapak itu.
Ya, nama pria itu Fauzi. Fauzi Yuanda. Pria yang mempunyai jiwa berkepemimpinan yang besar dan sekaligus senior yang bertanggung jawab di Universitas terbesar dan terfavorit di Kota Bandung. Pria yang kuat dengan menahan sakit yang dirasakan. Pria pengidap penyakit Leukimia tetapi dia selalu menyembunyikan nya dari semua orang kecuali Bapak yang berada di pantai itu.
Fauzi masih berjalan di daerah pantai dengan pandangan kedepan sambil memikirkan sesuatu yang kita semua tidak tau apa yang dipikirkan nya. Dari kejauhan Fauzi melihat sebuah buku berada di atas pasir pantai. Diapun mempercepat langkahnya untuk mengambil buku itu. Sampai ditempat buku itu berada, secara tidak sengaja dan atas dorongan apa dia juga tidak tau tiba-tiba saja tangan nya ter-ulur begitu saja untuk mengambil buku itu.
"Senja. Oh, judulnya senja." Fauzi berbicara pada dirinya sendiri. Akhirnya, Fauzi memasukkan buku itu kedalam tas lalu dia melangkah melanjutkan perjalanan sambil perpikir dan berkata, "Setau aku, hanya aku dan si Bapak yang mengetahui pantai ini. Siapa yang mengetahui pantai ini selain aku sama si Bapak? Apa seseorang itu punya masalah makanya datang ke pantai ini? Atau... Ah sudahlah. Lupakan." Katanya bingung dan mempercepat langkah nya agar sampai dirumah sakit.
Sesampainya dirumah sakit, Fauzi harus menunggu antrian untuk mengontrol karna bukan hanya dirinya yang ingin menyembuhkan dan merawat kesehatan. Bahkan banyak yang lebih parah dari nya. Maka dia sangat-sangat bersyukur karna masih bisa diberikan nafas untuk hidup. Mungkin dia terlalu lama datang sehingga rumah sakit sudah dipenuhi para pasien. Fauzi terpaksa menunggu dan lebih memilih duduk di koridor rumah sakit.
"Dari pada suntuk, liat hasil jepretan tadi aja deh." Katanya.
Dia langsung membuka dan mengambil kamera untuk melihat hasil jepretannya. Tetapi, niatnya ter-urungkan. Ada sebuah benda yang membuat nya tertarik dan penasaran. Matanya tertuju pada sebuah buku yang tak sengaja ia temukan dipantai tadi. Lalu Fauzi langsung mengambil buku itu untuk menghilangkan rasa penasarannya.
Buku siapa ini? Batinnya. Dibukanya buku itu lalu dilihatnya tulisan dihalaman pertama.
MENTARI...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Mentari Melepaskan Senja (KOMPLIT✔)
RomanceSetiap pertemuan pasti ada perpisahan. Pertemuan yang indah bukan berarti bisa bertahan selamanya. Akhirnya mau tak mau wanita itu harus tegar menjalani hari-hari nya tanpa orang yang dia sayang. Karena baginya mengikhlaskan orang yang dia sayang i...