Bagian 30

213 8 0
                                    

Fauzi, aku sudah sampai di sini. Di tempat kau bersembunyi. Aku harap, kau tidak ada niat untuk menjauh ya. Jangan ada alasan untuk pergi lagi. Fauzi, aku disini karena hati ku yang membawa nya. Bukan karena aku menginginkan mu. Namun, lagi-lagi aku telah berbohong. Hati ku sudah menjawab semuanya.

Tolong jangan menghindar lagi. Jangan mencoba untuk menutupi diri lagi. Aku disini mencari mu karena cinta ku. Kalau tidak karena cinta mungkin sedari sebulan yang lalu aku sudah menghilangkan harapan-harapan yang kau beri. Kalau tidak karena rasa rindu ku yang amat mendalam, tidak mungkin aku harus rela berkejaran dengan waktu untuk menemui mu.

Sekarang, disini, aku mengerti apa itu takdir. Fauzi, Kau dulu pernah bilang bahwa kau suka mentari pagi. Dan aku suka senja di sore hari. Ketahuilah bahwa mentari dan senja itu berada pada satu matahari yang sama. Kau juga pernah bilang, Mentari yang ada di bumi untuk membuat mu sehat. Aku akan membukti kan itu padamu. Aku akan tunjukkan bahwa kau akan sehat dan bersemangat. Andai kau tau, aku tidak ingin melanggar perkataan mu yang itu. Yang selalu membuatku berfikir harus melakukannya atau tidak.

Dan, ya... Sekarang keputusan ku sudah matang. Aku akan melaksanakan perkataan mu. Demi hubungan ini. Demi ikatan yang telah kita buat. Yang disaksikan oleh ribuan bintang dan satu cahaya bulan. Disaksikan juga oleh desiran ombak dan pasir-pasir pantai .

Sejauh mata memandang, semesta sangat menyukai caramu menyatakan perasaan pada ku, Zi. Percayalah, pantai sangat bahagia mendengar pernyataan itu. Mereka bahagia karena aku bahagia. Mereka bilang padaku mereka bosan denganku karena selalu menangis tanpa memikirkan suasana. Dan, kau hadir, menjadikan semuanya seperti pelangi. Tapi ku mohon, jangan menghilang ya saat aku sudah terlanjur terpesona pada keindahanmu.

Alam, sebentar lagi aku akan berhadapan dengan manusia yang aku tidak tau jalan pikirannya. Aku tidak tau apa keinginannya. Aku tidak tau apa yang dia mau dari diri ku. Manusia yang aku juga tidak tau mengenai kehidupannya sepenuhnya dan perasaannya. Mungkin, belum saat nya aku mengetahui mengenai seluruh cerita dan kisah dalam hidupnya. Tapi, apakah salah jika aku menuntut kabar dari nya? Menginginkan dia memberitahu ku mengenai keberadaannya dan keadaannya. Meminta penjelasan atas seluruh teka-teki yang tidak masuk akal ini. Percuma! Percuma kamu sembunyikan semuanya. Aku sudah tau apa yang terjadi. Kamu sekarang boleh keluar dari persembunyian. Aku tidak menginginkan mu untuk bersembunyi lagi.

Fauzi, aku berada di satu kota denganmu saat ini. Satu kota asing bagi kita. Bagiku mungkin. Namun kau tidak. Aku dan kau dibawah langit yang sama namun dengan jarak perasaan yang tidak sama. Hm, aku merasa begitu.

Hari ini, rasa nya ingin ku tumpahkan seluruh unek-unek yang ada dalam diri ini. Mengenai betapa jauh nya jangkauan ku pada mu. Aku ingin bercerita padamu mngenai tentang sepi nya malam tanpa kamu. Rindu nya aku pada kamu. Tentang mengapa aku tidak bisa menghilang kan harapan ini. Tentang bagaimana cara ku harus bertemu denganmu. Bagaimana aku memulai berbicara dengan mu lagi saat aku sudah berada di hadapanmu nanti. Aku memikirkan itu semua, Fauzi. Aku memikirkannya.

Apa kau tau? Bandung seperti berhenti berotasi saat suara dan deru nafasmu menjauh dari kota itu. Bandung terlihat sangat kacau di mata ku, Zi. Padahal, kota itu diciptakan saat Tuhan sedang tersenyum. Bandung begitu indah sebelum kau pergi, Zi. Kau membuat semuanya berantakan. Kau harus kembali, Zi. Ke Bandung. Ke pelukan ku.

Apa aku siap? Apa aku siap untuk mulai melangkah sekarang?

Sekarang?

Apa aku yakin harus sekarang?

Atau aku pulang ke Bandung saja dan meneruskan pencarian bulan depan jika kau tidak juga kembali?

Atau aku harus memberhentikan pencarian ini saja?

Sang Mentari Melepaskan Senja (KOMPLIT✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang