Ada seseorang yang sama sekali tidak menyadari bahwa ada orang lain yang merindukan nya. Mati-matian merindu. Tapi di anggap tidak peduli. Menguatkan hati nya untuk tidak bertemu. Menguatkan perasaannya untuk tidak menyapa. Menguatkan kecemburuan saat hal-hal yang tidak ingin dilihat nya terlihat. Menguatkan pertahanan diri nya agar tidak muncul di hadapan seseorang yang dirindukannya.
Dia lemah. Dia tidak berdaya. Hanya melalui cadangan mata nya ia bisa melihat seseorang yang dirindukan nya. Hati nya kacau saat mengetahui semuanya. Namun ia tidak bisa berbuat banyak. Wanita nya sudah bahagia. Dan ia akan membiarkan itu terjadi.
*
"Tar, menung aja lo!" Della mengagetkan Mentari yang sedari tadi termenung. Mentari hanya menoleh ke arahnya. Lalu kembali pada posisi awal kepalanya.
"Lo kenapa, sih? Masih sakit?" Tanya Della khawatir.
Mentari tidak menggubris pertanyaan Della, malah ia pergi dari kantin kampusnya. Della terus saja mengikuti Mentari. Della mengoceh sepanjang jalan sampai mereka berada di taman. Mentari duduk disana. Diikuti dengan Della yang masih ngeberi Mentari ribuan pertanyaan bodoh nya.
"Tarrrrr!!!! Ngomong dongggg!!!! Cerita sama gueeeeee!!!" Della merengek.
Mentari memutar bola matanya malas. "Gue mikir, Del!!!" Seka Mentari.
"Mikir apaan coba?" Tanya Della.
"Mikir kenapa semua orang yang gue sayang ninggalin gue!?!?" Mentari langsung menatap Della yang tidak tau harus menjawab apa.
'Urusan lo itu mah, Tar!!! Kok nanyain gue' Batin Della.
"Ha! Sekarang kok lo yang diam?" Tanya Mentari.
"Ya gue mau jawab apa goblok!! Kan gue gatau kenapa bisa gitu!" Della cemberut menjawab pertanyaan Mentari.
"Coha lo pikir deh, sebaiknya apa gue aja yang ninggalin mereka semua?"
Della langsung menoleh ke arah Mentari, "Apa lo bilang? Maksud lo apa?"
"Ya, gitu. Gue aja yang ninggalin dunia ini." Jelasnya singkat.
"Lo jangan aneh-aneh ya, Tar. Lo ga kesian sama ayah lo? Dia punya siapa selain lo?" Protes Della.
"Buktinya ibu gue gak kesian sama ayah gue!! Ibu gue gak kesian sama gue!! Dia ninggalin kami berdua yang terpisah kota!!!" Amarah Mentari hampir memuncak. Tapi ia bisa meredamkan nya.
Della tetap tenang mengatasi kebiasaan mengeluh Mentari ini. "Ibu lo meninggal bukan karena kemauan nya. Itu kemauan Tuhan! Lo gak bisa seenaknya aja bilang-bilang gitu! Lo kira ibu lo tenang ninggalin lo sama bokap lo? Dia berat, Tar! Pasti berat! Tapi jalan hidup nya memang seperti itu. Lo gak bisa nyalahkan keadaan lo sekarang!! Mereka pergi karena dipanggil! Bukan mengajukan diri!" Jelas Della.
"Ya tapi ini ga adil, bego!! Ini gak adil karena semua nya pergi! Ibu gue udah pergi. Fauzi sebentar lagi juga bakal nyusul ibu gue. Terus Lutfi ninggalin gue selama 5 Tahun." Jelas Mentari lagi.
'Eh, tunggu dulu!! Aku kenapa masukin Lutfi dalam katagori orang yang aku sayang ya?' Batin Mentari.
"Lo sayang sama Lutfi???" Tanya Della.
Mentari langsung kikuk mendengar pertanyaan itu. "Aaa... ya... bukan gitu maksud gue. Mak..sud nya tuh, gini, apa tuh, kan dia udah setia nemeni gue selama sakit. Ya, gue ngerasa kehilangan aja.. Gitu.." Jawab Mentari kikuk.
"Jadi lo ngomongnya kok ragu gitu??" Tanya Della lebih dalam.
"Ah, udah gak usah bahas dia deh! Siapa juga dia rupanya!! Hanya sebatas menolongku. Dia hanya menjalankan tanggung jawabnya. Apalagi dia seorang Prajurit. Ya dia gak bisa ngelepasin tanggung jawab. Karena kata tanggung jawab udah mengalir dalam diri dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Mentari Melepaskan Senja (KOMPLIT✔)
RomanceSetiap pertemuan pasti ada perpisahan. Pertemuan yang indah bukan berarti bisa bertahan selamanya. Akhirnya mau tak mau wanita itu harus tegar menjalani hari-hari nya tanpa orang yang dia sayang. Karena baginya mengikhlaskan orang yang dia sayang i...