Bagian 12 #part2

525 20 0
                                    

Dunia seperti berhenti berotasi. Aku tidak tau apa yang harus kuucapkan jika sedang berhadapan dengan seseorang di depan ku sekarang. Aduh, kenapa sih jantung ku selalu tidak normal jika bertemu dengannya.

"K..Ka...Kak Fa..Fauzi?"

"Kenapa harus ditanya lagi?"

Aduh goblok. Iya ya, ngapain ku tanya lagi. Sudah jelas di depanku sudah benar-benar dirinya. Ku perhatikan tampilan nya dari bawah sampai atas. Apa-apaan dia ini. Bahkan dia belum mengganti pakaian nya dari tadi pagi. Ya Tuhan. Ada apa dengannya?

"Ngepatroli-in bentuk tubuh saya ya?"

"Aaa..Ti..Tidak kok. Hehe."

"Kepaksa banget ketawanya." Lantas Fauzi langsung berjalan ke arah pintu rumahku.

"Eh mau kemana?"

"Mau makan malam denganmu. Ayo." Ditariknya lenganku. Duh, detakan apa lagi ini yang menyerbu jantungku. Ku pandangin terus lengan ku yang di pegangnya sambil kaki ku terus melangkah mengikuti kemana dia akan membawaku. Tak lama dia melepaskan genggamannya dan dia tidak lagi menarik lengan ku dan kulihat disekitar. Ah aku tau ini di ruang makan. Aku menganga melihatnya yang langsung duduk di ruang makan sedangkan aku masih bingung kenapa dia membawa ku kesini dan lancang nya lagi kenapa langsung duduk.

"Kok bengong?" dia berdiri lalu ditarik nya kursi disebelahnya, "Duduk." Dituntunnya tubuhku untuk duduk, mau tak mau pun aku terduduk masih dengan kebingungan yang aneh ini.

"Mentari, kok diam aja? Makan dong, nak. Kamu seharian tidur dan kamu belum makan." Ya, nenek barusan berkata demikian, "Nak Fauzi, silahkan makan." Lanjutnya.

Hm? Barusan nenek bilang apa? Nak Fauzi, silahkan makan? Iya? Nenek barusan bilang begitu? Tidak salah dengar kan? Tapi, iya juga sih, tadi kan nenek udah jumpa sama ni orang. Ah kok makin kesel begini. Sok-sok ngambil hati nenek lagi huft!

Kami pun makan malam bersama. Bi Ani juga ikut serta di acara makan malam itu. Ini malam pertama aku makan malam dengan nenek lagi setelah bertahun-tahun tidak pernah makan malam bersama. Terlenih lagi ada seorang pria diacara makan malam ini. Ini pria yang ketiga yang pernah makan malam satu meja dengan ku setelah kakek dah Ayah ku. Selesai makan, aku mengajak Fauzi duduk di taman depan rumah ku. Kutarik lengannya dan membawanya keluar.

"Enak ya." Katanya.

"Enak apaan?"

"Pas kedalam rumah saya yang narik tanganmu. Pas mau keluar kamu narik tangan saya. Ayo, masuk lagi." Ditariknya lagi tanganku, tapi ku hentikan langkahku dan langkahnya juga berhenti saat melihatku berhenti.

"Kenapa?"

"Ngapain masuk lagi?"

"Biar waktu keluar kamu tarik tangan saya lagi."

"Apaan sih kak!" Tak ku bayangkan gimana merahnya pipi ku saat ini.

"Ayo duduk disana saja, kak." Aku pun melangkah berjalan lebih dulu dan di ikuti oleh nya.

Ketika aku sudah duduk, aku sangat-sangat heran. Dia juga duduk disamping ku. Yang anehnya lagi, ada yang tidak beres di dalam otakku. Tadi dia manggil dirinya apa? SAYA? HA? SAYA? TIDAK SALAH? SAYA? Ah ya kali, apa aku salah dengar ya? Iya, pasti aku salah dengar.

"Kamu gak tanya saya kenapa bisa disini?"

Aduh!!! Benar. Dia manggil dirinya dengan sebutan SAYA! Ah apa-apaan dia ini. Tumben-tumbenan sekali. Ada apa dengannya? Masak iya aku harus terus-terusan tanya pada diri ku sendiri kalimat seperti itu.

"Kamu ada gangguan ya Tar?"

Aku tersentak dari lamunan ku, "Hm... Apa kak?"

"Benar ternyata."

Sang Mentari Melepaskan Senja (KOMPLIT✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang