Bagian 11 #part3

603 21 0
                                    

Malam ini, begitu sulit ku deskripsikan. Sebuah kalimat yang dilontarkan seseorang tadi pagi tidak mungkin bisa ku toleransi kan lagi. Demi apapun aku tidak sanggup. Dia begitu mudah nya kembali tanpa memikirkan sesuatu yang menjelma didalam otak dan hatiku. Dulu, aku sekuat tenaga melawan amarah dan emosi yang meluap karna dirinya. Sekarang dia balik lagi, mengemis semuanya lagi, meminta ku untuk memberikannya kesempatan lagi, dan dia kira aku bakal semudah itu menerima dan memberikannya kesempatan? Aku bukan wanita bodoh! Ingat, hati yang terluka tidak mampu disembuhkan dengan apapun. Apalagi dengan kata maaf.

Apa dia tidak mikir gimana keadaan ku saat ku tau bahwa dia sudah menjalin hubungan dengan sahabatku sendiri? Tapi aku sadar kok, seorang yang dinamakan sahabat jaman sekarang itu memang kebanyakan tidak punya diri. Semoga sahabat baru ku itu tidak seperti itu. Aku tak ingin mempunyai perkonflikan dengan siapapun lagi. Ya, aku tau, bukan sahabat namanya jika tidak memiliki perasaan yang sama pada satu orang yang sama.

Tapi lupakan untuk itu. Aku masih butuh berpikir. Berpikir gimana caranya menghadapi situasi yang tidak aku inginkan ini. Alam, apa arti dari semua ini. Dulu dia pergi seenaknya meninggalkan ku dan sekarang dia ingin balik lagi? Apa maksud dari semua ini? Aku tak ingin hal-hal yang buruk menjelma jadi kenyataan. Aku tak ingin sesuatu yang membuat ku terhanyut dalam kesedihan menghampiri ku. Aku tak ingin itu, Tuhan.

Dia anggap aku sebenarnya apa? Halte? Tempat persinggahan? Iya? 

Dulu itu aku ingin menjadi satu-satunya perempuan yang kamu cintai, bukan salah satunya. Ku kira kau waktu itu mengerti untuk itu. Tapi aku salah, semua dugaan ku jauh dari apa yang ku alami.

Yang aku harapkan sekarang adalah sembuh dari patah hati. Mulai sekarang aku tidak ingin berhubungan dengan pria manapun, kecuali dia mampu membuatku lupa bahwa hatiku pernah terluka. Kecuali dia mampu membuatku mengubah dunia ku. Mampu membuat ku tertawa sepanjang. Mampu membuat ku menangis bahagia, bukan menangis karna tersakiti.

Mentari...

"Huft, akhirnya siap juga. Waw ternyata kertas gue terkuras beberapa lembar hanya untuk menulis diary ini." Ucapnya.

Mentari baru saja menyelesaikan tulisannya diatas kertas putih yang awalnya masih bersih tetapi sekarang sudah tergoreskan oleh tinta hitam.

Malam ini, hati nya sedang kacau berat. Dia tidak tau apa yang harus dilakukannya untuk hari esok. Dia berpikir, "Udah lama tidak mantau kak Fauzi pagi-pagi. Dia masih sering ke pantai tidak ya?"

Mentari berencana ke pantai besok pagi. Sekalian refresh otak nya. Sungguh, hari ini hari yang paling mengenaskan didalam hidupnya. Dia mengira hari mengenaskan sudah berhenti saat hari kepergian Ibunya. Ternyata tidak. Ternyata hari yang tidak diinginkannya datang menghampirinya.

Mentari bangkit dari meja belajar, mengambil ponsel nya dan berbaring ditempat tidur.

"APA??? Banyak sekali panggilan masuk dari Ayah! Apa aku setuli itu sampai tidak mendengar satu pun nada dering ponselku saat Ayah menelfonku?" Kesalnya.

Ditekannya tombol ponselnya dan diletaknya ponselnya ditelinganya. Ya. Dia sedang menelfon Ayahnya. Mentari penasaran kenapa Ayahnya menelfonnya berkali-kali.

Setelah lama Mentari mencoba menghubungi Ayahnya, akhirnya ada sambungan dari balik sana.

"Halo Mentari."

"Iya. Hallo Ayah.. Ayah kenapa menelfonku hingga sampai beberapa panggilan?"

"Tidak apa-apa, nak. Ayah hanya rindu denganmu."

"Oh syukurlah... Aku kira ada yang terjadi dengan Ayah." Alhamdulillah, ia mengelus dadanya. Mentari sudah lega mendengar jawaban dari Ayahnya.

"Tidak sayang, Ayah tidak apa-apa. Gimana kuliahmu?"

"Lancar kok, Yah. Ayah gimana kerjanya? Ayah sehatkan?" Mentari bangkit dari ranjang, berjalan menuju dapur, membuka kulkas dan mengambil beberapa cemilan disana. Lalu duduk di meja makan.

"Syukurlah kalau lancar, nak. Ayah aman-aman saja kok disini. Iya, nak, Ayah sehat. Ayah hanya ingin memberitahumu, nenek mu akan tinggal bersamamu, nak. Dia akan menjagamu."

"Wahh... Serius Ayah? Demi apapun aku senang banget. Jadi aku tidak jauh-jauh jika ingin kerumah nenek, Yah. Dan aku bakal ada teman dirumah." Sungguh, mentari merasa sangat senang karna akan ada orang yang menemani nya dirumah.

Mentari tau, Ayahnya pasti sudah tersenyum dibalik sana, "Iya, nak. Nenekmu juga mengatakan bahwa dia juga akan membawakan pekerja rumah untuk menemani kalian disana."

"Wah bagus dong, Yah. Aku tidak repot-repot lagi untuk pergi ke loundry, atau makan diwarung lagi. Atau apalah..."

"Iya, nak. Ayah senang jika kamu menerima kedatangan mereka. Sudah. Tidurlah, ini sudah malam. Ayah akan menghubungi mu besok. Ayah sayang Mentari..."

"Mentari juga sayang Ayah."

Panggilan pun terputus. Mentari bangkit dari meja makan menuju kamarnya. Suara Ayahnya mampu membuat nya tersenyum kembali.

Baru kusadari bahwa Ayahlah satu-satunya pria yang tidak pernah membuat ku terluka. Batinnya sebelum dirinya tertidur.

Sang Mentari Melepaskan Senja (KOMPLIT✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang