Bagian 12 #part1

582 22 0
                                    

"REZA?" Mentari dikagetkan dengan suara pria yang sudah sangat familiar itu.

"Bu..Buat apa lo disini?"

"Kamu ikut aku sekarang!" Reza menarik kasar lengan Mentari.

"LEPASIN!!!" teriak Fauzi. Entah. Fauzi juga tidak tau mengapa dia mengatakan itu. Hanya saja, dia tidak suka melihat Mentari diperlakukan kasar seperti itu.

Reza tetap saja menarik Mentari hingga sedikit menjauh. Lantas entah kenapa Fauzi hanya bisa diam saat itu. Fauzi tidak tau apa masalah mereka dan tak ingin terlarut dalam masalah itu. Jadi dia hanya memilih diam padahal ingin sekali dirinya merampas Mentari dari pria kasar itu.

"Lepasin Za!" Mentari menghentakkan lengan nya.

"Buat apa kamu disana bersama pria lain hm?"

"Hak lo apa ngelarang gue? Gue peringatkan ke lo ya, jangan pernah larang gue lagi. Dan jangan pernah manggil gue dengan sebutan KAMU!" Mentari menekankan kalimat terakhirnya tepat di telinga Reza. Mentari pergi kembali menemui Fauzi.

"Kak,maaf ya. Maaf atas kejadian barusan. Dia itu hanya---" Fauzi lantas tidak menggubris sedikitpun omongan Mentari dan meninggalkan Mentari sendirian disana.

Kan aku cuma mencoba menjelaskan. Kenapa ditinggal pergi coba!

Mentari menatap punggung Fauzi yang menjauh. Tiba-tiba saja ponsel nya berdering.

Ayah?

"Halo, Ayah."

"Halo nak. Nenekmu sudah dirumah. Kamu dimana? Kok nenek bilang pintu mu terkunci?"

"Mentari akan pulang sekarang."

Mentari pun pergi meninggalkan pantai. Untuk mempersingkat waktu, ia mencari bajaj untuk lebih cepat sampai rumah. Tak lama Mentari pun sampai kerumah. Dilihatnya sudah ada dua orang wanita separuh baya sedang duduk di bangku taman depan rumahnya.

"Nenek!!!" Mentari lari menuju taman dan langsung memeluk sang nenek.

"Eh cucuku. Wah udah besar Mentari ya," Neneknya pun membalas pelukan Mentari, "Nenek rindu sangat-sangat sama kamu," Mereka saling melepaskan pelukannya, "Eh ini, kenalin, namanya bi Ani yang bakal bantu-bantu dirumah kamu nanti." Nenek pun memperkenalkan bi Ani dengan Mentari.

"Eh iya bi." Mentari menyalami bi Ani.

"Teh Mentari cantik ya.." Pujinya.

"Ah bibi bisa aja. Ayo-ayo kita masuk."

"Ayo."

Mereka pun masuk kerumah dan Mentari memberitahu kamar bi Ani dan kamar nenek. Mentari sangat senang karna sekarang rumah nya sudah ramai dan dia tidak merasa kesepian lagi.

"Nek, bi, Mentari ke kamar dulu ya."

"Iya teh, nanti bibi buatkan makanan ya."

"Eh tidak usah bi. Bibi istirahat aja dulu."

"Ya sudah teh."

Mentari pun pergi kekamar dan membaringkan tubuhnya di kasur. Dia masih mengingat jelas kejadian dipantai tadi. Dan Mentari masih hapal jelas gimana ekspresi wajah Fauzi saat itu.

Kenapa tiba-tiba datang sih, Za? Gak mikir banget ada perasaan orang yang gue jaga disana. Harus seperti apa lagi gue analisikan kebencian gue ke lo? Luka yang dulu membekas kini masih tersisa dan tidak bisa dihilangkan. Yang bisa dihilangkan hanya jejak seseorang yang menyebabkan luka itu timbul. Masa lalu yang gue simpan-simpan itu udah pecah bahkan serpihan nya sudah di sapu sebersih mungkin oleh pemilik yang lain. Yang mampu menembus kedalam ruangan yang tidak ku tau apa namanya didalam sana, yang terpenting seseorang itu mampu membuang masa lalu ku dengan sangat jauh. Musti berapa banyak lagi kata-kata kasar yang harus gue keluarkan untuk lo? Seharusnya lo udah paham dari awal kalau bukan lo yang gue mau. Lo salah. Hati gue bukan dihati lo tempatnya! Kesalahannya ada pada diri lo sendiri yang belum sadar bahwa gue udah pergi lama dari sana. Dari hati lo...

Sang Mentari Melepaskan Senja (KOMPLIT✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang