Bagian 39

186 8 0
                                    

"Mondar-mandir dari tadi ngapai, nak?" Tanya nenek yang tiba-tiba sudah duduk di sofa.

"Katanya, Fauzi mau datang, nek. Tapi dari tadi pagi, sampai jam 5 sore begini dia belum datang juga." Khawatirku.

Fauzi, kamu dimana sih? Coba tolong tidak usah buat aku selalu khawatir begini.

Senja pun turun, tenggelam bersama kesedihan ku yang belum juga tenggelam. Aku menatap senja di taman depan rumah ku. Hari sudah mulai gelap. Namun Fauzi tidak datang juga. Oh Tuhan, kemana dia??

Aku sudah letih sekali, Fauzi. Kamu dimana? Aku lemas.

"Men, ngapai lo diluar? Udah gerimis ini. Masuk lo!!!" Tiba-tiba suara Bimo mengagetkan ku.

Namun aku tidak memperdulikannya. Aku tetap saja ingin menunggu Fauzi hingga pagi datang lagi. Aku akan kuat, Fauzi. Aku akan sanggup.

***

"Fauzi..."

Teman-temannya langsung mengerutkan dahi, nenek, dan bi Ina juga. Namun nenek dan Bi Ina hanya memasang wajah sedih.

Teman-temannya mendapat cerita dari nenek bahwa kemarin malam Fauzi datang tiba-tiba menghampiri Mentari. Mentari nangis sejadi-jadinya saat melihat Fauzi.

"Fauzii... Fauzi...." Mentari terus mengucapkan nama itu dari tadi malam.

"Permisi.." Tiba-tiba suara Zeki memecahkan keheningan di kamar Mentari.

Ada Della, Al, Lutfi, Bimo, dan Zeki yang baru saja datang setelah di telfon oleh Bimo .

Zeki menyalami nenek, lalu langsung duduk di sebelah ranjang Mentari. Memegang tangan Mentari yang begitu dingin.

Zeki langsung menelfon dokter untuk memeriksa Mentari. Setelah 40 menit semuanya saling diam. Kadang berbicara hanya singkat dan pelan. Akhirnya dokter datang dan memeriksa Mentari.

Setelah diperiksa dokter mengatakan bahwa Mentari hanya sedang drop. Karena banyak berpikir keras.

"Jadi kapan Mentari akan siuman, dok?" Tanya Della.

"Mungkin sebentar lagi. Dia hanya kelelahan. Badannya juga dingin sekali. Saya akan berikan vitamin untuknya. Berikan saat dia sudah terbangun nanti. Ini vitamin bubuk. Campur saja dengan air agar di minumnya. Tidak ada rasanya." Kata dokter itu sambil menyerahkan vitamin ke Della, lalu Della memberikannya ke bi Ina.

Dokter berpamitan pulang, diantar oleh Bimo sampai ke depan rumah.

Tidak lama, Mentari terbangun, bi Ina langsung memberikan minuman yang sudah dicampurkan vitamin kepada Mentari. Mentari melihat sekelilingnya, tiba-tiba dia langsung bertanya, "Fauzi?"

Zeki yang kebetulan berjarak dekat dengannya, langsung mengelus kepalanya, "Iya, nanti Fauzi datang." Jawab Zeki sambil tersenyum.

"Apakah dia sudah datang, Ki? Apakah aku terlalu lama tertidur?" Tanya Mentari lagi.

Zeki menggeleng, "Kamu hanya tertidur sebentar. Dia akan datang nanti menjenguk mu." Jawab Zeki lagi memastikan dan meyakinkan Mentari.

Mentari tersenyum. Lalu meminum lagi minuman yang diberikan oleh bi Ina.

"Kalian mengapa berada di kamarku?"

"Jenguk lo, Tar." Jawab Della yang dapat anggukan oleh Al, Lutfi, dan Bimo.

"Lutfi juga ada disini?" Tanya Mentari sambil menatap Lutfi.

Lutfi langsung duduk di ujung ranjang Mentari. Sambil tersenyum dan berbicara, "Aku selalu ada di sini, Tari."

Sang Mentari Melepaskan Senja (KOMPLIT✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang