Bagian 11 #part2

570 23 0
                                    

Alam, aku tadi tak melihat nya kan? Tadi aku hanya halusinasi aja kan? Katakan iya alam. Katakan. Batin Fauzi.

Fauzi baru saja sampai dikawasan rumahnya. Dia masuk dan langsung menuju kamar.

"Lo kenapa Zi?" Bahkan suara Zidan tidak lagi didengarkan nya. Ya, nama kakak laki-laki Fauzi bernama Zidan. Zidan Yuanda.

"Yuh, kenapa tu orang. Beserak amat tampilannya." Sambung Zidan.

Fauzi masuk kamar dan menutup pintu kamar dengan sedikit membanting.

"Wow... Sepalak itu dia?" Zidan sangat kaget melihat Fauzi berbeda hari ini.

Dikamar, dilemparkan nya tas ke sembarang arah. Di hempaskan nya tubuhnya dengan kasar diatas ranjang. Dipejamkannya matanya. Bahkan sepatu pun tidak sempat dilepaskannya. Diyakinkan lagi dirinya bahwa dia tadi hanya berhalusinasi.

"AARRGHHHH!!!" Dijambak nya rambutnya dan diusap nya wajahnya dengan kasar.

"Tar, tadi itu bukan lo kan? Bukan kan?" Fauzi berbicara seolah-olah ada Mentari di tempat dia berada.

"Tar, gue liat sendiri. Pria itu... Arrrgghhhh...." Lagi-lagi dia emosi.

Sebelum kenal lo gue gak pernah segini nya, Tar. Sebelum kenal lo gue gak pernah se-emosi ini,Tar. Sebelum kenal lo raga gue berasa mati, Tar. Lo terbuat dari apa sih sampai-sampai mampu buat gue segila ini sayang sama lo? Gue gak ngerti sama perasaan gue ke lo, Tar. Padahal lo enggak ngelakuin apa-apa ke gua. Tapi gue bener-bener gak mau kehilanganlo, Tar. Sungguh. Sungguh, Tar sungguh!

Sebenarnya tadi itu...

"Al, sore nanti ada rapat untuk acara olimpiade di kampus kita ya. Olimpiade untuk anak-anak tingkat SMA. Lo udah tau kan tugas lo?"

"Tau dong, kak. Iya gue udah siapin proposal kok. Tinggal kakak tanda tangani aja entar sore."

"Ya sudah lo bawa nanti ya Al. Gue pulang de---" Fauzi menghentikan kalimatnya. Al heran mengapa Fauzi seketika berhenti berjalan.

"Kak." Panggil Al.

"Kak, lo gapapa?" Al mengikuti arah pandang Fauzi.

"Mentari ya kak?"

"Ah, apa lo bilang?" Fauzi langsung tersentak dan berusaha tidak berbeda di depan Al.

"Kenapa kakak ngeliat Mentari sampai segitunya?"

"Gak papa kok, Al. Gue pulang luan ya." Fauzi menepuk bahu Al dan meninggalkan Al dikoridor kampus.

"Kenapasih kak Fauzi." Al menaikkan bahunya dan melenggang balik untuk mengerjakan tugas di ruangan tugas.

Fauzi berjalan perlahan. Masih jelas terlihat sosok wanita disana sedang berbicara dengan seorang pria yang Fauzi tidak tau siapa. Jelas juga terlihat bahwa Mentari menerima helm yang diberikan pria itu dan naik diatas motor pria itu. Lalu pergi meninggalkan gerbang kampus.

Ya Tuhan. Siapa pria itu? Benarkah yang kulihat barusan itu Mentari? Tar, kau tau? Aku baru menyadari betapa aku pernah bodoh untuk seseorang. Tapi kali ini, setelah ketemu beberapa waktu lalu. Aku tak ingin merasa bodoh, Tar. Aku yakin kau akan membuat ku tambah pintar untuk mengatur perasaan. Batin Fauzi saat sudah didepan motornya. Dinyalain motornya, lalu ia pergi dari tempat itu.

Kemudian, tak jauh dari keberadaan Fauzi. Tenyata dia melihat motor pria itu. Fauzi semakin penasaran, "Itu kan Mentari. Gue harus ikuti mereka!" Fauzi pun menambah kecepatan gas nya dan diam-diam mengikuti Mentari dan pria itu.

Setelah motor pria itu berhenti, Fauzi pun berhenti. Tetapi dijarak yang agak jauh. Setidaknya dirinya masih bisa memantau Mentari.

"Buat apa cobak pria brengsek itu datang ke tempat ini?" Kesal Fauzi.

Fauzi pun mengikuti mereka menuju atas bukit. Setelah sampai diatas bukit itu, Fauzi melihat wajah Mentari seperti merasa kebahagiaan.

"Sebahagia itu kah Mentari?" Ucap Fauzi. Belakangan ini Fauzi lebih suka berbicara dan bertanya pada dirinya sendiri. Entah kenapa. Fauzi sedang belajar diam. Karena masalah tak selamanya harus di umbar.

Dilihatnya pria itu meninggalkan Mentari sendirian disana. Hingga beberapa menit pria itu tak kunjung balik. Ingin rasanya Fauzi menculik Mentari dari pria itu. Saat Fauzi ingin mendekati Mentari, tiba-tiba saja pria itu datang.

Fauzi melihat pria itu membawakan setangkai bunga Mawar. Tetapi, Mentari tidak menerimanya, "Kenapa Mentari tidak menerima nya? Ah gue tau. Apa Mentari memang jenis wanita yang tidak suka bunga ya? Saat itu saja bunga Matahari yang aku berikan malah diletakkannya di bawah derasnya hujan."

"Aku ingin kita jalin hubungan lagi, Tar. Kasih aku kesempatan. Ku mohon."

Kata-kata pria itu sungguh mampu membuat pusing dikepala Fauzi timbul. Fauzi memegang kepalanya. Dia tidak sanggup lagi melihat adegan itu. Jelas, pasti Mentari menerima pria itu. Dari pada penyakit nya kambuh ditempat itu dan ketauan oleh Mentari jika Fauzi menguntitnya, mendingan Fauzi pulang. Fauzi turun ke bawah bukit itu menuju ketempat dimana motornya diletaknya. Lalu menghidupkan mesin dan melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Bahkan Fauzi tidak peduli dengan jeritan-jeritan orang-orang yang berada dijalan yang hampir hilang nyawanya karna ulah Fauzi. Fauzi membelah jalan raya dengan kecepatan begitu tinggi, hingga lampu merah pun di libas nya saja dan membuat para pejalan kaki yang ingin menyebrang memaki-maki Fauzi. Tetapi Fauzi hanya mengabaikannya. Yang terpenting sekarang, Fauzi ingin mencari tempat untuk menyendiri.

Ternyata, Fauzi tidak pulang kerumah. Dia malah memilih kepantai untuk melihat Mentari disana. Bukan Mentari yang ada dibumi melainkan Mentari yang ada dilangit. Sampai dipantai, Fauzi duduk dipesisir pantai. Menatap Mentari pagi sejauh mata memandang jelas diatas sana ada bayangan tentang Mentari hatinya.

"Mentari pagi, kamu harus bahagia denganku. Walaupun jarak kamu jauh, yang terpenting hati kita dekat. Jangan seperti Mentari yang ada dibumi. Kami berdekatan tapi hati kami tidak sedekat jarak kami. Bahkan dia bahagia dengan yang lain. Kau cukup bahagia dengan ku saja ya." Fauzi mungkin sudah benar-benar stres. Masak iya Mentari pagi dilangit diajak nya bicara. Kalau mentari pagi ngejawab pertanyaannya gimana? Bisa-bisa dia kabur dari tempat itu.

Tiba-tiba bayangan Mentari terlintas. Fauzi teringat saat-saat Mentari menatap senja ditempat ini. Fauzi teringat saat dirinya melihat Mentari tersenyum ditempat ini. Duh tiba-tiba saja dia teringat kenangannya bersama Mentari ditempat ini.

"Aku harus pulang!!! Pikiran ku bisa semakin kacau jika aku terus-terusan berada ditempat ini. Untuk saat ini tempat ini tidak cocok sama suasana hati aku."

Fauzi pun bangkit dan beranjak pergi dari pantai. Kali ini dia benar-benar pulang. Iya, dia benar-benar pulang kerumahnya.

Begitu sebelumnya...

_

_

_

_

Mood aku lagi bagus banget makanya aku ngepost sampai dua part hari ini. Besok doain saja mood ku bagus biar aku cepat selesain ending nya. Eh,tapi masih panjang kok ceritanya. Please, aku butuh vote kalian.🙏🙏

Sang Mentari Melepaskan Senja (KOMPLIT✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang