Bagian 8

764 30 0
                                    

Mentari baru saja selesai mandi dan memakai pakaian santai nya. Dia masih terbawa suasana pantai. Sebelum ia istirahat malam ini, Mentari beranjak pergi ke dapur dan membuat secangkir kopi disana. Selesai membuat kopi, Mentari kembali menuju kamarnya dan berhadapan dengan komputer nya.

Ting nung...
Ting nung...
Ting nung...

"Siapa sih malam-malam begini berkunjung." Kesalnya.

Mentari jalan dari kamar menuju pintu rumahnya. Diputarnya kunci itu lalu dibukanya pintunya. Dia dikejutkan oleh suatu benda.

"Wahh, hujan? Kok ga tau gue." Katanya, "Lah, lalu ini apa lagi?" Dilihatnya ada sebuah bunga matahari didepan pintu rumahnya. Mentari mengernyitkan dahinya.

"Bodo ah..." Mentari kembali masuk kedalam tanpa mengambil bunga yang berada dipintunya.

Tak lama, dia keluar lagi. Diraih nya bunga itu, "Hmmm... Gue letak sini ajadeh," Mentari meletakkan bunga matahari itu di tengah derasnya hujan, "Ha... Biar cepat subur!" Lanjutnya.

Dan Mentari masuk kedalam untuk melaksanakan sesuatu.

Flashback on

Pria itu sengaja menunggu Mentari sampai ia selesai menunggu senja nya menghilang. Tak lama dari itu, senja pun menghilang. Menghilang membawa sejuta kenangan yang dimiliki wanita itu. Menghilang membawa kebahagiannya. Menghilang membawa seluruh kesabarannya. Saat itu pula, Mentari meninggalkan tempat itu. Dengan lancang nya pria itu mengikuti Mentari sampai kerumahnya.

"Oke, aku sudah tau dimana ia tinggal." Batin pria itu.

Pria itu tidak langsung pulang. Dia berniat pergi sebentar aja lalu ingin kembali kerumah Mentari lagi.

"Pak, bunga yang cocok buat wanita bunga apa ya?"

"Gimana sih, nak? Baru pertama kalinya ya ngasi bunga ke wanita?"

"Eh, iyani pak."

"Pantas kamu menanyakan hal itu."

Pria itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia sungguh malu. Tetapi, dia berfikir sejenak. Mengapa harus malu? Bukankah hebat, diusianya yang sudah dewasa ini, baru pertama kalinya dia memberikan bunga kepada wanita.

"Nih, nak." Bapak penjual bunga itu membuyarkan lamunannya. Di berikannya bunga Mawar yang sangat-sangat indah.

"Cantik bukan?" Lanjut Bapak penjual bunga.

"Cantik sih pak. Bunga Matahari ada tidak?"

"Kamu mau ngasi ke wanita mu malam ini juga ya?"

"Iya pak. Kenapa? Salah ya saya milih bunga matahari?"

"Kalo bunga itu mah ngasi nya ya pagi atau siang hari, nak. Bukan malam. Bunga bulan mau?" Bapak itu lalu tertawa dan beranjak mengambil sesuatu, "Nah." Diberikannya bunga matahari. Sangat indah. Walau hanya 1 tangkai.

Beli aja deh bunga indah ini. Dari pada harus mendengar ocehan penjual bunga ini. Batinnya.

Pria itu pun membayar bunga itu lalu segera bergegas pergi meninggalkan tempat itu dan menuju kerumah Mentari. Sampai depan rumah Mentari, didalam mobil, diambilkan selembar kertas dan pena. Dituliskannya sesuatu disana...

Setelah selesai menuliskan sepucuk tanda perkenalannya dengan Mentari. Pria itu pun keluar mobil. Namun, cuaca tak berpihak. Pria itu diguyur hujan yang sangat deras yang membasahi seluruh tubuhnya.

Dinginnya air hujan tak bakal bisa membatalkan semua rencanaku untuk membuatmu tersenyum. Batin pria itu seraya ia terus nekad melangkahkan kaki nya untuk menaruh bunga itu didepan pintu.

Akhirnya dia sampai didepan pintu. Diletakkannya bunga itu dibawak pintu rumah Mentari. Ditekannya bel yang diberada disamping pintu Mentari. Saat ditakannya bel itu, pria itu langsung lari menuju sebuah pohon untuk melihat apakah Mentari menerima bunga itu atau tidak.

"Itu dia." Pria itu merasa senang karna Mentari membuka pintu itu.

Tapi tunggu! Apa itu? Kenapa Mentari masuk lagi? Dia tak menghargai pemberiannya? Sungguh jahat.

Tak lama kemudian pria itu keluar dari tempat persembunyiannya. Ditatapnya terus pintu rumah Mentari berharap ada sosok wanita yang parasnya seindah bunga matahari itu membuka kan pintu dan mengambil apa yang ada dibawah pintunya.

Tak lama, gagang pintu itu bergerak. Menunjukkan bahwa pintu itu akan dibuka. Pria itu langsung kembali ditempat persembunyiannya. Dilihatnya Mentari mengambil bunga matahari itu.

Wow akhirnya. Tapi tunggu dulu. Jerit batinnya.

Ada apa? Kenapa Mentari tak membawa nya masuk? Seburuk itukah bunga itu hingga diletaknya di bawah derasnya hujan? Gagal. Kali ini gagal.

Pria itu sangat kecewa. Setelah Mentari masuk kembali kedalam rumahnya. Pria itu keluar dari persembunyiannya. Tidak dilihat nya lagi rumah itu. Ia langsung menuju mobilnya, masuk kedalam, menghidupkan mesin lalu melaju kan mobilnya dengan kecepatan yang gak di duga.

Flashback off

Mentari keluar lagi dari rumahnya. Dikenakannya payung hujan, kakinya melangkah menuju dimana ia meletakkan bunga matahari yang indah itu. Dibawa nya bunga itu masuk.

"Yah... Kertasnya udah basah," kata Mentari, "Tapi masih jelas kok tulisannya." Lanjutnya.

Dibacanya tulisan yang berada didalam kertas itu.

Ini bunga matahari untuk salam perkenalan.
Bukan mata hati untuk mengungkapkan perasaan.

Tidur nyenyak ya, Mentari...

From : Pengagum Rahasiamu.

"Benarkah yang kubaca ini? Pengagum rahasia? Benar Fauzi pengagum rahasianya?"

Ya, Pria yang memberikan bunga itu adalah kakak seniornya sendiri. Mentari sebenarnya masuk kerumah dan mengabaikan bunga itu bukan karna ingin membiarkan bunga itu. Hanya saja, dia ingin tau siapa yang rela hujan-hujanan menghantarkan bunga itu untuknya. Setelah dia masuk kerumah, dia tak langsung ke kamarnya. Dia melihat dibalik jendela. Demi apapun, jantung nya seperti berhenti berdetak. Siapa yang dilihatnya disana? Ditengah derasnya hujan pria itu berdiri menatap rumah nya tanpa pergi sekalipun.

"Kak Fauzi???" Jeritnya.

"Ya Tuhan, sebegitu rela nya dia hujan-hujanan hanya untuk memberikan ku bunga itu?" Kata Mentari, "Masak iya aku tidak mengambil bunga itu. Nanti dia berpikir aku wanita yang tidak punya hati. Atau..."

Tak lama, dia keluar lagi. Diraih nya bunga itu, "Hmmm... Gue letak sini ajadeh," Mentari meletakkan bunga matahari itu di tengah derasnya hujan, "Ha... Biar cepat subur!" Lanjutnya.

Lalu iya masuk kerumah lagi. Dilihatnya lagi dari balik jendela. Dilihatnya Fauzi hanya membalikkan badan dan berjalan menuju arah depan tanpa melihat kearah nya lagi. Dilihatnya sinar lampu mobil dan mendengat suara mesin mobil. Setelah dilihatnya mobil itu melaju meninggalkan rumah Mentari, Mentari pun kembali keluar dari rumah.

Mentari menaikkan alisnya, "Waw... Sekencang itu kah dia mengendarakan mobilnya?"

Diambilnya bunga itu dan dia bawa masuk ke dalam rumahnya. Sambil menutup pintu, Mentari seraya berkata, "Aku bukan wanita bodoh yang rela ngebiarin bunga seindah ini berada ditengah derasnya hujan."

Ya, Fauzi pria yang memberikannya...

Sang Mentari Melepaskan Senja (KOMPLIT✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang