Bagian 11

711 35 2
                                    

Pagi ini, mungkin pagi yang buruk untuk Mentari. Cuaca mendung. Tidak seperti biasanya. Setiap pagi Mentari bahkan selalu tersenyum saat melihat sinar kembaran nya yang ada di langit. Tapi tidak dengan hari ini. Oh alam. Ada apa dengan nya? Kenapa belakangan hari terakhir ini banyak sekali yang membuat mood nya seketika hancur? Bahkan dirinya tidak ada menghancurkan ketenangan siapa pun. Tapi kenapa sosok seorang wanita yang rapuh itu selalu dihancurkan dan dihancurkan lagi? Bahkan sampai benar-benar hancur. Mentari udah rapuh, jangan buat wanita itu menghancurkan diri nya sendiri. Apapun yang rapuh, jika tersenggol sedikit saja pasti bakal hancur. Sama seperti hati, bagaimanapun kokohnya, kalau disakiti pasti akan retak. Pasti. Pasti retak.

Mentari beranjak dari tempat tidurnya. Menuju kamar mandi. Dan bergegas untuk mandi lalu berangkat ke kampus untuk mengikuti pelajaran kuliah.

Ketika selesai mandi dan berpakaian. Tiba-tiba Mentari mendengar suara klakson motor di depan rumahnya.

"Duh, kebiasaan Della pagi-pagi gini udah ngejemput. Waktu kan masih lama." Gumam nya.

Ia pun keluar dan langsung saja mengambil rancangan untuk memarahi Della karna sudah datang terlalu pagi hari ini, "Eh, Del, lo itu ya datang kura---"

"Apa? Kurang pagi?"

Apa ini? Dia? Dia di depan ku? Sekarang? Maksud nya apa coba?

"Berhenti peduli apa yang di pikirkan orang!" Pria itu lantas mengatakan hal itu seakan-akan membaca pikiran Mentari.

Bagaimana dia bisa kebetulan tau gitu bahwa aku sedang mencari tau isi pikirannya? Kok kesal ya!!! Mentari masih terbengong. Mentari heran buat apa dia datang sepagi ini? Cuma mau bilang kalau Mentari bukan cewek yang suka menghargai pemberian orang lain?

"Berhenti peduli apa yang dipikirkan orang!!!" Ia mengulangi perkataannya. Sekali lagi Mentari benar-benar kehabisan pikiran. Mentari tak ingin lagi berpikir tentang pria didepannya ini karna akan menyebabkan pria itu akan mengatakan hal yang sama untuk ketiga kalinya.

"K..Kak Fa..Fauzi?" A..Ada Ap--"

"Kok gugup?"

Ya, pria itu adalah Fauzi. Fauzi emang berniat untuk menjemput dan pergi bareng Mentari ke kampus.

Iya ya. Kenapa aku gugup?

"Lo mikirin apa lagi?"

Kan dia baca pikiran gue lagi kek nya!!!

"Hey!" Fauzi menepukkan kedua tanggan nya tepat di depan wajah Mentari dan tentu Mentari sangat kaget.

"Eh!!! Apaan sih. Siapa yang gugup." Mentari memutar bola matanya dan seperti nya enggan menatap pria yang didepannya. Tapi berbanding terbalik dengan yang hatinya katakan. Jelas dia sangat-sangat ingin menatap kedua mata coklat itu.

"Gue tunggu di motor!" Fauzi balik badan dan berjalan menuju motor nya di pinggir jalan kawasan rumah Mentari. Yang Mentari herannya, Mentari tidak mengatakan apapun. Hanya masuk, mengambil tas, ponsel, dan memakai sepatu lalu kembali keluar, mengunci pintu dan melangkah menuju Fauzi.

Saat Mentari keluar rumah, mengunci pintu, dan melangkah menuju Fauzi, jelas Fauzi merasakan kebahagiaan.

Akan ku lakukan apa yang buat aku bahagia. Batin Fauzi.

Seperti apa yang dibilang kakak laki-laki Fauzi saat tadi sebelum pergi ke kampus

"Muka lo beda banget dek, ada apa?"

"Kok?"

"Hm? Lo mau bilang gue kok peduli? Ya kali adek sendiri gak gue openin"

"Tumben."

Sang Mentari Melepaskan Senja (KOMPLIT✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang