Bagian 33

224 9 0
                                    

"Hallo." Panggil seseorang di balik telefon.

"Hm? Ada apa menelfon ku Bimo?" Sahut Mentari enggan. Rasanya hari ini ia tidak bersemangat melakukan sesuatu bahkan hanya sekedar menerima telefon.

"Sudah dua minggu lo di Singapura." Sahut Bimo lagi.

Mentari memutar bola matanya malas. Iya-iya, dia pasti sudah tau itu. "Hmm." Jawabnya hanya berdehem.

"Sudahlah, Men. Kalau tak ada tanda-tanda juga,mendingan lo balik deh ke Bandung. Sebentar lagi lo UTS." Kata Bimo menjelaskan.

"Okelah. Gue pertimbangkan dulu." Jawab Mentari lalu langsung memutuskan sambungan telfonnya.

Sudah dua minggu ternyata. Sudah dua minggu pencarian ini tidak berhenti. Sudah dua minggu Mentari kesana kemari mencari keberadaan Fauzi yang tak kunjung ketemu. Bahkan tidak ada satupun petunjuk yang di dapat kannya.

Apa memang sudah saatnya dia harus memberhentikan pencarian yang dia tidak tau dimana ujungnya ini?

Tiba-tiba ponsel Mentari berdering lagi. Menandakan ada panggilan masuk lagi. Ia memutar bola matanya malas.

Siapa lagi sih! Batinnya.

Di lihat nya nama yang tertera di layar ponselnya. Tanpa nama. Dia tidak tau siapa. Segera saja ia menerima panggilan itu.

"Mentari?" Sapa seseorang diseberang telfon.

Aku tau suara ini. Batin Mentari.

"Zeki?" Panggil Mentari. "Dari mana kau mendapatkan nomor ponsel ku?" Tanya Mentari heran.

"Kau tanda dengan suara ku ternyata. Seterobsesi apa sih pada suaraku hmm??" Goda Zeki.

Mentari hanya tersenyum, "Dari mana kau mendapatkan nomor ponsel ku, Zeki?" Tanya nya sekali lagi.

"Tidak perlu tau dari mana. Tapi yang pasti, kopi ku sedang menunggu pelanggan wanita yang super dingin ini untuk menemaninya." Jelas Zeki. Mentari lagi-lagi tersenyum.

Untung aja engga langsung. Kalo langsung ini mah pasti muka aku udah merah banget. Batin Mentari lagi.

"Tari? Kok diam sih? Kopi ku sudah rindu sekali denganmu."

"Kopi mu atau kau yang merindukan ku?" Goda Mentari balik. Mentari tau pasti Zeki sedang tersenyum ditempatnya.

"Hemmmm, kasih tau enggak yaaaaa????" Jawab Zeki sambil bertanya.

Mentari mengerucutkan bibirnya tanda kesal.

"Ya sudah! Kalau begitu aku--"

"Iya. Aku rindu." Jawab Zeki pontan. Membuat Mentari mati kutu mendengarkan.

Tidak salah dengar aku kan? Padahal kan, pertanyaanku hanya bercanda. Atau, dia juga menjawabnya hanya bercanda?

"Tari???"

"Eh.. I..iya.. besok aku pulang." Jawab Mentari dengan tergesa-gesa.

"Hahahhahaaa!! Demi rindu ku, kau ingin pulang?" Goda Zeki.

"Eh! Tunggu! Kok ngomongnya akuaku sih?" Tanya Mentari . Bukan mengalihkan pembicaraan. Namun aneh saja, kemarin Zeki memanggil diri nya sendiri dengan sebutan saya. Tanpa Mentari sadar, entah dari kapan Zeki memanggil dirinya sendiri dengan sebutan aku.

Berarti, dia benar-benar merindukanku wkwk. Akhirnya, aku merasakan dirindukan oleh seseorang. Walaupun bukan dirindukan oleh seseorang yang aku harapkan. Tidak apa-apa, nanti juga akan hilang harapan ini wkwk. Batin Mentari menertawakan dirinya sendiri.

Sang Mentari Melepaskan Senja (KOMPLIT✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang