Bagian 9

746 25 0
                                    

Sinar mentari pagi menyorot tepat di wajahku. Sinar yang selalu aku kagumi. Kalian tau? Pagi ini aku merasa bersemangat. Entah karna apa aku juga tidak mengetahuinya. Yang pasti setelah aku nerima pemberian bunga matahari tadi malam, jiwa ku yang menghilang setahun lalu terasa kembali utuh lagi. Terasa melekat lagi didalam tubuhku. Jiwaku terasa masuk menubruk pintu dalam tubuhku yang menyimpan sejuta kenangan itu. Seakan-akan berkat bunga itu, jiwa ku seperti mengusir semua kenangan-kenangan masa lalu ku yang seharusnya tak perlu dingat kembali. Tak perlu dikenang kembali. Tak perlu dibayang-bayangkan lagi. Seiring berjalan nya waktu, cepat atau lambat nya waktu itu berjalan, semuanya pasti bakal berubah. Aku ingin kehidupan baru ku. Mulai hari ini, aku harus jalani hari-hariku tanpa keluhan sedikitpun. Dengan bantuan mu Tuhan, beri aku kekuatan untuk tidak bersedih. Kumohon. Kumohon...

"Aku harus bilang terima kasih tidak ya?" Aku masih terbaring di atas ranjang ku. Selimutpun masih saja menutupi tubuhku.

"Mandi dulu aja kali ya?"

Akupun beranjak menuju kamar mandi setelah ku bereskan tempat aku terbaring tadi. Aku masuk ke kamar mandi. Tapi, itu gagal. Tiba-tiba nada dering dari ponsel ku berbunyi. Aku segera ke nakas tempat ponsel ku berada. Kulihat disana tertera nama Della. Lalu langsung saja aku menjawab telfonnya.

"Ya?"

"Gue didepan rumahlo!"

"Ha?"

Aku langsung berlari keluar untuk membuka pintu rumahku. Benar saja. Della sudah berada di depan rumahku.

"Secepat itu lo jemput gue?" Aneh, tidak biasanya Della sepagi ini sudah menjemputku.

"Cepat lo bilang? Helooooo.... Lo liat ini jam berapa Tar?" Dengus Della.

Della menyodorkan lengan nya yang dilingkari arloji itu. Wahhhhh bener. Aku kebanyakan ngelamun sih. Duhh udah mau telat nih. Mana belom mandi lagi.

Aku langsung berlari masuk kedalam rumah dan buru-buru masuk kekamar mandi. Secepat kilat aku mandi dan langsung keluar dari kamar mandi lalu mengambil kostum seadanya. Yah, aku emang bukam tipe cewek yang hobby pakai rok mini. Atau gaun. Atau segala macam deh.

Selesai itu aku langsung keluar, mengunci pintu, dan masuk kedalam mobil Della.

"Kita telat tidak ya?" Aku sungguh-sungguh takut. Karna selama aku kuliah aku tidak pernah telat sekalipun.

"Lo tenang aja. Bisa diakal-akalin kok satpamnya." Della menjawab kegelisahan ku. Dia terus saja fokus menyetir dan menyelip-nyelip mobil-mobil lainnya di perjalanan.

Akhirnya, aku dan Della mendekati gerbang kampus. Uh akhirnya. Tapi begitu Della ingin memasukkan mobilnya dan memakirkan. Pintu gerbang tiba-tiba saja tertutup. Setalah kami benar-benar sampai dipintu gerbang, aku pun turun dan ngomong kepada satpam. Aku memohon agar kami diizinkan masuk.

"Pak, please.. Kami ada ujian praktek dijam pertama pak. Izinkan kami masuk dong." Mohonku.

"Tapi ini udah lewat jam masuk kalian, nak. Peraturan disini tu gak boleh datang lewat dari jam yang ditentukan. Atau saya akan kena pec---"

"Biarkan mereka masuk!"

"Eh, iya.. Iya.." Satpam itu pun langsung membuka kembali gerbang nya dan Della langsung saja menginjak gas dan memakirkan mobilnya.

Kak Fauzi? Sebaik itu dia? Batinku.

"Ehmm... Kak, makas--"

"Ya!"

Ha? Apa ini? Ucapan terima kasihku dijawab begitu saja? Bahkan aku belum mengucapkan nya sepenuhnya. Tunggu! Apa dia kecewa? Apa dia kecewa atas kejadian tadi malam karna aku telah menaruh bunga pemberiannya di bawah derasnya hujan? Alam, apa lagi ini? Bukan kah jiwa ku sudah kembali dan akan membuat ku bahagia. Terus ini apa? Apa maksudnya ini? Tak seperti mimpi ku. Mungkin aku harus tertidur saja agar aku terus bermimpi. Alam, mimpi-mimpi ku bahkan lebih indah dari kenyataan.

"Eh, lo ngapai bengong? Ayo masuk!" Della membuyarkan lamunanku.

"Ha? Iya nih kan gue mau masuk."

Kami pun sedikit berlari agar buru-buru sampai ke kelas.

↔↔↔↔↔

Jam pertama selesai. Bosen. Mentari merasa bosan. Iya pun berniat untuk pergi ke kantin kampus. Diperjalanan, Mentari melihat pria itu disana. Pria yang tadi pagi ketus padanya. Pria yang jelas-jelas sudah kecewa terhadapnya.

"Aku harus meminta maaf atas kelancangan ku tadi malam yang tidak menghargai pemberiannya. Aku juga harus berterima kasih untuk kejadian tadi pagi." Gumam Mentari.

Mentari pun melangkahkan kakinya mendekati pria itu yang sedang duduk sambil memegang sebuah buku.

"Kak, aku mau ngomong." Mentari sudah berdiri didepannya.

Tampak pria itu menatap sepatu Mentari hingga ia mendongakkan kepalanya hingga mata mereka saling bertemu. Mereka saling pandang.

Tak lama kemudian, pria itu tersadar apa yang sedang ia lakukan. Pria itu kembali fokus kepada bukunya. Tanpa mendengar apa yang diucapkan Mentari sebelumnya. Atau memang ia sengaja pura-pura tidak dengar.

"Kak, aku mau ngomo---"

"Al!"

"Eh iya kak Fauzi?" Aal yang tak sengaja melintas di sana pun menghampiri seseorang yang memanggil nya barusan.

"Minta kunci ruangan tugas."

"Kunci nya dikelas tapi kak." Seka nya, lalu Al melanjutkan, "Nanti gue antar kak. Lo kan juga lagi sama Men---"

"Ke kelas lo sekarang aja!!!" Tegas Fauzi.

"Ha? Terus Mentari?"

"Udah ayo!" Fauzi pun menarik lengan Al dan membawa nya menjauh dari sana.

SEKECEWA ITU KAH DIA? KENAPA DENGANNYA? KENAPA JUGA DENGANKU? KENAPA AKU MERASA BEDA SAAT DIA MARAH BEGINI? Batin Mentari.

Sedangkan didalam ruangan Tugas. Fauzi menatap layar monitor nya. Tidak. Dia tidak mengerjakan tugas. Dia juga tidak tau mengapa dia harus ada diruangan itu. Namun, dia merasa kasihan telah memperlakukan Mentari seperti tadi. Dari tadi pagi Fauzi hanya dingin menanggapi Mentari. Tapi Fauzi emanglah sudah terlanjur kecewa. Sangat-sangat kecewa atas perlakuan Mentari tadi malam.

Dia bukan wanita yang suka menghargai apa yang diberikan orang lain. Batin Fauzi.

Itu pemikiran buruk Fauzi mengenai Mentari. Pikiran baiknya apa?

Tapi barusan, tatapan mata itu. Aku tak tau harus berkata apa. Aku rasa kebahagiaanku sungguh sempurna. Aku ingin merasakan seperti ini selamanya. Aku ingin menatap sepasang mata itu setiap hari. Tapi aku sadar. Meminta tatapan mata itu setiap hari hanyalah mimpi buruk. Keadaan memisahkan separuh hatiku. Keadaan membiarkan aku hidup dengan menggunakan separuh hati. Tapi aku yakin, jodoh sudah ditentukan tuhan. Tuhan pasti memberikan yang terbaik untuk umatnya. Aku yakin itu. Batin Fauzi lagi.

Sang Mentari Melepaskan Senja (KOMPLIT✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang