"Mentari..."
Lamunan Mentari terbuyar.Mentari tidak menoleh kebelakang. Mentari tanda dengan suara itu. Padahal, enggan sekali ia mendengar suara itu lagi. Apalagi sampai memanggil namanya seperti itu.
Brengsek, batin Mentari.
"Buat apa lo kesini!!!???" Tanya Mentari judes.
"Aku khawatir dengan kondisi mu." Kata seseorang itu.
"Gue gak butuh kekhawatiran lo!!" Ketus Mentari.
"Aku dengar kamu baru saja kecelakaan ya?" Tanya nya.
"Telat lo!!" Mentari bangkit setelah mengatakan itu. Namun seseorang itu menghalangnya dengan meraih lengan Mentari.
"Tar..." Sapa nya.
"Apa sih Za? Gue muak banget liat wajah lo, tau gak!! Gue jijik banget denger lo manggil nama gue!!!" Bentak Mentari seraya menghempas kan tangan Reza di lengannya.
"Tar, please, kasih aku kesempatan. Aku begitu menyesal atas perbuatan ku." Ringkuh nya. "Tar, aku ingin sekali menjaga mu saat kamu terkapar dengan selang ditangan mu kemarin."
"Basi banget ya kata-kata lo! Gue udah punya pacar!! Dia udah jagain gue kemarin! Jadi lo gausa repot-repot mengajukan diri untuk jagain gue. Lagian gue juga ga butuh lo. Lo mau mati juga gue ga peduli!!"
Reza bangkit dari ringkuhannya. "Cowo yang sama lo di pantai waktu itu? Hmm? Cowo yang diam kaya banci itu? Yang gabisa narik lo dari gue?"
Plakkk
Wajah Mentari memerah. Yang benar saja Reza mengatakan Fauzi banci di hadapannya. Reza benar-benar sedang cari mati saat ini.
"Berani lo bilang itu sekali lagi, gue habisin lo!" Ancam dari Mentari.
"Cewe lemah kayak lo, Tar. Hah." Reza tersenyum meremehkan.
Sejurus Mentari menaikkan dengkul nya dan menendang tempat sensitif Reza.
Hah, kena kau, Za. Batin Mentari.
Reza membeku memegang sesuatu di balik resletingnya. Mentari tertawa terbahak dan lari dari sana. Tidak mempedulikan teriakan Reza.
*
Huft!!!!
Sumpah ya aku tidak tau lagi harus gimana. Hari ini rasanya sangat kacau sekali. Selesai minum obat tadi, aku malah tidak bisa tidur.
Aku sudah suntuk karena ditinggallan Lutfi, setelah aku menghilangkan suntuk ku dipantai, malah bocah itu datang memecahkan amarah ku. Sial!! Dia selalu menjadi pengacau hidup ku.
Aku terpikir pantai. Aku mengingat tiap detik tawa nya. Tiap dia memotret ku dengan aturan nya yang harus begini harus begitu. Hah, seperti nya aku mulai rindu pada nya.
Fauzi, kamu dimana? Masih ingat sama orang yang udah kamu buat sakit hati nya karena ia tau kamu akan pergi untuk selamanya? Masih ingat tidak dengan perempuan yang pura-pura sakit karena tidak ingin ke kampus setelah melihat akun sosial media mu itu? Masih ingat tidak pada perempuan yang sekarang sudah tau untuk apa kau datang kepantai itu setiap pagi?
Di hatiku, ada rasa takut untuk kehilanganmu. Hampir setahun mengenal mu, tapi kenapa rasa ini semakin pudar. Setelah aku terbiasa selalu bersamamu, dan setelah tidak bersamamu kenapa aku tidak seperti merasa ada yang hilang? Kenapa aku merasa biasa saja?
Apa karena aku sudah ikhlas untuk kepergian mu karena dulu aku juga merasakan itu saat ibu pergi?
Aku semakin pusing. Mengingat kalau aku belum pulih total. Aku semakin pusing. Aku membuang air minum ku kebawah jendela, dan aku kembali ke ranjang.
Setelah beberapa menit memejamkan mata, entah kenapa aku tetap tidak bisa tertidur. Entah kenapa Fauzi terus menghantui isi kepala ku. Berputar seolah tidak ingin lenyap dari pikiran ku. Aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya kasar.
Aku mengambil ponsel ku. Demi apapun ini sebenarnya bukan aku yang asli. Yang nekat-nekatan untuk menelfon seseorang.
Sungguh, sungguh aku sangat merindukannya. Aku tidak bisa membohongi hati ku saat ini.
Aku mencari nomor Fauzi, dan dapat! Aku masih menyimpannya ternyata. Rupanya menghapus nomornya hanya bayangan ku saja kemarin. Aku langsung menekan tombolnya dan menunggu beberapa saat.
Tersambung..... Dan, "Halo." Sapa seseorang di seberang sana.
"Pacarnya Fauzi, ya?" Tanya seseorang itu.
Tiba-tiba sambungan terputus. Aku tau jelas suara itu. Ada suara baru yang masuk.
Aku ingat . Aku ingat pembicaraan singkat dibalik telfon itu saat aku hanya diam untuk mendengarkannya.
"Pacarnya Fauzi, ya?"
"Siapa itu yang menelfon." Aku sangat tau itu suara lelakiku. Aku hapal betul suaranya.
"Namanya Mentari Ku. Pacarmu?"
"Putuskan saja sambungannya."
Lalu, sambungannya terputus. Mengapa Fauzi menyuruh seperti itu. Dan suara siapa itu? Kalau itu suara orang tua nya atau orang rumahnya, pasti tau siapa aku. Tapi seperti nya itu bukan orang yang aku kenal.
Kenapa harus memutuskan sambungan telfonnya? Kenapa dia tidak sadar kalau hubungan ini juga pantas diputuskan!!
.
.
.
.
.
.Maaf cuma singkat di part ini yaaaaa...
Abisnya aku lemas banget sih engga ada yang vote. Bosen banget guaaaaa😢😢😢😢
Hmmm, napa juga gada yang follow akun gueee😭😭😭😭😭😭 Dikit ih pelit amatt😭😭😭😭
Jadi ga semangat guee tu mau nyambung naskah😢😢😢😢😢😢Follow akun ig dongg @ayuajengpratiwi
Kasih vote dong di tiap halaman dan bagian atau part atau apalah itu dicerita ini😣😣😣
Biar semangat gitu lohh😣😣
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Mentari Melepaskan Senja (KOMPLIT✔)
RomanceSetiap pertemuan pasti ada perpisahan. Pertemuan yang indah bukan berarti bisa bertahan selamanya. Akhirnya mau tak mau wanita itu harus tegar menjalani hari-hari nya tanpa orang yang dia sayang. Karena baginya mengikhlaskan orang yang dia sayang i...