Dua hari ini sejak insiden Kelvin yang berlari tergesa-gesa hanya untuk menyerahkan sebotol air mineral untuk Rea berlalu.
Pasalnya, saat Rea pikir dirinya bebas dari segala macam pertanyaan dari beberapa teman yang sempat melihat kejadian itu, Rea salah.
Mereka bahkan menghujami Rea dengan berbagai pertanyaan yang bahkan Rea sendiri membenci pertanyaan itu.
Sekali lagi Rea tidak menyukai Kelvin, titik!
Hanya saja dia sangat membutuhkan air yang diberi Kelvin, makanya dia menerima dengan santai dan langsung meneguk habis air itu.
"Cel, lo nggak boleh salah paham tentang kejadian kemaren,"
Celcius diam, setelah kejadian dua hari lalu, seperti menggeser Celcius ke titik dimana dia merasa dikhianati.
Nyatanya itu semua hanya salah paham. Seperti saat ini, Celcius mengabaikan Rea dan sedari tadi terus membuka lokernya dan memasukkan beberapa peralatan belajarnya.
"Cel, biar gue jelasin dulu," barulah kegiatan Celcius yang sok sibuk itu terhenti, ia menatap Rea lamat-lamat, "Mau jelasin apa?"
Dan berakhirlah mereka dikantin untuk menghabiskan waktu istirahat dengan menjelaskan yang sebenarnya terjadi.
"Gue," Rea menyeruput es nutrisarinya,"Nggak suka sama Kelvin, dan yang kemarin itu salah paham."
Celcius menggeleng,"Detail dong Re!" Seperti anak yang kehausan, setidak sabaran itulah Celcius saat ini.
Meronta untuk dijelaskan lebih rinci tentang alur peristiwa yang terjadi kemarin. Tapi Rea juga sedikit bersyukur, setelah kejadian kemarin Kelvin mulai menjauhinya.
Tepatnya tidak lagi mengganggu kehidupan nyamannya.
Rea menjelaskan dengan telaten setiap alurnya,kenapa dia bisa dengan mudah langsung meneguk air yang diberikan Kelvin tanpa adanya sedikit penolakan.
Dan syukurlah Celcius mengangguki semua penjelasan Rea,tanda bahwa dia menerima semua penjelasannya.
"Nah sekarang, nggak usah sok sok an ngambek gitu, jijik gue mah," Rea tertawa mengejek Celcius, namun gadis itu malah senyum sendiri.
"Cel!"
"Ng?" Celcius mengaduk-aduk baksonya, tatapan Rea berubah menyelidiki,"Ngapain lo senyum-senyum sendiri? Kesambet jin tomang lo?"
Gelengan kepala yang pelan lalu Celcius menunjuk ke arah pojokan kantin,"Tadi dia lihat ke arah aku,"
Wah amsyong, Kelvin toh?
Rea menggeleng pelan," Hati-hati kesambet setan lo!" Lalu melanjutkan kegiatan makannya. Tanpa memerdulikan temannya yang sibuk berkelana bersama dunianya.
Hidup itu ya gituh, seperti kita yang berdiri pada sebuah titik dimana kita akan dikelilingi ribuan bintang dan lemparan batu.
Baru saja Rea ingin meregangkan otot-otot tubuhnya,"Hay girls!" Seorang datang dari balik pundaknya dan tersenyum.
Suara yang sempat menghilang beberapa hari ini, Rea menarik nafas gusar dan lega disaat bersamaan,
Gue pikir dia mati,
"Ya ampun, baru aja pengganggu satu selesai, eh, batang idung penganggu dua udah datang." Rea mencibir pelan.
Tanpa disilahkan untuk duduk, Faren duduk disebelah Celcius lalu tersenyum simpul, bersamaan dengan tatapan mata yang berbinar.
Rea terus memeperhatikan gerak-gerik Faren, tingkah konyol juga anehnya, tak lupa sikap penganggu dan pemaksanya.
"Aku pikir kalian butuh waktu buat berbincang, aku tinggal ya," Celcius beranjak dari duduknya yang membuat Rea juga seketika ikut berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
°SUHU [HIAT]
Teen Fiction[Hai masa lalu, mari berdamai!] Lalu pada suatu hari Rea harus memilih. Perasaannya atau nyawa temannya? H A P P Y • R E A D I N G :)