Tujuh belas, Seventeen.
Maaf untuk typonya🙏
Pagi ini, jadwal Rea untuk latihan basket disekolah, kali ini, tim basket turnamen tidak ikut latihan dilapangan yang sama.
Mereka memilih menyewa lapangan yang lebih bagus untuk meningkatkan mutu anggotanya.
Selain untuk membuat setiap anggota merasa nyaman dengan lingkungan.
Maka Rea dapat bernafas dengan lega kali ini karena dia dapat menghindari Faren dan tentu saja-
-Kelvin.
Namun, Rea akan dua kali lebih lelah karena dia dan Yves bertugas untuk men-train anak-anak baru dalam tim mereka.
Dan hal yang paling dibencinya adalah, junior-juniornya kali ini masuk ke ekskul basket hanya karena ingin memuja Kelvin dan Farenheit lebih jauh.
Mengamati mereka lebih dalam.
Mereka tidak seperti Yves dan dirinya yang memang mencintai basket.
"Lo!" Rea menunjuk juniornya yang memiliki tubuh ideal, tidak Rea pungkiri mereka benar-benar genit.
Bayangkan saja, ingin berlatih basket tapi gayanya seperti ingin pergi kesebuah pesta pernikahan.
Menor banget, kaya cabe.
Cibir Rea lalu mendelikkan bahunya.
"Gue, kak?" Arseta, junior yang Rea deskripsikan tadi, dia cuma satu dari lima orang lainnya.
Rea mengangguk,"Coba lo nge-dribbling. Gue pengen lihat cara lo," Seta tersenyum memandang remeh,"Gitu doang kak? Kecil," Seta menyeringai.
Mengambil ancang-ancang, mengatur strategi dan kemudian mulai memantulkan bola.
Namun, belum dua kali pantulan, bola itu malah memantul dikakinya yang membuatnya gagal men-dribbling lebih jauh.
"Masa gitu doang salah mulu!" Rea menyeka peluhnya gusar, sudah tiga kali Seta melakukan gerakan itu tapi malah gagal.
"Kan kita baru kak, gue yakin, dulu lo juga pasti lebih parah dari gue," dan ketiga teman Seta menertawai Rea.
Rea tidak ambil pusing, kembali dia melanjutkan kegiatan melatih anak-anak cewek.
Sementara dia yang terus iri melihat anak-anak yang dilatih Yves meningkat kemampuannya.
"Lo pada, liat sono!" Rea menunjuk tim Yves dan mereka semua-Seta, Oliv,Keren,Piu, Candice seketika menatap mereka.
"Mereka baru, tapi udah bagus. Nah kalian? Nol besar!" Rea membentak, bukannya menunduk takut, Seta dan teman-temannya malah melebarkan kipas ditangan mereka dan mulai mengibar-ngibarkan.
"Mereka 'kan cowok," Candice membela diri.
"Kak, kita panas, istirahat dulu ya."
"Iya udah jam sebelas!"
Dan yang mampu Rea lakukan hanyalah menarik nafas sabar, jika tidak hancurlah sudah make up yang tebal diwajah anak-anak latihnya.
Oh tuhan, cobaan lagi?
Rea duduk disamping Yves yang sedang meneguk airnya hingga tandas tak bersisa.
Sementara Rea,dia meregangkan otot-ototnya dengan meluruskan kakinya yang sedikit lelah karena berdiri terlalu lama.
"Ternyata nggak enak ya jadi pelatih," seperti biasa, Yves menyuarakan pendapatnya duluan.
Iya bener! Pengen gila gue!
KAMU SEDANG MEMBACA
°SUHU [HIAT]
Teen Fiction[Hai masa lalu, mari berdamai!] Lalu pada suatu hari Rea harus memilih. Perasaannya atau nyawa temannya? H A P P Y • R E A D I N G :)