Dua, Diamond.
[Enjoying the music!]
Sejujurnya, Rea sangat malas untuk beranjak kekamar ganti dan mengganti pakaian seragam dengan baju basketnya.
Tapi daripada menunggu celotehan tidak berguna dari Celcius tentang orang yang Rea tidak sukai, Kelvin, lebih baik dia beralasan agar dapat menghindari celotehan itu.
"Sore ini kita latihan apa? Masih nge- dribbling?" Tanya Yves, gadis lainnya didalam tim basket ini.
Rea menoleh seraya mulai melepaskan satu persatu kancing bajunya lalu digantikan dengan seragam basket.
"Mana gue tau, palingan juga nge-shoot-nge-shoot lagi. Mau turnamen jadi ya kaya gini, mengulang-ulang latihan awal. Membosankan." Jawabnya lalu merapikan rambut yang tadinya digerai mulai dikuncir kuda.
Yves menatap pantulan dirinya dicermin, "Gue pengen punya abs," Seketika Rea tersedak air liur-nya sendiri.
Dengan wajah yang masih memerah akibat sedakan air liur, Rea membuka suara, "Gila lo! Abs nggak cocok buat cewek!"
Yves menggeleng,"Gimana kalo gue jadi transgender?" Tanya Yves dan membuat Rea dengan terpaksa harus menjitak kepalanya.
"Tuhan ciptain kita itu feminim, yaudah feminim aja. Nggak usah pengen abs, kita sehat aja udah syukurilah!"
Rea tidak sadar dengan apa yang dia katakan, bicara soal feminim, Rea jauh dari kata yang di-idam-idamkan para kaum hawa.
"Emang lo feminim?" Tanya Yves lagi, "Enggak! Jijik gue mah," jawaban Rea sukses membuat Yves tertawa kencang.
"Kalo gitu nggak usah ceramahin gue bego!" Tatapan Yves beralih kearah tas ransel Rea,"Jangan-jangan ada lipstick-nya lagi didalam tas lo?"
"Najis," ujar Rea singkat tapi dapat membuat Yves tersenyum bangga.
"Kita seimbang dong!" Rea menatap Yves sebentar lalu menoleh pada cermin besar dihadapannya.
Dia tidak mengeluarkan suaranya lagi, lalu satu tepukan menyadarkannya,"Seenggaknya itu akan jadi obrolan terpanjang dalam sejarah gue bersama seorang Reamur Amor. Thanks," ujar Yves dan pergi meninggalkan kamar ganti tersebut.
Jantung Rea berdegup kencang dia kembali sadar bahwa dia baru saja menerobos tembok besar yang dibangunnya belasan tahun.
Menutupi privasinya dari orang lain selain Celcius, dan detik ini Rea sadar bahwa suhu disekelilingnya berubah panas dan mencekam seolah mencekiknya, itu tandanya dia tidak baik-baik saja.
Menuju lapangan basket saat semuanya berkumpul menjadi kebiasaan Rea, dia tergolong orang yang tidak mencintai ketepatan waktu.
Prinsip Rea simple, tim butuh dia yaudah tim harus nunggu.
Dan satu lagi, dia bukan cewek yang suka patuh pada aturan, "Rea, sudah berapa kali coach bilang jangan pake headset karena itu akan menganggu kefokusan kamu dalam berlatih,"
Tak ada jawaban hanya bukti, Rea melepaskan headset dari kedua telinganya dan menatap coach datar "Yaudah kita mulai latihannya."
Saat semua orang sibuk dengan bola masing-masing Rea mengambil kesempatan untuk menatap kapten basket Shopmore school. Mencoba menggali informasi dengan bersembunyi dibalik sikap cuek-nya.
"Kita main partner, nanti kapten bakalan sama Rea ,Yves sama Faren, Angga sama Yuda, Jhon sama Christ dan yang lain cari pasangan."
Kesempatan membosankan tapi tetap harus dia ambil demi mendapatkan satu saja informasi kecil yang belum dia ketahui tentang seorang Kelvin Athalio.
KAMU SEDANG MEMBACA
°SUHU [HIAT]
Teen Fiction[Hai masa lalu, mari berdamai!] Lalu pada suatu hari Rea harus memilih. Perasaannya atau nyawa temannya? H A P P Y • R E A D I N G :)