Dua tiga, twenty three.
Celcius mengayunkan kedua kakinya, dia menatap sekelilingnya, belum ada siswa yang datang kesekolah sepagi ini selain dia.
Dia melirik arloji ditangannya, baru pukul lima lewat empat puluh menit, dia juga sekarang merasa menyesal karena bersikukuh dengan papanya agar datang lebih awal.
"Hai," hampir saja Celcius terlonjak kaget dan ingin melempari barang-barang yang ada disekelilingnya.
"Astaga! Kamu hampir membuatku pingsan disini!" Faren tertawa.
"Lo datang awal banget, kangen sama satpam kali ah?" Cibir Faren.
"Ya kali aku kangen sama satpam, kangen sekolah, Iya!" Celcius tersenyum kecut.
"Kamu? Ngapain disini? Nggak kangen sama satpam juga 'kan?"
"Nggak, tadinya sih pengen aja datang lebih awal," Celcius ber oh ria.
Dia sempat heran dengan perilaku Faren akhir-akhir ini, banyak tersenyum dan kurang berada dalam situasi berdarah bersama Kelvin.
Dan kini, mereka berdua bercanda layaknya teman dekat tertawa karena lelucon mengenai isu kangen satpam sekolahan.
Namun, tawa Faren seketika terhenti, matanya membulat tak percaya dengan apa yang dia lihat kali ini.
"Cel, l-lo mimisan!" Faren langsung membuka tas sekolahnya dan mencari sapu tangan.
Menyeka hidung Celcius yang berdarah, dan meminta Celcius mengadahkan kepalanya.
"Kok bisa?" Tanya Faren dengan suara yang masih bergetar, karena ini merupakan pengalaman pertamanya berurusan dengan orang mimisan.
"Mungkin kecapean, kadang-kadang aku gini dirumah kalo belajarnya giat banget."
Faren mengangguk, tapi masih menatap Rea dengan lekat,
Ini bukan waktunya 'kan? Bisik Celcius dalam hatinya.
"Rea tau lo sering mimisan?"
Nggak, ini pertama kalinya mimisan di sekolah.Celcius mengangguk, "Nggak sering kok. Ini karena kecapean aja."
"Oh gitu," Faren melirik arlojinya, "Udah terang, gue masuk kelas duluan ya,"
"Iya, aku juga mau ke toilet kok," Celcius beranjak lalu berjalan menuju toilet, dia membersihkan darah yang keluar dari hidungnya dengan bersih hingga tidak akan ada yang mengetahui bahwa dia baru saja mimisan.
Celcius mengatur deru nafasnya, pusing menyerangnya untuk kesekian kalinya, Celcius menitihkan air matanya setelah sekian lama dia menahannya.
Seharusnya air mata itu tidak jatuh disekolah, seharusnya tidak seperti itu, seharusnya dunianya tidak runtuh secepat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
°SUHU [HIAT]
Teen Fiction[Hai masa lalu, mari berdamai!] Lalu pada suatu hari Rea harus memilih. Perasaannya atau nyawa temannya? H A P P Y • R E A D I N G :)