Dua puluh dua
Didalam mobil suasana lebih canggung dari yang Rea kira, dia ataupun Kelvin tidak ada yang berniat bersuara karena keegoisan masing-masing yang dipertahankan.
"Kemana?"
Rea menarik nafasnya pelan, kalau gue kaku dan dia kaku, bakalan jadi apa dunia nanti?
Maka dari itu, Rea mulai menyuarakan isi hatinya. Mengajak Kelvin berbincang mungkin bukan hal yang buruk?
Mungkin.
"Lo bego atau gimana sih? 'Kan tadi gue bilang mau beli kado!"
To be honest, Rea menyesal bertanya.
"Kan gue nanya nyante, lo mendarah daging banget!" Ketus Rea tak mau kalah.
Ada keheningan yang panjang,
"Bodo!" Ucap mereka bersamaan lalu saling menatap sebentar.
"Cewek suka apa ya?"
"Vapor," ketus Rea. Dia ingin Kelvin merasakan apa yang dia rasakan, saat seseorang bertanya baik-baik dan dibalas dengan ketus.
"Masa iya? Oke kita ke tempat Vapor,"
Ini orang bego atau gimana sih?
"Bego! Cewek suka boneka, bunga, cokelat, sama--"
Rea terlihat berpikir sejenak, apa yang biasa Celcius sukai ya?
"-cogan," lanjutnya.
Kelvin menatap Rea dengan tatapan bingung, "Cogan?" Ulangnya, membuat Celcius mengangguk,"Seriously?" Tanyanya lagi.
"Iya!"
"Buktinya?"
Rea jengah. Orang dihadapannya ini sekalinya diem, diem banget, sekalinya berisik, kaya terompet kematian, berisik banget.
"Ya kaya Celcius yang suka sama lo!" Mata Rea melebar, for the sake of god dia keceplosan!
Rea melebarkan matanya lalu membuang muka kearah kaca, berharap Kelvin tidak mendengar ucapannya barusan.
Tapi hati kecilnya berteriak, mana mungkin Kelvin tidak mendengar kalau Rea saja berteriak?
"Celcius? Jangan bilang cewek yang biasa jalan sama lo? Oh, cewek yang gue buang bekalnya terus lo berantem sama gue? Yang itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
°SUHU [HIAT]
Jugendliteratur[Hai masa lalu, mari berdamai!] Lalu pada suatu hari Rea harus memilih. Perasaannya atau nyawa temannya? H A P P Y • R E A D I N G :)