Dua satu
Hari minggu selalu menjadi awal yang baik untuk Rea, dia bangun lalu menyiapkan makanan untuk ibunya, dan segera berangkat kerja karena kali ini dia kena di shift pagi sampai jam dua siang.
Alhasil, Rea berlari kecil keluar dari lorong sempit itu dan menuju ke bibir jalan mencari bajaj.
"Bajaj!" Teriaknya sambil melambaikan tangan. Rea menyebutkan lokasi kafe dan naik duduk di dalam bajaj.
Iya mendesah pasrah ketika asap kendaraan bajaj yang dia tumpangi menelusuri rongga dadanya.
Pagi pagi udah keciprat polusi aja, nasib nggak ada mobil.
Rea tersenyum sendu, lalu menatap pergelangan tangannya,"Sepuluh menit lagi buka,"
"Bang, cepetan bisa nggak?"
Bang bajaj mengangguk,"Asal nengnya siap ngirup asap aja," tawa bang bajaj. Tapi dia benar-benar merealisasikan ucapannya.
Menambah laju kendaraan dan berakhir tiba di depan toko roti dengan selamat namun terlambat.
"Lho? Lo kok disini?" Kelvin menoleh dengan orang yang sedang berbicara dihadapannya ini.
Posisi Kelvin saat ini dia bersandar didinding sambil mengepulkan asap rokok keudara dengan rambut yang acak-acakkan.
"Sewot lo?" Rea bernafas lega, setidaknya Kelvin kembali ke sikap awalnya, cuek-cuek tai ayam gimana gitu.
Rea berjalan masuk meninggalkan Kelvin yang termenung dengan kepulan asap diudara, terlihat seperti orang yang benar-benar putus asa.
Ada sedikit rasa kasihan melihat cogan berkelakuan seperti itu, mubadzir!
Ini masih pagi, jadi belum ada pelanggan yang menempati kursi disetiap meja. Bau-bau tepung menyeruak masuk kedalam indra penciumannya ketika Rea memasuki dapur.
"Dia masih didepan ya, Re?" Rea menoleh, manager toko roti ini menatapnya. Namun dia kelihatan kebingungan.
"Siapa?" Manager menghela nafas pelan,"Itu cowok abstrack didepan. Katanya nunggu kamu," barulah kening Rea bertaut.
Masa iya cowok abstrack yang dibicarain itu Kelvin? Nggak mungkin 'kan dia nungguin gue?
"Siapa? Orang gila mana?" Rea terkekeh, pasti managernya sedang ngawur.
"Anak seumuran kamu!" Bentak sang manager, kali ini Rea tergelak, tidak salah lagi pasti Kelvin.
Rea langsung menaruh lap yang ada ditangannya dan berlari keluar ke arah Kelvin.
"Katanya lo nyari gue?!" Kelvin mengangguk.
"Ngapain? Perlu sesuatu?" Kelvin mengangguk lagi.
"Lo bisu?" Kali ini mata Kelvin melotot,"Nggak lah!" Penciuman Rea tercekat, bau minuman keras masuk menyeruak dihidungnya, refleks Rea menutup hidungnya.
"Gue pikir lo udah cium tadi," Rea menggeleng,"Lo minum?"
"Masih harus lo tanya?"
"Ngapain nyari gue kalau ujung-ujungnya kita debat?"
Kali ini Kelvin berdiri dengan tegap, menyisir rambutnya yang berantakan kebelakang dengan jari-jarinya.
"Hape?" Seolah terhipnotis Rea memberikan hape yang ada disaku kanannya dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan terus menjepit hidungnya.
Tidak lama Kelvin mengotak-atik hape Rea, lalu dikembalikannya.
"Entar kalo udah pulang temenin gue ke mall ya. Beli kado buat cewek," Rea tidak mengangguk namun dia menyuarakan ketidaksetujuannya.
"Kenapa harus gue sih? Yang la-"
"Sehari aja jangan debat dulu. Nggak kasihan apa kaki gue berdiri tiga jam disini dalam kegelapan kaya orang gila?" Nggak!
Ingin sekali dia meneriaki kata itu didepan Kelvin, tapi hatinya juga kasihan dengan penampilan cowok nomor satu disekolahnya yang seperti ini.
Lebih mirip pemulung? Hahahaha.
Setelah Kelvin pergi meninggalkan toko roti, barulah oksigen yang ada disekelilingnya dia hirup.
Kemudian membuka kontak telepon hapenya, kini semakin kesini semakin banyak orang yang tahu kontak hapenya.
Mama,
Ibu Linda,
Celcius,
Si ganteng F,
Dan satu lagi pendatang baru yang akan bergabung,
Suhu.
Darimana anak itu memikirkan nama kontak telepon yang sangat kaku. Ingin sekali Rea menggantinya dengan Ugly boy atau Poor boy.
Tapi Rea tidak bisa berbohong, karena walaupun dia datang dengan tampilan preman, tetap saja aura kegantengannya selalu bertambah.
Astaga!!! Rea meruntuki pikirannya yang baru saja memuji orang sekaku itu.
Tapi dia tidak habis pikir kalau dia dan Kelvin itu sama.
Sama-sama Kaku!
Rea mengelap semua meja yang ada ditoko roti tempatnya bekerja.
Dia selalu memulai semuanya dengan mengelap debu di meja dan juga kaca saat tidak ada pelanggan.
Lalu saat ada pelanggan dia bertugas mengantar makanan dan jika pulang, Rea kadang menyempatkan waktu untuk membuang sampah.
Arloji ditangannya sudah menunjukkan pukul dua siang. Waktunya untuk pergantian jam kerja sudah dimulai. Kini Rea berada di ruang ganti.
Dia melepas baju kerjanya dan digantikan dengan bajunya.
Rea mengetik sebuah pesan dihapenya. Terkadang ada niat jahat untuk menolak ajakan Kelvin, namun kali ini hati Rea juga ikut bekerja bukan hanya otaknya.
Kadang, hati dan otak butuh kolaborasi. Namun, saat jatuh cinta, hati yang bekerja seorang diri, lalu kemudian patah hati, otak yang melakukan tugasnya tanpa perasaan.
To : Suhu
Gue udah pulang, kalau jadi jalan gue tunggu dihalte dekat toko roti ya.
Rea melanjutkan kegiatan mengganti bajunya, namun notif dari hapenya kembali menghentikkan kegiatan itu.
From : Suhu
Otw.
Rea tersenyum membacanya, mungkin dikesempatan kali ini dia akan mencoba memulai dari awal untuk mengenal siapa sebenarnya sosok dingin nan jutek yang lama-lama jadi hello kitty,ini?
Thanks
{Ayo sukseskan 50 episode, bhaks:v}
KAMU SEDANG MEMBACA
°SUHU [HIAT]
Teen Fiction[Hai masa lalu, mari berdamai!] Lalu pada suatu hari Rea harus memilih. Perasaannya atau nyawa temannya? H A P P Y • R E A D I N G :)