Tiga, three
[Enjoying the music!]
Duduk ditaman sambil membaca adalah satu kebiasaan Celcius, gadis itu sedari tadi menatap buku tanpa berpikir kesekelilingnya bahwa sedari tadi juga ada sepasang mata yang memandangnya.
"Cel, ke kantin yuk. Gue laper," Sedari tadi juga Rea merengek meminta traktiran karna sudah memberitahukan informasi tentang Kelvin kemarin.
"Bentar, dua lembar lagi," Ujar Celcius menyemangati.
Perutnya juga keroncongan, tetapi demi menuntaskan rasa penasaran tentang novel yang kini berhasil mengambil perhatiannya, Celcius rela terserang penyakit maagh."Cel, gue punya informasi terkini lho," Segala cara akan Rea lakukan demi mendapat traktiran dari Celcius, walau hanya semangkuk bakso dan segalas nutrisari.
"Gue punya foto topless si Kelvin lho," Seketika Celcius berdiri dari duduknya, mengalihkan pandangannya kearah Rea.
"Oh ya? Mana?" Tanya Celcius penasaran, dan Rea langsung mencibirnya.
"Iya, yang telinganya berfungsi kalo dengar Kelvin aja, huuu." Cibir Rea pada Celcius yang menyengir tak jelas.
"Yaudah, ayok ke kantin. Katanya tadi mau ke kantin?" Celcius beranjak dari posisinya dan berjalan mendahului Rea.
"Dasar!" Rea mengumpat tak jelas.
"Jadi, fotonya?"
Rea menyeringai, "Setelah semangkuk bakso dan segelas nutrisari." Celcius mendengus lalu menganggukkan kepalanya.
Tawa jahil Rea keluarkan dari bibirnya,"Lo mau pesen apa?" Tanya Rea, seolah dia yang sedang mentraktir kali ini.
Wajah kesal dan cemberut tak Celcius sembunyikan dari Rea," Iyadeh iya, nanti kalo gue gajian, gue yang bayar," Goda Rea pada Celcius yang tak kunjung tersenyum.
Kemarin, saat latihan basket, Rea sempat mengabadikan foto Kelvin yang melakukan slank dan itu terlihat luar biasa.
Harusnya Rea tidak memuji orang yang tidak disukainya ini, tapi kenyataan memang seperti itu, jadi apaboleh buat?
Jadi, saat Faren dengan sengaja merampas hape-nya jantungnya berdegup cukup kencang, takut Faren mengetahui persembunyiannya, dan merombakkan dinding kokoh yang berhasil dibangunnya.
Mata Celcius melebar, "Bukan soal traktirannya, tapi soal kamu-Nya yang lama kasih fotonya, Haiss," gerutu Celcius, dia pikir, dia baru saja membuat temannya tersinggung.
Tawa Rea tercekat ketika pesanan-nya sudah dihidangkan didepan matanya, seketika iris mata itu, melebar pupil-Nya.
"Ngomong-ngomong gajian, kapan kamu gajian?" Rea memang bekerja, tapi di umur yang masih sangat belia ini, tidak ada toko atau kantor manapun yang mau memakai jasa-Nya.
Alhasil demi menghidupi ibunya yang sakit-sakitan dirumah, dia harus bekerja sebagai petugas kebersihan.
Dan untungnya, majikan tempat Rea bekerja adalah orang yang sangat baik, dia bahkan tak masalah saat Rea bilang dia hanya bisa membersihkan rumah dimalam hari saat pulang sekolah.
"Bicara soal ibu Linda, gue kasihan sama dia, yang harus menjalani kehidupan megahnya seorang diri," Ujar Rea dan diangguki oleh Celcius.
Ting!
Bunyi notif hape Rea mengganggu acara makan-Nya dengan Celcius, dan mengharuskan Rea menghentikkan kunyahannya lalu menggeser lockscreen dan mempertemukan matanya dengan wallpaper hapenya yang berupa fotonya bersama Celcius.
KAMU SEDANG MEMBACA
°SUHU [HIAT]
Teen Fiction[Hai masa lalu, mari berdamai!] Lalu pada suatu hari Rea harus memilih. Perasaannya atau nyawa temannya? H A P P Y • R E A D I N G :)