Tiga minggu menghilang tanpa jejak dan sekarang gadis ini bediri didepan Rea.
"Celcius!" Celcius menoleh pelan. Dengan wajah sendu yang pucat dia menatap Rea tenang.
"Hai Re," Rea menbulatkan matanya. "Gila! Lo serius potong pendek rambut lo?" Celcius mengangguk ragu. Serius tak serius seolah tidak ada pilihan baginya kini.
"How do i look like?" Tanyanya. Yang dibalas tatapan terkejut Rea dengan perubahan super drastis yang terpampang jelas.
"Re!?" Celcius menghancurkan lamunannya.
"Why? Is this bad?" Tanyanya lagi.
Rea menggeleng. "No, i'm just.." kening Rea mengerut. "Gue cuma kaget. Seingat gue rambut lo adalah hal yang paling lo agung-agungkan,"
Gadis berambut pendek itu tertawa pelan. "Sekarang engga lagi!" Tawanya masih berlanjut.
"Aku masih cantikkan?" Rea tidak menyangka bahwa pertanyaan itu akan melintas dibenak gadis ini.
"Lo—damn—amazing—wonderfull—as always," Senyum lebarnya ia lemparkan kearah Celcius yang mulai kehilangan kepercayaan dirinya.
"Aku malu Re,"
Malu?
"Kenapa harus malu?" Rea bertanya. Meski mungkin dia sudah tau jawabannya.
"Aku malu, mungkinkah aku masih sanggup mencintai Kelvin dengan rupa seperti ini?"
"Damn it!" Rea marah. Dia tidak suka teman tersayangnya merasa tidak nyaman dengan lingkungan sekitar.
Hari itu, banyak yang memuji tentang potongan rambut Celcius yang pendek. Katanya dia terlihat lebih fresh lagi.
Hingga ada yang memuji bahwa Celcius terlihat seperti artis sinetron dengan potongan seperti itu.
Hari itu, merekab tertawa bersama, dan dihari itu pula, Rea merasakan ada sesuatu yang tidak lazim.
"Whoaa..whoa..whoaa," Faren tiba-tiba duduk dimeja yang sama dengan mereka berdua. Matanya melebar melihat potongan rambut baru Celcius.
Rea yakin, dia pasti akan memuji Celcius—sama seperti semua teman yang berpapasan dengan Celcius.
"Gue bilang juga apakan? It's not gonna look bad, lo malah tambah cantik!"
See? Tebakan Rea tidak meleset barang sejengkalpun. Tapi tunggu...
Suara Faren kembali terngiang diingatannya, seperti Radio yang terputar untuk kedua kalinya.
"Gue bilang juga apakan? It's not gonna look bad,"
Gue bilang juga apakan?
Gue bilang juga apakan?..............
Tandanya. Tandanya. Tandanya. Farenheit yang menyarankan Celcius memotong rambut. Farenheit mendukungnya. Farenheit.... telah dekat dengannya. Mereka sudah tidak terlihat seperti dua orang yang asing. Rea tidak terlalu bodoh untuk mengartikan hal semacam itu.
"Kamu boong kali, hehe, tapi makasih ya Ren—ups," ucapan Celcius terhenti. Seperti menyadari bahwa itu bukan hal lazim yang harus dikatakan.
"M-maksud aku, makasih atas pujiannya Ren," mereka hanya saling melempar senyuman. Sementara Rea melihat-lihat menu dihadapannya kembali.
"Mumpung udah duduk sama-sama nih, kalian mau makan apa?" Itu ucapan Faren. Yang membuyarkan beberapa imajinasi dikepala Rea.
"Gue sih gak makan, as always—udah sarapan," kembali lagi berbohong. Tujuannya memang hanya untuk menemani Celcius kekantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
°SUHU [HIAT]
Teen Fiction[Hai masa lalu, mari berdamai!] Lalu pada suatu hari Rea harus memilih. Perasaannya atau nyawa temannya? H A P P Y • R E A D I N G :)