Bukannya ingin berprasangka buruk. Tapi sungguh setelah kejadian kemarin, Rea semakin tidak mengenali siapa dirinya.
Dan dia juga sepertinya untuk beberapa hari ini tidak akan menaiki bus. Untuk berjaga-jaga saja.
Rea berangkat, sangat awal dari biasanya, entah jin apa yang merasuki dirinya. Namun sepertinya, dia mendahului sang surya.
Bayangkan saja, trauma naik bus membuatnya bangun dijam empat subuh, merapikan rumah dan berangkat kesekolah dijam lima pagi.
Siapa yang tidak kaget?
Rea sampai disekolah saat gerbang masih terkunci, alhasil dia duduk diatas batu dekat gerbang sekolahnya untuk menunggu gerbang terbuka.
Lagian, memang saja meski gerbang terbuka dijam lima pagi, Rea tidak akan berani memasuki gedung ini sendirian. Bekas rumah sakit, woy!
Lama dia menunggu, dan rasa kantuk menyerangnya dengan cepat. Namun untuk saja gerbang sekolah sudah terbuka saat dia baru saja ingin berjalan menuju halte dan berbaring sejenak.
"Yaampun neng, maafin ya. Bapak telat bukain pagarnya yaa. Baru aja selesai sholat soalnya.."
Rea menggeleng, "Nggak kok pak! Saya-nya aja yang terlalu rajin," lalu mereka tergelak bersama.
Baru saja selesai sholat subuh, dan dirinya masih takut menuju kelas diwaktu seperti ini. Mem-ba-ha-ya-kan.
Jadilah dia masih menunggu lagi dipos satpam, setidaknya menunggu sambil berbaring. Itu menyenangkan.
Tapi disaat-saat mengantuk seperti ini, tempat terindah yanh biasa Rea sebut dengan 'sura dunia'-nya seperti UKS dan ruang osis pasti sangat menyenangkan.
Ah tidak! Garis bawahi! Dijam seperti ini, kedua surga-nya itu akan jadi tempat menyeramkan.
Rea bukan orang yang penakut. Tetapi tidak juga berani.
Masalah menghadapi orang-oranh ngeselin dan sok jago itu gampang. Tapi kalau menghadapi makhluk gaib, nah itu yang ribet.
Rea menutup matanya, trauma bus terlalu menyiksanya. Dia bahkan yakin kalau mamanya akan shock saat tau dia sudah berangkat kesekolah.
Biasanya juga dia ngebo!
Atau bahkan ada acara syukuran dirumahnya atas kelakuannya pagi ini.
"Neng, neng. Bangun udah terang mataharinya," Rea membuka matanya perlahan. Ahh..Masih ngantuk!
"Ah iya, makasih ya pak!" Pak satpam mengangguk. Dia juga sudah bersetelan rapih, tidak seperti tadi saat masih mengenakan sarung dan peci.
Rea melangkah gontai, sungguh, dia sangat mengantuk. Ganti deh, ngantuk pake BGT.
"Cuci muka sana!" Seorang meneriaki Rea dari belakang. Dia mengenali suara itu. Milik orang ter-nyebelin yang pernah ada!
"Urusan gue mau cuci muka apa enggak!" Jawab Rea ketus. Dia terlalu mengantuk untuk meladeni candaan Kelvin.
"Lo kebo banget ya. Sekalian aja mandi di wc sono. Nggak mandi kan lo tadi pas kesekolah?" Cukup sudah!
Ada dua hal yang harus Kelvin tau, pertama jangan ganggu seseorang saat lapar. Kedua jangan ganggu seseorang saat mengantuk.
Dan Kelvin melanggar hal kedua.
"Ah, rese lo! Mau gue mandi kek, enggak kek. Bukan urusan lo! Orang tubuh-tubuh gue yang bau juga bakalan gue kan? Nyolot sih!"
Rea berjalan cepat. Ingin meninggalkan lapangan.
"Gausah ngegas kali!" Dan begitupun Kelvin. Mungkin, harinya akan lebih bersemangat pagi ini. Mengganggu Rea di awal pagi. Ahh such a beautifull activity.
KAMU SEDANG MEMBACA
°SUHU [HIAT]
Teen Fiction[Hai masa lalu, mari berdamai!] Lalu pada suatu hari Rea harus memilih. Perasaannya atau nyawa temannya? H A P P Y • R E A D I N G :)