Lima belas, fifteen
Celcius menyandarkan kepalanya di dinding bilik kamar mandi sekolah, matanya berair, dia menangis tapi selalu ditepisnya, katanya bukan menangis, tapi kelilipan.
Sudah sejak tadi dia kembali dari kantin dan membawa sekantong camilan untuk Rea, Celcius tahu bahwa Rea takut keluar kelas karena takut dikerubuni oleh para fans Kelvin.
Jadi dengan pengertian yang ada dalam dadanya, dia membeli sekantong camilan dan menghabiskan ketoprak pesanannya dengan cepat.
Tangan yang masih dililit kain kasa tidak menjadi penghalang dia untuk terus bersemangat.
Namun, semangatnya dipatahkan oleh apa yang matanya lihat, Kelvin yang sangat dekat dengan Rea, bahkan posisi Rea saat ini menjadi apa yang diimpikan oleh setiap cewek,
Termasuk Celcius.
Tangannya menggenggam erat sekantong camilan itu, takut pergerakannya yang tiba-tiba diketahui orang disekitar.
Waktu istirahat masih tiga puluh menit lagi jadi depan kelas saat ini sangat sunyi, Rea dan Kelvin bahkan tidak menyadari Celcius yang berdiri sedari tadi memperhatikan mereka.
Dadanya kembang kempis tak beraturan, bahkan hatinya ingin sekali keluar dan berteriak 'Aku ada disini!!'
Tapi interaksi antara Kelvin dan Rea membuatnya mulai muak, Celcius berjalan kebelakang yang dia usahakan sepelan mungkin.
Lalu berlari tanpa menimbulkan gesekan suara disepatunya, dan terus meneriaki otaknya untuk jangan berpikiran yang aneh-aneh tentang kejadian tadi.
Tapi sekuat otaknya menolak untuk berpikir, bayangan kedekatan Rea dengan Kelvin terus terlintas dengan bayangan yang tercetak jelas.
Celcius memilih bersembunyi di balik kamar kecil dengan camilan yang masih tergenggam erat, mencoba bernafas dengan teratur namun tidak bisa.
Ia sudah berusaha melupakan dengan cara terbaik yang dia punya, mencoba menghapus kejadian yang dia lihat tapi tak bisa. Dia tidak berjanji untuk bisa melupakanmya.
Tapi kemudian Celcius sadar, yang membuatnya tidak bisa melupakan kejadian tadi adalah,
Dia takut mengetahui kenyataan bahwa Kelvin akan menyukai Rea ataupun sebaliknya.
Celcius sadar,
Dia tidak pernah setakut ini untuk menghadapi kenyataan.
Celcius berjalan keluar dari bilik kamar mandi, berharap matanya tidak menimbulkan reaksi yang berlebihan.
Dan berjalan menuju kelas tempat dimana matanya melihat kejadian beberapa menit itu.
Rea masih menyandarkan kepalanya di meja, menepuk-nepuk dadanya yang sesak, dia sudah makan hanya saja lupa membawa air, dan tentu saja tidak berniat membelinya diluar.
Jadilah dia merasa sesak dibagian dadanya. Celcius yang belum menyadari hal itu tidak berkomentar, duduk disamping Rea dengan tenang.
Dia masih belum bisa bertanya tentang apa yang dia lihat tadi, dan juga belum ingin mengeluarkan suaranya.
Takut masih ada nada gemetar yang keluar. Celcius mengeluarkan buku kimia, pelajaran selanjutnya adalah kimia, dan dia memilih untuk duduk dipojok belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
°SUHU [HIAT]
Fiksi Remaja[Hai masa lalu, mari berdamai!] Lalu pada suatu hari Rea harus memilih. Perasaannya atau nyawa temannya? H A P P Y • R E A D I N G :)