Ich Hasse Dich

2.9K 173 3
                                    

Waktu istirahat pertama tiba. Carol mengikuti langkah Ratna ke kantin sekolah. Gadis itu belum lapar, tetapi ia penasaran akan kantin sekolah barunya itu. Tiba-tiba Carol merasa ingin pergi ke toilet.

"Ratna, toilet ada di mana ya?" tanya Carol sambil menyilangkan kaki untuk menahan rasa ingin pipis.

"Oh kamu mau ke toilet? Toiletnya ada di ujung koridor. Kamu sendiri ke sana bisa, kan? Aku udah laper, pengen langsung ke kantin," ujar Ratna. Carol mengangguk, kemudian memutar arah jalannya menuju ujung koridor yang barusan Ratna tunjuk.

Di toilet sekolah, Carol menyelesaikan "urusan kecil"nya. Begitu keluar toilet, ia bercermin sebentar untuk merapikan penampilannya yang ia rasa masih agak aneh dengan balutan seragam standar SMA tersebut.

"Kamu anak baru di sini, ya?" 

Seorang gadis berkulit putih dengan wajah baby face tiba-tiba muncul di belakangnya. Kemunculan gadis yang tak Carol kenal itu mengagetkannya. Di samping gadis itu, hadir pula dua gadis lainnya yang tak ia kenal.

"Kok bisa tau?" tanya Carol seraya mengangkat alis dan membalikkan badannya yang semula menghadap kaca.

Felice yang terlihat seperti pemimpin dari dua gadis di sampingnya itu tertawa, lalu menyudutkan Carol ke tembok. Carol tak suka diperlakukan seperti itu. Ia tahu, saat itu ia sedang di-bully.

"Tau, dong! Tadi pagi kan, kamu dateng bareng pacarku," jawab Felice.

Carol mengerutkan keningnya. Tadi pagi, ia datang bersama Arga ke sekolah ini. Ia baru tahu bahwa gadis menyebalkan di hadapannya ini ternyata adalah pacar Arga.

"Ohhh, seleranya Arga ternyata yang begini, ya. Pas dong, kayak selera nyokapnya. Nyokapnya itu kolektor guci dari Cina, eh, anaknya juga seneng macarin yang kayak guci, ya. Pendek dan bulet, pffftttt," ledek Carol yang akhirnya meledakkan tawanya karena tak tahan.

"EH MULUT LO DIJAGA YA!" bentak Felice seraya mengangkat tangannya untuk menampar Carol. Namun Carol berhasil menghindari tamparan lemah Felice dengan sigap.

"Berat badan lo coba yang dijaga, jangan sampe lemaknya ambyaaarrrrr," balas Carol diikuti dengan tawa puasnya yang lain.

"Songong nih anak, Fel. Udah, kasih pelajaran aja!" kata Keyla yang mulai terpancing emosi melihat tingkah kurang ajar Carol.

"Boleh, deh. Mau pelajaran apa? Fisika? Matematika? Kimia?" balas Carol yang jago bersilat lidah.

"Nyebelin ya, nih anak!" seru Arina.

Melihat ketiga anak gadis di hadapannya geram, tawa Carol jadi semakin kencang. Carol tidak ingin membuang-buang tenaganya dengan bertengkar dengan anak-anak gadis, sebab biasanya tandingannya adalah anak-anak laki-laki.

"NGGAK ADA YANG LUCU!" seru Felice yang segera menendang tempat sampah di samping Carol dan menarik kerah baju gadis yang sejak tadi hanya menertawakannya itu.

"BRAK!"

Seseorang membuka pintu toilet perempuan dengan kasar. Sang pembuka pintu ternyata adalah siswa berambut ikal yang tadi pagi Carol temui. Dengan penuh emosi, laki-laki itu menghampiri Carol dan menarik tangannya.

"Kamu nggak usah cari masalah sama sepupu Arga ini, Fel," ujar Arjuna yang tanpa berkata apa-apa segera menarik paksa Carol dan membawanya keluar dari kamar mandi. Pernyataan Arjuna barusan membuat Felice terkejut, begitu pula dengan Keyla dan Arina yang merasa sama kagetnya.

***

Carol yang tangannya masih digenggam dan ditarik paksa oleh Arjuna merasa kebingungan. Ia bertanya-tanya dalam hati, hendak dibawa ke mana dirinya oleh Arjuna. Akhirnya Arjuna menghentikan langkahnya di sudut gedung area kelas sepuluh, lalu menyudutkan Carol di tembok seperti yang tadi Felice lakukan. Carol kaget sekaligus heran.

"Oke. Thanks udah selamatin gue. Tapi sekarang lo mau bully gue juga kayak cewek bocah tadi?" tanya Carol pada Arjuna yang kini tengah memelototinya.

Arjuna menatap Carol dengan sadis. "Gue cuma mau ngingetin lo, kalo lo nggak usah belagu di sini!" seru Arjuna sambil mencengkram kerah baju Carol, kemudian melepaskannya, dan pergi meninggalkan Carol begitu saja.

Carol menatap kepergian Arjuna dengan gemas. Dikepalkannya tangannya ketika itu, lalu diangkatnya tinggi-tinggi ke udara sambil berteriak, "Ich hasse dich (Gue benci sama lo)!"

Mendengar pernyataan Carol, Arjuna yang tengah melangkah pun membalikkan badannya. "Ich hasse dich auch (Gue juga benci sama lo!)!" teriak Arjuna.

Carol semakin gemas pada Arjuna. Jika ia tak mempertimbangkan masa hukuman yang tengah papanya berikan, ia pasti sudah berlari ke arah Arjuna dan menerjangnya. Carol tak takut untuk berkelahi dengan Arjuna yang Carol rasa pun pasti akan memenangkan perkelahian.


Oh My CarolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang