Recital

2.8K 170 3
                                    

Hari itu, Carol dibuat heran dengan adanya panggung kecil di lapangan basket sekolah. Teman-teman sekelasnya bilang, bahwa hari itu akan diadakan tes musik pengganti UTS untuk mata pelajaran Seni Musik. Tidak ada satu pun orang yang memberitahunya tentang hal itu sebelumnya, termasuk Ratna. Jadi Carol sama sekali tidak mempersiapkan apa-apa.

Ia gugup melihat kegiatan belajar mengajar Seni Musik kelasnya saat itu pindah ke lapangan basket sekolah. Para siswa yang sudah dibagi ke dalam beberapa kelompok akan dipanggil secara bergantian untuk menampilkan kemampuan bermusik mereka bersama kelompoknya. Ada yang bermain gitar, harmonika, biola, bahkan keyboard. Musik pun ditampilkan secara akustik.

Setiap kelas yang memiliki jadwal mata pelajaran Seni Musik hari itu mendapatkan giliran untuk tampil pada jamnya masing-masing. Mata pelajaran Seni Musik di kelas Carol ada di jam pelajaran terakhir, sehingga beberapa anak yang kebetulan keluar kelas lebih awal dapat menonton penampilan anak-anak kelas Carol.

Gue kan anak baru, pasti nggak akan dipanggil, paling dikasih tes pengganti, ujar Carol dengan yakin.

Semakin lama, kerumunan yang menonton resital kelas Carol semakin banyak. Di antara kerumunan tersebut, ada beberapa anak Pemuda yang selalu antusias menonton pertunjukan musik, salah satunya Arjuna.

Tiba saatnya bagi kelompok Ratna untuk tampil. Seluruh penonton terbuai oleh suara merdu Ratna. Begitu kelompok Ratna selesai tampil, mereka dihujani tepukan tangan yang meriah.

Carol bernapas lega saat mengetahui bahwa kelompok Ratna adalah kelompok terakhir yang dipanggil untuk maju. Benar dugaannya bahwa ia memang tidak akan dipanggil untuk tampil.

"Penampilan terakhir. Coba Bapak ingin lihat performance dari Reno yang banyak bolos dari minggu lalu, Gamma yang banyak mengajukan dispen karena ikut kejuaraan menyanyi tingkat nasional terus, dan... Carol yang anak baru itu. Coba ke atas ini. Tinggal kalian bertiga yang belum tampil. Nggak apa-apa, nggak usah takut, coba improve saja, Bapak ingin lihat," ucap Pak Darmawan, Guru Seni Musik, sambil menggunakan pengeras suara.

MATI GUE. MATI.

Carol menatap Reno dan Gamma yang kebetulan memandang ke arahnya juga dengan bingung. Ia bertanya dengan bahasa isyarat, lagu apa yang hendak mereka mainkan. Reno dan Gamma hanya menggeleng.

"Ayo cepat naik ke atas," pinta Pak Darmawan dari atas panggung.

Sambil sama-sama gemetar, Carol, Reno, dan Gamma berdiri dari tempat duduk mereka. Ratusan pasang mata menatap mereka bertiga. Para siswa penasaran, akan apa jadinya jika ketiga anak tersebut berkolaborasi. Kebanyakan siswa yakin dengan penampilan Gamma yang memang sudah teruji, tetapi mereka penasaran dengan Reno yang tidak terlalu terkenal di sekolah dan Carol si anak baru. Beberapa plester yang menempel di wajah cantik Carol bekas berkelahi dengan Arjuna kemarin pun semakin menarik perhatian para penonton.

"Ayo, mau main lagu apa?" tanya Pak Darmawan ketika Carol, Reno, dan Gamma sudah ada di atas panggung.

Ketiga anak linglung tersebut mengedarkan pandangannya. Reno segera mengambil cajon yang ada di dekat keyboard, sedangkan Carol dan Gamma sama-sama mengambil gitar.

"Wah, Carol dan Reno bisa main alat musik ternyata. Ayo, mau memainkan lagu apa?" tanya Pak Darmawan.

Carol menggaruk-garuk kepalanya. "Maroon 5 yang Little of Your Time bisa nggak?" tanya Carol pada dua orang partner-nya. Gamma dan Reno saling berpandangan, lalu mengangguk. "Ya udah, gue duet sama lo ya, Gam. Lo penyanyi, kan? Suara gue juga nggak jelek-jelek amat, kok," ujar Carol.

Gamma mengangguk. "Maroon 5, Little of Your Time," ucap Gamma sambil mendekatkan mulutnya ke mikrofon. Riuh tepuk tangan penonton pun membahana.

Sama seperti siswa-siswi SMA Tunas Bangsa lainnya yang menjadi penonton resital kelas Carol, Arjuna penasaran bukan main akan kemampuan Carol dalam bermusik. Ketika Carol, Gamma, dan Reno mulai memainkan alat musik mereka, seketika seluruh penonton resital, terkecuali Arjuna, berteriak karena kemahiran mereka dalam bermain musik.

Yang memiliki kesempatan pertama untuk bernyanyi adalah Gamma.

I'm sick of picking the pieces
And second-guessing
My reasons why you don't trust me
Why must we do this to one another?

We are just passionate lovers
With trouble under the covers
Nothing worse than when
You know that it's over

I just need a little of your time
A little of your time
To say the words I never said
Just need a little of your time
A little of your time
To show you that I am not dead

Please don't leave, stay in bed
Touch my body instead
Gonna make you feel it
Can you still feel it?
Gonna make you feel it
Can you still feel it?

Penonton lebih terkesiap lagi mendengar suara Carol. Rupanya gadis itu tidak hanya cantik dan pandai bermain gitar, tetapi juga memiliki suara yang bagus.

Well I've got nothing to hide
Dip down and come for a ride
Embrace a devil so sly
You cannot hear'em coming

'Cause my defenses are weak
I have no breath left to speak
So take the evidence
And bury it somewhere

I just need a little of your time
A little of your time
To say the words I never said

Just need a little of your time
A little of your time
To show you that I am not dead

Please don't leave, stay in bed
Touch my body instead
Gonna make you feel it
Can you still feel it?
Gonna make you feel it
Can you still feel it?

Suasana pecah saat Gamma dan Carol saling membagi suara. Penampilan yang disuguhkan oleh Gamma, Carol, dan Reno merupakan penampilan penutup yang sempurna. Setelah penampilan ditutup dengan rapi oleh ketiga anak tersebut, tepukan tangan dari ratusan siswa SMA Tunas Bangsa menghujani mereka bertiga. Gamma, Carol, dan Reno pun berdiri sejajar di atas panggung, lalu membungkuk untuk memberi hormat.

Pak Darmawan yang terkesima melihat penampilan ketiga anak didiknya segera meraih mikrofon di atas panggung.

"Coba, ada Arjuna Pandawa Pratama tidak di kerumunan penonton? Coba, mana Arjuna," panggil Pak Darmawan.

Arjuna yang masih mengawang kesadarannya karena terpesona melihat penampilan Carol, didorong oleh Fandi, Ramon, dan Rangga agar keluar dari kerumunan penonton. Saat sadarkan diri, Arjuna yang ujung bibirnya ditempeli plester karena masih terluka, sudah berada di dekat panggung dengan tatapan Pak Darmawan yang tertuju padanya.

"Keren ya, Arjuna, ya? Coba, minimal salah satu dari tiga anak ini ada yang direkrut ke Pemuda, ya. Biar tambah keren ekskul kita," ujar Pak Darmawan, diikuti oleh tepukan tangan seluruh siswa yang menjadi penonton.

Melihat Arjuna masih menatapnya dengan takjub, Carol tersenyum penuh kemenangan. Sambil menuruni panggung, dengan sengaja ia mengerling pada Arjuna sambil mengibaskan kucir kudanya. Hal itu membuat Arjuna tak karuan.

Oh My CarolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang