Hurt

2.2K 139 5
                                    

Ratna masih seperti hari-hari kemarin. Duduk sendirian sambil mengamati Carol dan Arjuna yang semakin lama semakin akrab dari jauh. Arjuna pun nampak berbeda dari biasanya. Sejak berteman dengan Carol, laki-laki itu tak lagi sependiam dulu. Senyuman Arjuna pun tak bisa lagi dikatakan sebagai sebuah momen langka. Arjuna berubah menjadi seseorang yang ceria. 

Merasa bukan urusannya untuk mengamati Arjuna dan Carol, Ratna memutuskan untuk pergi dan menyendiri. Air mancur taman sekolah lah yang jadi tujuannya saat itu.

"Kamu kenapa?"

Seseorang tiba-tiba datang mengagetkan Ratna yang sedang melamun. Ratna menoleh. Di sampingnya, Arga hadir. Arga menatap dalam-dalam mata Ratna dengan penuh rasa khawatir. Laki-laki itu menyadari perubahan sikap Ratna akhir-akhir ini.

"Soal Arjuna sama Carol?" tanya Arga. Ratna tersenyum dan menggeleng.

"Nggak kok," ucap Ratna.

Arga tersenyum. Tanpa permisi, dibelainya rambut gadis yang tengah dekat dengannya itu. Entah mengapa, Ratna merasa nyaman.

"Kamu nggak jatuh cinta lagi sama Arjuna, kan?" tanya Arga lagi. Ratna menggeleng.

"Syukur kalo gitu," ucap Arga.

Ratna menatap laki-laki di sampingnya. "Emang kenapa?"

Arga menarik nafas dalam-dalam, kemudian menggenggam erat tangan Ratna, "Karena aku jatuh cinta sama kamu."

Ratna tahu, laki-laki itu akan mengucapkan hal ini padanya suatu hari. Sebab akhir-akhir ini, mereka sedang begitu dekat. Mereka menjalin kedekatan yang tak semestinya di belakang semua orang.

Arga memang sudah tak bisa lagi membohongi hatinya sendiri. Ia nyaman dengan Ratna, lalu jatuh cinta pada sosok gadis itu. Sosok yang sudah sejak dulu ia kagumi dan tak bisa ia dapatkan dari Felice yang begitu kekanakan dan manja di matanya. 

Ratna sendiri bingung harus memberikan respon apa terhadap pernyataan Arga. Gadis itu merasa nyaman berada di dekat laki-laki di sampingnya itu. Ia pun tahu, Arga telah memiliki kekasih yang merupakan temannya sendiri. Namun kedekatannya dengan Arga yang terjadi akhir-akhir ini terlanjur memberikan Arga dan dirinya sendiri harapan.

"Gimana dengan Felice?" tanya Ratna.

Arga menelan ludah. Ia tengah didera kejenuhan menjalankan hubungan dengan Felice. Akankah Arga menyudahi hubungannya dengan perempuan yang begitu mencintainya itu?

"Aku inginnya kamu, aku sayangnya sama kamu," ujar Arga tanpa menjawab pertanyaan Ratna. Giliran Ratna yang menelan ludah.

"ADUH!"

Terdengar suara seseorang mengaduh dari balik semak belukar yang ada di dekat Ratna. Suara tersebut sepertinya mereka berdua kenali. Buru-buru Arga dan Ratna memeriksa ke balik semak-semak.

"Astaga, Felice!"

Ratna dan Arga kaget mendapati Felice kini tengah membersihkan tubuhnya yang kotor karena jatuh ke tanah setelah tersandung. Felice yang selalu mengenakan rok pendek span—bukan rok rempel panjang seperti teman-temannya—menangis begitu melihat sebuah luka di lututnya. Sebenarnya tangis itu terjadi karena luka di hati, bukan di lutut. 

"Sayang, kamu—"

"Aku udah denger apa yang kalian bicarain tadi!" bentak Felice yang segera menangkis tangan Arga yang hendak membantunya berdiri.

"Biar aku jelasin dulu—"

Lagi-lagi ucapan Arga disela. "Thanks ya Ga, buat semuanya. Aku rasa, hubungan kita sampe sini aja. Aku nggak mau maksain kamu bertahan sama aku, tapi hati kamunya sendiri ada di orang lain." Felice pun berlari dengan kaki terpincang-pincang meninggalkan Ratna dan Arga sambil menyeka air mata.

Arga tak mengejar. Ratna pun begitu. Keduanya merasa bersalah karena telah melukai Felice. Namun mereka juga memiliki ego yang sulit dibendung.

***

Felice melangkah dengan kaki pincang sambil menangis. Hal itu menarik perhatian Arjuna dan Carol yang tengah latihan menyanyi bersama di samping lapangan basket. Mereka berdua pun berlari menghampiri Felice.

"Astaga! Kamu kenapa, Fel?" tanya Arjuna seraya membantu Felice menyeka air mata.

"Kaki kamu luka, ayo sini duduk dulu," ajak Carol yang kemudian membantu Felice berjalan dan mendudukkannya di samping lapangan basket.

"Mau cerita?" tanya Arjuna.

Saat itu, tangis Felice langsung tumpah. Didekapnya Felice oleh Arjuna dan Carol. Sambil menangis, diceritakannya apa yang barusan didengarnya dari pembicaraan Arga dan Ratna di dekat air mancur sekolah. Ia pun memberitahu adegan yang dilihatnya saat ia mengintip.

"S****ße!" maki Carol.

Tangis Felice pun jadi semakin deras. Carol dan Arjuna buru-buru menenangkannya. Arjuna tahu, Felice begitu mencintai Arga. Namun Arga malah menyakiti hati gadis itu dan memilih Ratna yang dulu pun pernah mencampakkan Arjuna. Arjuna geram.

"Sialan si Arga!" seru Arjuna yang langsung berdiri dan hendak pergi menghajar Arga. Carol segera menggenggam lengan Arjuna dan menahannya. Ditariknya Arjuna untuk kembali duduk.

"Jun! Jun! Biar gue aja nanti yang ngomong dulu sama Ratnanya. Dia kan temen sebangku gue. Kamu tenang aja ya, Fel. Jangan nangis lagi," ucap Carol dengan lembut pada Felice dan Arjuna. Felice menyeka air matanya sambil mengangguk.

Diam-diam, Arjuna tertegun melihat Carol yang baru kali ini bersikap lembut pada orang lain. Carol pun merupakan orang pertama dalam hidupnya, yang mampu meredakan emosinya hanya dengan sebuah sentuhan dan tatapan.    

Oh My CarolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang