Felice menghapus makeup-nya di ruang peserta dengan lesu. Ia tak percaya bahwa Pemuda dapat dikalahkan BIHS kali ini.
"Fel! Ada yang nyariin!" panggil Keyla sambil menjulurkan kepalanya ke dalam ruang peserta. Ucapan itu menarik perhatian Arga.
"Siapa?" tanya Felice.
"Rajesh anak BIHS," kata Keyla.
Mata Carol membulat mendengarnya. "Fel? Rajesh yang bassist itu?" tanya Carol pada Felice.
Felice yang sudah berganti pakaian menyengir. "Hehe, dia temen satu tempat les bahasa Perancis. Aku taruhan sama dia. Kalau BIHS menang, aku harus mau diajak kencan sama dia, hehe," ujar Felice. Wajah Arga berubah masam mendengarnya.
"Cieeeee, semoga yang ini manusia ya, Fel, bukan buaya," ledek Ramon. Arga menyenggol temannya yang berwajah oriental itu. "Yah, buayanya marah," lanjut Ramon.
Seisi ruangan pun tertawa. Sedangkan Arga harus belajar untuk mengikhlaskan Felice yang telah berhasil melupakannya perlahan-lahan.
***
Anak-anak Pemuda telah selesai membereskan semua barang-barangnya. Begitu mereka hendak keluar dari ruang peserta, seorang perempuan berusia akhir dua puluhan masuk ke ruangan mereka.
"Halo, kalian Pemuda kan, ya? Yang tadi tampil pakai gamelan?" tanya perempuan itu.
"Benar, Kak. Ada apa, ya?" Arjuna berbalik tanya.
Perempuan itu menyerahkan kartu namanya pada Arjuna, lalu mengajaknya bersalaman. "Kenalin, saya Vivianne, salah satu assisten juri yang mewakili instansi dinas pariwisata dan kebudayaan. Jadi begini, sebenarnya ada kabar internal yang perlu kalian tahu, tetapi tidak perlu kalian sebar ke pihak di luar kalian," ujar Kak Vivianne.
"Kabar apa ya, Kak?" tanya Arjuna lagi.
"Pertama-tama, sebenarnya, kalian adalah penerima skor tertinggi di final lomba band yang diselengarakan tadi."
Pernyataan Kak Vivianne membuat seluruh anggota Pemuda bertanya-tanya. Mereka mempertanyakan mengapa mereka malah ditempatkan di posisi kedua.
"Nah, mengapa kalian malah ada di posisi kedua, sebab band juara pertama nanti harus menandatangani MOU dengan pihak panitia lomba untuk bisa tampil di acara ulang tahun Kota Bandung. Sedangkan—"
Ucapan Kak Vivianne membuat jantung seluruh anggota Pemuda berdegup kencang.
"—pada tanggal yang sama, ada sebuah acara kebudayaan internasional di Heidelberg, Jerman, yang kami harapkan kesediaannya untuk kalian dapat tampil di sana, sebagai bagian dari pembawa misi budaya Indonesia. Apa kalian mau mewakili Kota Bandung di acara misi budaya tersebut? Untuk akomodasi, transportasi, visa, paspor, uang saku, dan hal lainnya, semuanya kami yang urus."
Para anggota Pemuda tidak bisa berkata apa-apa. Mereka hanya bisa menangis, lalu saling berpelukan erat. Tanpa harus mendengarkan sebuah pernyataan "Iya" dari mulut Arjuna, Kak Vivianne tahu, bahwa Pemuda bersedia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Carol
RomanceSetelah mengunci seorang siswa di dalam loker sekolah sampai pagi, Carol yang terkenal badung mendapatkan hukuman. Tidak hanya dari sekolah, tetapi juga dari kedua orang tuanya. Mama dan Papa memindahkannya ke sebuah sekolah swasta biasa di Bandung...