Carol dan Ratna tengah berada di kantin sekolah untuk membeli makanan saat itu. Perbedaan jenis makanan yang diinginkan oleh Carol dan Ratna membuat mereka terpisah untuk sementara di sana. Ratna ingin membeli nasi kuning, sedangkan Carol ingin membeli bakso tahu.
Kantin begitu padat pagi itu. Ratusan siswa-siswi berdesakan untuk membeli jajanan-jajanan yang mereka inginkan. Penjual bakso tahu pun diserbu oleh banyak anak yang kebetulan menginginkan makanan yang sama dengan Carol. Jika Carol tengah berada di sekolah lamanya saat itu, ia pasti sudah meminta teman-teman laki-lakinya untuk menyingkirkan setiap anak yang menghalangi jalannya. Namun tidak dengan di sini. Carol sendirian.
Carol mulai putus asa berdesakan dengan siswa-siswi lain di tempat penjual bakso tahu. Kantin pun memadat, Carol jadi sulit melangkah pergi. Hingga saatnya Carol mampu melepaskan diri dari kerumunan siswa-siswi di tukang bakso tahu, gadis itu tak sengaja bertabrakan dengan seseorang.
"BRUK!"
"PRANG!"
Carol bertabrakan dengan Arjuna yang kebetulan tengah membawa nampan berisi minuman dan makanan yang baru saja dibelinya. Bakso tahu yang baru dibeli Arjuna pun tumpah menodai baju Carol, begitu pula dengan segelas es kelapa mudanya. Carol dan Arjuna sama-sama geram. Baju Carol sangat kotor dan Arjuna yang sedang lapar tak jadi makan.
"MAKANYA KALO JALAN PAKE MATA!" seru Arjuna yang segera berteriak di depan muka Carol.
"DIMANA-MANA JALAN YA PAKE KAKI!" balas Carol yang ikut berteriak di depan wajah Arjuna. Seketika mereka berdua menjadi pusat perhatian seisi kantin.
"Gara-gara lo, gue nggak jadi makan!" bentak Arjuna.
"Gara-gara lo, baju gue kotor!" balas Carol.
"Lo tuh ya jadi anak baru belagu banget!" seru Arjuna.
Carol malah semakin berani ketika dikatai seperti itu oleh Arjuna. Ia mengangkat dagunya, lalu menarik kerah baju Arjuna. Dipelototinya laki-laki berwajah tirus dengan rahang tegas itu.
"Gue nggak takut sama lo!"
"Jangan kira karena lo cewek, gue jadi takut sama lo!"
Hasrat Carol untuk menerjang Arjuna pun terpenuhi saat itu. Carol dengan membabi buta menghujamkan banyak pukulan ke tubuh Arjuna yang sudah terbaring di lantai kantin. Arjuna yang sebenarnya malu untuk berkelahi dengan anak perempuan, hanya bisa menahan pukulan Carol yang berhasil menerjangnya hingga jatuh ke lantai.
Carol mencakar Arjuna tepat di ujung bibirnya. Darah segar pun mengucur dari bibir laki-laki itu. Arjuna mengamuk. Ia mendorong Carol dan berhasil membalikkan posisinya. Kini, Carol yang berbaring di lantai, sedangkan Arjuna yang berada pada posisi Carol sebelumnya. Sungguh pemandangan yang tak enak dilihat.
"Juna!"
"Carol!"
"Juna!"
"Carol!"
Sorakan beberapa siswa membahana di kantin. Beberapa anak mencoba melerai, tetapi mereka takut pada Arjuna dan Carol yang terlihat sama ganasnya.
Tangan Arjuna yang mencoba untuk menepis pukulan Carol pun tak sengaja mengenai pipi gadis itu hingga lebam. Carol semakin terbakar emosi. Ia kembali membaringkan Arjuna di kantin sambil terus mencoba memukulinya.
"ARJUNA PANDAWA PRATAMA DAN CAROLINE S. SCHULZ!"
Lengkingan seorang wanita paruh baya saat itu berhasil mendiamkan sorakan para siswa yang tengah menonton perkelahian Arjuna dan Carol di kantin. Arjuna dan Carol pun menghentikan aksi gulat mereka.
"Ikut saya ke kantor!" bentak Bu Rosma, wakil kepala sekolah bagian kesiswaan. Arjuna dan Carol segera berdiri dari tempat mereka dan saling memelototi satu sama lain sambil membersihkan baju masing-masing.
"Dumm (Bego)!" seru Carol.
"Nggak jelas, lo!" balas Arjuna.
"JUNA! CAROL! CEPAT IKUT SAYA!" bentak Bu Rosma. Carol dan Arjuna pun menurut. Mereka mengikuti langkah Bu Rosma meninggalkan kantin.
"Huuuuu!!!"
Sorakan itu pun kembali membahana di kantin. Arga, Rangga, Ramon, Fandi, Felice, Arina, Keyla, dan Ratna yang merupakan teman keduanya pun terpaksa menahan malu karena insiden tersebut.
***
Carol dan Arjuna berdiri dengan satu kaki di tengah lapangan upacara. Tangan kanan Carol menjewer telinga kiri Arjuna dan tangan kiri Arjuna menjewer telinga kanan Carol. Mereka harus bertahan dalam posisi seperti itu sampai kegiatan belajar mengajar selesai siang nanti. Keduanya tengah menjalankan hukuman yang Bu Rosma berikan.
"Gara-gara lo, nama gue sebagai siswa teladan tercoreng," gerutu Arjuna.
Carol melirik sinis Arjuna. "Gue juga anak teladan di sekolah gue di Jakarta. Gue pinter. Nyampe sini gue jadi anak berandalan ketemu elo!"
Arjuna tersenyum kecut mendengarnya. Ia tak percaya bahwa gadis yang tadi berani berkelahi dengannya adalah seorang siswi yang berprestasi secara akademis.
"Duh, kuping gue panas nih, lo jewer kenceng banget," keluh Carol yang kemudian mengencangkan jewerannya pada Arjuna dengan usil.
"Aa sakit!" rintih Arjuna.
"Soalnya elo jewer gue kenceng banget tau!" seru Carol. Arjuna hanya menatap sinis gadis itu sebelum akhirnya membuang muka.
Dari jauh, Ratna memperhatikan Arjuna dan Carol. Sesekali ia tersenyum, keduanya terlihat lucu di mata Ratna.
Kayak kucing sama anjing, batinnya.
Setelah melihat keadaan Carol dan Arjuna, Ratna melangkah pergi menuju kelasnya. Tetapi di perjalanan, ia berpapasan dengan Arga.
"Na!" panggil Arga yang langsung memegang lengan Ratna saat gadis itu hampir berlalu setelah memberikannya senyuman.
Ratna kaget. Ia memandang tangan Arga yang tengah menggenggam lengannya, lalu mengalihkan pandangannya pada wajah Arga.
"Kamu bakal latihan kan, ntar siang?" tanya Arga dengan wajah penuh harap. Tak sedetik pun Arga mengalihkan matanya dari wajah Ratna saat itu.
Ratna tersenyum dan mengangguk dengan canggung. Arga pun tersenyum senang mengetahui jawaban Ratna. "Aku kan vokalis," ujar Ratna.
"Sayang!"
Felice tiba-tiba datang menghampiri Arga. Arga melepaskan genggamannya pada lengan Ratna. Lagi-lagi, Arga jadi nampak gugup di hadapan Felice, tetapi Felice tak menyadarainya.
"Anter aku ke TU dulu sebentar, aku ada perlu. Hai, Na! Duluan ya! Yuk, Yang!" Felice menarik Arga dan membawanya pergi. Arga melangkah dengan berat hati. Kepalanya menoleh ke arah Ratna yang masih diam di tempatnya lalu tersenyum pada Arga.
Arga membalas senyum itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Carol
RomanceSetelah mengunci seorang siswa di dalam loker sekolah sampai pagi, Carol yang terkenal badung mendapatkan hukuman. Tidak hanya dari sekolah, tetapi juga dari kedua orang tuanya. Mama dan Papa memindahkannya ke sebuah sekolah swasta biasa di Bandung...