Carol merasa lega karena kegiatan belajar mengajar akhirnya selesai siang itu. Ia menghirup udara kuat-kuat begitu keluar kelas, layaknya seorang narapidana yang baru saja terbebas dari penjara.
"Fiuh, tinggal 729 hari lagi," ujar Carol yang rupanya sedang menghitung masa hukumannya.
"729 hari lagi apanya?" tanya Ratna yang tiba-tiba sudah ada di samping Carol.
Carol terperanjat. "Ng... 729 hari lagi aku nyusul orang tuaku. Hehe. Kangen. Hehe," jawabnya dengan gugup.
Tak lama kemudian, Arga muncul di hadapan Carol dan Ratna sambil tertawa. "Hahahaha rasain, lo! Baik-baik ya, di sini. Nanti masa hukuman lo—" Belum sempat Arga menyelesaikan candaannya untuk Carol, Carol segera membekap mulut Arga sambil berbisik, Jangan dibahas.
Arga tertawa, lalu mengangguk. Laki-laki itu mengerti bahwa Carol pasti tidak ingin dicap sebagai anak baru yang punya riwayat buruk di sekolah lama.
"By the way, gue punya kejutan nih, buat lo," lanjut Arga.
Carol penasaran akan kejutan yang Arga maksud. Kemudian Carol terkekeh ketika melihat tiga orang gadis yang pernah ditemuinya muncul dari balik punggung Arga. Mereka adalah Felice, Arina, dan Keyla.
"Hai, Merek Tas," sapa Carol.
Ketiga orang gadis yang merasa canggung itu saling berpandangan karena tidak mengerti maksud Carol.
"Gucci," lanjut Carol yang diikuti oleh gelak tawanya sendiri.
Merasa bahwa panggilan itu ditujukan padanya, wajah Felice bersemu merah karena malu. Ia kesal pada Carol, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa karena toh dia yang memulai konflik di antara mereka. Selain itu, Carol adalah sepupu dari pacarnya.
"Hehe, hai, Carol," sapa Felice. "Sori, buat tadi pagi," lanjut gadis itu.
"Iya, aku juga," sambung Keyla.
"Aku juga," tambah Arina.
Carol terkekeh. "Ahhh, nggak usah dipikirin, hehehe. Cewek-cewek lemah bukan tanding—"
"Careee," giliran Arga yang memotong ucapan Carol. Laki-laki itu memberi isyarat pada Carol untuk menjaga perkataannya.
"Eh, sori, maksudnya, berantem itu ga baik," ralat Carol sambil menyengir.
"Syukur deh, kalo gitu. Btw, aku Felice," ujar Felice sambil mengulurkan tangannya yang segera dijabat oleh Carol. Keyla dan Arina pun melakukan hal yang sama seperti Felice.
"Mereka ini temen-temen gue, Care. Temen ekskul lebih jelasnya. Ratna juga satu ekskul sama gue," ucap Arga seraya merangkul Felice.
Carol mengerutkan keningnya, "Di Jakarta, temen gue cowok semua. Jadi di Bandung, lo kebalikan dari gue?"
"Nggak, lah! Gue juga punya temen cowok kali!" tampik Arga.
"Hei, Ga!"
Seorang laki-laki berkulit gelap dengan banyak jerawat di wajahnya—Fandi—menyapa Arga. Arga menoleh, lalu ber-high five dengan Fandi, Rangga, Ramon, dan Arjuna. Carol terhenyak saat melihat sosok Arjuna menjadi bagian dari kawanan keempat laki-laki yang baru saja datang itu. Begitu pula Arjuna yang sama kagetnya karena keberadaan Carol.
"Wow." Fandi terpesona melihat sosok Carol yang begitu kontras di antara empat perempuan yang berdiri di hadapannya. "Ini sepupu lo yang dari Jakarta itu?" tanya Fandi pada Arga.
"Iya, Fan. Nah, Care, ini temen-temen gue yang cowok. Guys, kenalin nih, sepupu gue, namanya Caroline." Arga memperkenalkan Carol pada teman-temannya.
Carol satu persatu menyalami Fandi, Ramon, serta Rangga sambil tersenyum dan berkata, "Carol." Hingga tiba saatnya ia berkenalan dengan Arjuna.
"Arjuna," ucap Arjuna dengan ekspresi wajah datar.
Carol pun sama ketusnya seperti Arjuna. Ia bersikap cuek sambil berkata, "Caroline." Keduanya langsung saling membuang muka setelah berkenalan.
"Nah, karena lo udah kenal sama semua temen gue, mending sekarang lo ikut kita," ajak Arga.
"Kemana?" tanya Carol sambil mencuri pandang pada Arjuna yang ternyata melakukan hal yang sama dengannya.
"Latihan." jawab Arga.
"Hah? Latihan apa?" tanya Carol bingung.
Dilihatnya Arjuna tiba-tiba tertawa sambil geleng-geleng kepala. Carol tak mengerti maksud dari sikap Arjuna saat itu. Lagaknya benar-benar membuat Carol tak nyaman.
"Pemuda. Ekskul paling keren dan paling eksis di sekolah ini," jawab Arga dengan bangga. Arjuna ikut tersenyum bangga ketika Arga berkata begitu.
"Itu ekskul apaan?" tanya Carol heran sambil garuk-garuk kepala.
"Iya makanya ikut aja, ayo!" ajak Arga seraya menarik paksa tangan Carol.
Carol melihat Arjuna tengah menatapnya dengan tatapan tak menyenangkan. Gadis itu pun segera melepaskan genggaman tangan Arga.
"Gue pulang aja, gue capek," ucap Carol yang sebenarnya tak nyaman dengan kehadiran Arjuna. Arjuna pun tersenyum puas mendengarnya.
"Heh, emang lo tau jalan pulang?" tanya Arga.
Carol celingak-celinguk. "Gue bisa naik ojek online."
Melihat tingkah laku sepupunya yang entah mengapa nampak merasa tak nyaman, Arga hanya bisa mempersilahkan Carol untuk pulang duluan tanpa dirinya.
"Gue pulang ya, Guys. Bye!" seru Carol sambil melambai lalu berlari pergi.
"Aufwiedersehen (Sampai jumpa lagi)!" seru Fandi sambil melambai.
Ucapan Fandi menarik perhatian teman-temannya, terlebih Arjuna. "Lo bisa bahasa Jerman sejak kapan?"
"Sejak hati gue tertambat pada Caroline," jawab Fandi yang tiba-tiba berlagak sangat puitis. Teman-temannya merasa jijik.
Arjuna menggeleng karena tak setuju. Tak setuju jika Fandi jatuh cinta pada sosok Caroline yang menyebalkan untuknya. Namun diam-diam, Arjuna mengakui bahwa Caroline memang cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Carol
RomanceSetelah mengunci seorang siswa di dalam loker sekolah sampai pagi, Carol yang terkenal badung mendapatkan hukuman. Tidak hanya dari sekolah, tetapi juga dari kedua orang tuanya. Mama dan Papa memindahkannya ke sebuah sekolah swasta biasa di Bandung...