Prologue

7K 267 1
                                    

"Nein (Tidak), Papa! Nein!"

"Sudah, jangan membangkang!"

Keputusan Papa yang sudah bulat membuat Carol sedih bukan kepalang. Kali ini, Papa dan Mama memilih untuk tidak lagi percaya pada janji Carol tentang perubahan sikapnya. Mengunci seorang siswa tak berdaya di dalam loker sekolah semalaman membuat kenakalan Carol sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Gadis itu melakukannya dengan dibantu oleh ketiga orang teman dekatnya, Jamie, Steven, dan Rickon. Alhasil ulah Carol yang satu itu membuatnya mau tidak mau "dikirim" ke Bandung.

"Jaga sikapmu di Bandung atau jangan pulang lagi," ancam Papa Carol dengan logat bahasa Jermannya yang kental.

"Ihr liebt mich nicht (Kalian tidak menyayangiku)," balas Carol saat taksi online yang akan mengantar Carol ke terminal bus tiba.

Gadis berdarah Jerman - Indonesia itu sedih karena harus meninggalkan sekolah tempatnya belajar sejak duduk di bangku SMP. Jika saja Carol bisa menjaga sikapnya dan tidak bertindak keterlaluan, mungkin kedua orang tuanya tidak akan sampai hati "mengusirnya". Namun hukuman yang Papa berikan sedikit banyak membuat Carol berpikir.

Mungkin gue emang bener keterlaluan, batin Carol.

Papa Carol tak tanggung-tanggung menghukum putri semata wayangnya itu. Ia dan istrinya bahkan tidak mengantar Carol ke Bandung atau memfasilitasi putrinya dengan kendaraan yang bisa dibawanya sendiri. Carol yang juga dilarang naik travel maupun kerta oleh kedua orang tuanya, harus mengendarai bus patas dari Jakarta ke Bandung. Kedua orang tua Carol berpikir, putri mereka yang manja harus diberi pelajaran berharga sesekali. Maka berangkatlah Carol ke Bandung, sendirian, dengan mengendarai sebuah bus patas.

Semoga Tante Karina lebih waras dari nyokap bokap gue, batin Carol lagi sambil melemparkan pandangannya ke arah jalan tol di luar jendela.

***

Arga menunggu kedatangan sepupunya di terminal siang itu. Namun sepupunya yang memiliki rambut coklat terang alami itu belum juga nampak batang hidungnya. Tak lama kemudian, seorang gadis bertampang indo dengan wajah kusut, muncul dari kejauhan sambil sebuah menarik koper. Arga melambai.

"Carol!" seru Arga.

Carol melambai malas untuk membalas panggilan Arga. Setelah mereka berdua telah berada cukup dekat, mereka saling berpelukan.

"Sabar, ya, Care. Cuma dua tahun doang, kok," hibur Arga sembari menepuk-nepuk punggung sepupunya.

"Dua tahun. Anak dari lahir sampe udah lepas netek dari ibunya," ujar Carol yang berusaha menggambarkan betapa lamanya dua tahun itu.

"Hehe tenang, masa SMA lo di Bandung sama serunya, kok. Yaaa, walaupun sekolahnya nggak sekeren sekolah lo. Gimana tadi perjalanan ke sini? Aman?" tanya Arga sambil membantu Carol mengangkat kopernya dan memasukkannya ke dalam mobil.

"Gila ya itu supirnya, mau nipu-nipu gue. Sok sokan ngomong pake bahasa Inggris, terus tarif gue dimahalin. Gue bilang aja, 'Pak, walaupun saya keliatan bule, saya gede di sini. Baby sitter saya juga orang Cianjur, Pak. Waktu kecil saya sering diajak dia ke pasar, naik bis. Saya juga dulu pernah tinggal di Bandung. Bapak jangan nipu-nipu, deh. Emang bule nggak boleh bokek?'" jawab Carol ketika barang-barangnya sudah tersusun rapi di jok belakang mobil Arga.

Arga tergelak mendengar cerita Carol. "Hahahaha terus supirnya bilang apa?"

Carol membuka pintu mobil Arga, lalu masuk ke dalam kendaraan itu. Arga pun melakukan hal yang sama. "Ya diem. Terus pas gue mulai turun dari bis, dia ngedumel, 'Bule gila', gitu katanya."

Mendengar cerita Carol, Arga kembali tertawa. "Hahaha sabar sabar, Care. Namanya juga orang cari untung. Udah udah, kita balik aja sekarang. Nyokap gue udah masak buat lo."

"Yuk, balik, gue juga udah laper."

Oh My CarolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang