Acara yang bernama "Lomba Band antar SMA se-Kota Bandung" itu diikuti oleh seluruh SMA yang memiliki ekskul musik di Kota Bandung. Mulai dari SMA negeri, swasta, hingga sekolah internasional. Tak heran jika tempat lomba dipadati oleh banyak peserta juga supporter.
Kedatangan Pemuda yang mewakili SMA Tunas Bangsa menjadi sorotan para peserta lomba lain. Ada beberapa band yang nyalinya langsung ciut melihat Arjuna dan kawan-kawan dengan penuh percaya diri melangkah sambil mengangkat-angkat gamelan yang hendak Felice dan Arina mainkan. Namun ada pula beberapa band pesaing yang justru lebih tertantang melihat Pemuda.
"Kok kita diliatinnya gitu banget ya?" tanya Carol yang tengah menjadi crew Pemuda bersama Arga dan Fandi yang tak ikut perform hari itu.
"Karena kita termasuk peserta yang unggul di lomba tahunan ini," jawab Arjuna yang melangkah di depan Carol. Carol mengangguk tanda mengerti. Ia mulai mengambil gambar suasana lomba menggunakan kamera mirrorless yang menggantung di lehernya.
Para anggota Pemuda berhenti di pelataran gedung auditorium. Arjuna melesat masuk ke dalam gedung untuk melakukan registrasi ulang dan mendapatkan nomor urut tampil. Sementara yang lain duduk menunggu untuk menjaga saron dan panerus yang menjadi alat tambahan perfomance mereka.
"Kakak-Kakak!"
Terlihat seorang gadis bertubuh mungil dengan badan yang agak berisi tengah melambai ke arah para anggota Pemuda. Seluruh anggota Pemuda melambai ke arah gadis itu, kecuali Carol, karena ia tak mengenalnya.
"Eh Fifi! Anak-anak kelas sepuluh yang lain pada kemana?" tanya Arga ketika anak yang bernama Fifi itu bergabung dan menyalami mereka semua.
"Nanti nyusul, Kak," jawab Fifi.
"Eh iya, kenalin nih, calon anggota pemuda angkatan kita." Arga memperkenalkan Fifi pada Carol. Carol menyalami Fifi sambil tersenyum dan Fifi membalasnya dengan senyum malu-malu. "Ini sepupuku, namanya Carol."
"Halo, Kak, aku Fifi. Kakak yang waktu itu tampil di resital seni musik kelas XI IPA 3, kan?" tanya Fifi dengan antusias.
Mengingat penampilan perdananya di depan umum yang satu itu, Carol tersipu malu sambil mengusap-usap tengkuk. "Hehe, iya."
"Oh iya, Kakak juga yang menang berantem sama Kak Juna itu kan, ya? Wah! Kakak hebat!" seru Fifi sambil bertepuk tangan dengan girang.
Teman-teman Carol cekikikan mendengar pujian Fifi. Carol mendadak malu mengingat kejadian yang membuat gempar satu sekolah itu.
"Ehem," seseorang berdeham.
Semua orang menoleh ke arah sumber suara. Fifilah orang pertama yang gelagapan. "Eh, ada Kak Juna."
Seketika semua anak tergelak melihat tingkah Fifi yang lucu dan polos. Arjuna hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar dirinya dipermalukan.
"Iya, Kak Carol emang hebat," sindir Arjuna sambil menatap Fifi yang terlihat ketakutan. Semua kembali tergelak. "Kita kebagian nomer urut terakhir, semoga bisa jadi closing yang bagus," sambung Arjuna dingin.
Carol cenges-ngesan melihat Arjuna yang kini melihat ke arahnya. "I'm so sorry," bisik Carol di telinga Arjuna.
***
Tinggal tersisa dua band lagi yang belum menunjukkan penampilan mereka di atas panggung. Di backstage, para anggota Pemuda tengah mengenakan kostum mereka. Ratna, Felice, Keyla, dan Arina sedang merias wajah dengan make up. Sedangkan Carol tengah mengedarkan pandangannya untuk mengamati lalu-lalang peserta lain yang menjadi pesaing Pemuda. Sesekali kameranya memotret objek-objek yang menurut Carol menarik di backstage. Hingga tak sengaja, kameranya membidik sesosok laki-laki yang sepertinya Carol kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Carol
RomanceSetelah mengunci seorang siswa di dalam loker sekolah sampai pagi, Carol yang terkenal badung mendapatkan hukuman. Tidak hanya dari sekolah, tetapi juga dari kedua orang tuanya. Mama dan Papa memindahkannya ke sebuah sekolah swasta biasa di Bandung...