Favorite Song

2.8K 158 3
                                    

Carol takjub melihat permainan musik Pemuda yang barusan dilihatnya pada sesi latihan. Baru kali itu ia menyaksikan permainan musik yang di dalamnya terdapat perpaduan alat musik modern dan tradisional. Suara indah Ratna pun membuat bulu kuduk Carol merinding. Selain itu, Carol pun terhipnotis oleh permainan gitar Arjuna.

"Gimana? Jadi gabung, kan?" tanya Arga sambil meluruskan jemarinya setelah tadi memukul-mukul alat perkusi.

"Carol bisa main alat musik apa?" tanya Kak Tarra.

"Dia bisa main gitar, Kak. Suaranya juga bagus," jawab Arga.

Merasa masih perlu mempertimbangkan tawaran Arga, Carol hanya bisa menggaruk-garuk kepala karena bingung. Bagi Carol, Pemuda adalah sebuah ekskul keren dengan kemampuan bermusik para anggotanya yang cukup hebat. Namun sejujurnya, ia masih agak risi dengan Arjuna yang terlihat tak antusias dengan kehadirannya.

"Hmm, Carol bisa disandingkan dengan Ratna. Carol vokal biasa dan Ratna sinden. Atau... bisa juga disandingkan sama Arjuna buat main gitar juga vokal," kata Om Rusdi.

"NGGAK!"

Arjuna dan Carol berteriak dengan kompak. Keduanya pun jadi pusat perhatian seisi ruang latihan. Om Rusdi dan Kak Tarra jadi dibuat bingung. Carol salah tingah, sementara Arjuna menggaruk-garuk kepalanya meski tak gatal.

"Ng... maksud saya, saya lebih setujunya Carol bareng sama Ratna aja di vokal. Kan, suaranya bagus," ucap Arjuna dengan canggung.

"Iya, Arjuna main gitar sendiri aja. Lagipula, saya masih harus mempertimbangkan tawaran ini. Tapi saya seneng dapet kesempatan buat gabung sama Pemuda," sambung Carol .

"Jangan kelamaan mikirnya, Care. Nggak semua anak bisa masuk Pemuda, lho. Gamma sama Reno aja nggak kita ajakin gabung di Pemuda," kata Arga.

"Iya, karena mereka dulunya anak Pemuda yang sering mangkir latihan, terus kita drop out," sambung Rangga.

Carol memelototi Arga.

"Hehehe lo nggak akan nyesel kok gabung di Pemuda, serius," kata Arga.

Diam-diam Carol mencuri pandang ke arah Arjuna yang kini sedang asyik mengotak-atik gitarnya. "Iya gue pikirin dulu."

***

Ruang latihan Pemuda tengah sepi saat itu, sebab sesi istirahat latihan tengah berlangsung. Hanya Carol yang ada di sana. Dengan iseng, ia bernyanyi pelan sambil memainkan gitar listrik yang biasa dipakai Arjuna. Ia memainkan lagu Niki - Lowkey versi akustik.

Ketika selesai menyanyi, Carol kaget mendapati Arjuna ternyata sudah ada di ruang latihan tanpa ia sadari kedatangannya. Ia buru-buru menyimpan gitar yang biasa Arjuna mainkan itu.

"Sori, gue cuma ga ada kerjaan," kata Carol.

Arjuna duduk di samping Carol tanpa berkata apa-apa, lalu meraih gitar yang barusan Carol simpan. Kini giliran Arjuna yang memainkan gitar tersebut. Ia menyanyikan sebuah lagu yang ternyata Carol sukai.

Say say say, hey hey now baby
Oh mama, don't play now baby
Say say say, hey hey now baby
Said let's get one thing straight now baby

"Hey itu lagu kesukaan gue!" pekik Carol.

"Ya udah tinggal ikut nyanyi aja, nggak usah ribet," balas Arjuna.

Carol pun segera membagi suaranya dengan Arjuna saat menyanyikan lagu Maroon 5 feat SZA - What Lovers Do tersebut. Ternyata lagulah yang mampu diam-diam melunturkan kebencian dua anak yang kemarin seperti kucing dan anjing tersebut. Semakin lama, Arjuna semakin menikmati nyanyiannya bersama Carol, sehingga ia kemudian tak enggan untuk mulai tersenyum.

Melihat Arjuna memainkan gitar, menyanyi dengannya, lalu tersenyum, sesuatu di dalam dada Carol tiba-tiba terasa tak keruan. Ia merasa bahwa Arjuna bukan lagi sosok yang kemarin begitu ingin ia habisi, melainkan seseorang yang bisa membuatnya nyaman hanya dengan sebuah nyanyian. Sambil terus menyanyi, Carol pun jadi tersenyum sendiri.

"CIEEEEEEE," para anggota ekskul Pemuda yang rupanya sejak tadi mengintip dari pintu ruang latihan bersorak begitu Carol dan Arjuna selesai bernyanyi.

Sial! batin Arjuna

Mensch! batin Carol

Oh My CarolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang