Sabtu siang itu, Pemuda tengah berlatih untuk final lomba band. Namun performa mereka saat latihan nampak berbeda dari biasanya, karena Felice dan Ratna tidak kompak saat bermain gamelan. Padahal Carol baru saja mengalami kemajuan dalam bersinden.
Melihat anak-anak didiknya mengalami kemunduran, Kak Tarra hanya bisa geleng-geleng kepala. "Coba-coba berhenti dulu berhenti!"
Kak Tarra yang tiba-tiba menghentikan jalannya latihan siang itu membuat para anggota Pemuda heran. "Kalian ada masalah apa, sih? Kok mainnya pada nggak kompak?"
Ramon, Fandi, Rangga, dan Keyla hanya bisa mengangkat bahu. Arga dan Ratna mencuri pandang pada Felice yang sedang menundukkan kepala. Sementara Carol dan Arjuna saling berpandangan karena tahu apa yang sedang terjadi.
"Ini nih, aduh, sumber masalahnya di gamelan ini. Kenapa ini gamelannya? Duh, kalo Om Rusdi liat, bakal marah dia sama kalian," ujar Kak Tarra sambil menunjuk-nunjuk Felice dan Ratna.
"Mungkin Ratna mesti lebih banyak latihan lagi," ujar Keyla.
Kak Tarra menggeleng. "Nggak, Ratna udah lumayan mainnya. Cuma ini, aduh, nggak kompak. Felice, coba belajar bangun kekompakkan sama Ratna. Ratna juga. Coba kalian banyak latihan berdua."
Carol dan Arjuna kembali saling berpandangan, menyengir, lalu geleng-geleng kepala. Bahasa tubuh itu memiliki arti bahwa tidak mungkin Felice dan Ratna membangun kekompakkan, sebab sebuah masalah pribadi tengah terjadi di antara mereka.
"Ini juga berdua apa ketawa-ketawa?! Ada yang lucu? Emang nyanyi kalian udah bagus?!" bentak Kak Tarra.
Carol dan Arjuna pun menoleh pada Kak Tarra, lalu menggeleng, dan menundukkan kepala.
"Udah! Latihannya cukup sampai sini aja! Kalian harus forum dulu sebelum ketemu lagi sama Kakak di sesi latihan berikutnya," ujar Kak Tarra seraya meraih tas ranselnya lalu pergi meninggalkan ruang latihan.
Mendengar ucapan Kak Tarra, Arjuna sepertinya harus berdiskusi dengan Rangga untuk menjadwalkan sesi forum intern Pemuda angkatan mereka. Meskipun ada masalah pribadi yang mengganggu performa para anggota ekskul tersebut, Arjuna harus bisa mengembalikan kekompakkan teman-temannya.
***
"Lo yakin?" bisik Carol sambil bersembunyi di balik pilar sekolah bersama Arjuna.
"Yakin. Kita beresin dulu akarnya, baru kita adain forum," balas Arjuna.
Usai latihan sore itu, para anggota Pemuda segera membubarkan diri. Melihat tinggal Felice sendirian yang tetap tinggal di ruang latihan sambil melamun, Arjuna mendapatkan sebuah ide untuk menghibur sahabatnya itu. Kebetulan, hari itu pun ia mengendarai mobil ke sekolah. Carol pun setuju untuk membantu Arjuna menjalankan rencananya.
"Dia belum keluar-keluar," bisik Carol.
"Sebentar lagi," balas Arjuna.
Tak lama kemudian, Felice keluar dari ruang latihan Pemuda. Ia mengunci ruangan tersebut, lalu melangkah lesu seorang diri. Begitu gadis itu melewati pilar sekolah.
"Eh eh apaan nih?!"
Carol dan Arjuna segera membungkus Felice dengan sebuah karung, lalu mengikatnya dengan tali tambang. Susah payah, mereka mengangkat Felice dan membawanya sampai ke parkiran sekolah.
"Duh, berat banget sih kamu, Fel," keluh Carol.
"Carol?! Hey! Kamu apa-apaan sih?! Lepasin aku!" seru Felice
"Nggak. Sebelum orang tua kamu transferin uang satu milyar ke rekening Pemuda, hahahaha," sambung Arjuna.
"Juna?! Kamu gila ya?!" seru Felice.
Tanpa mempedulikan makian Felice, Carol dan Arjuna tetap membawa gadis yang terbungkus karung itu ke dalam mobil Arjuna. Didudukkannya Felice di jok belakang, sedangkan Carol dan Arjuna duduk di depan.
"Pak Supir, berangkat!" seru Carol.
***
Setelah Felice diyakinkan oleh Arjuna dan Carol bahwa ia akan baik-baik saja, akhirnya Felice berhenti meronta dan berteriak. Arjuna dan Carol pun setuju untuk melepas ikatan Felice.
"Kita mau ke mana sih?" tanya Felice.
"Ke rumah Carol," kata Arjuna sambil menyetir.
"Hah?! Rumah Carol? Berarti... rumah Arga dong?" kata Felice.
"Iya, hehe. Tenang, kamu nggak usah turun, Fel. Aku cuma mau ambil beberapa barang dan pamit doang. Kamu nunggu sama Juna aja di mobil. Jun, kamu emang nggak perlu ambil barang dulu ke rumah?" tanya Carol.
Arjuna menggeleng. "Kebetulan belum diturunin dari mobil ini sejak beberapa minggu yang lalu," jawab Arjuna.
"Ih! Kalian tuh, yah! Kita emang mau ke mana sih?" keluh Felice.
"Mending kamu sekarang telepon aja dulu orang tua kamu, bilang kalo kamu mesti nginep di rumah temen karena ngerjain tugas. Nih, pake hp aku. Biar aku yang jadi tameng kamu nanti," ujar Carol seraya menyerahkan smartphone-nya pada Felice.
Seperti seorang anak kecil pada orang tuanya, Felice menurut saja, Diteleponnya kedua orang tuanya dan Carol pun ikut bicara pada orang tua Felice. Carol berjanji akan menjaga Felice yang merupakan anak kesayangan kedua orang tuanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Carol
RomanceSetelah mengunci seorang siswa di dalam loker sekolah sampai pagi, Carol yang terkenal badung mendapatkan hukuman. Tidak hanya dari sekolah, tetapi juga dari kedua orang tuanya. Mama dan Papa memindahkannya ke sebuah sekolah swasta biasa di Bandung...